Orang beragama monoteistik setuju Allah menciptakan Nabi Adam sebagai manusia pertama. Bagaimana cerita Nabi Adam menurut ajaran Islam? Ada banyak kesamaan antara Al-Quran dan Taurat.
Apakah Nabi Adam berbuat dosa besar atau kesalahan kecil? Akibatnya apa? Kita akan membaca bahwa dosa Nabi Adam membawa kematian. Namun, ada orang lain yang membawa hidup.
Cerita Nabi Adam Menurut Al-Quran
Menurut Al-Quran Allah melarang Adam dan Hawa untuk mendekati satu pohon di sorga. “. . . janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang lalim” (Qs 2:35).
Tapi mereka tidak mematuhi perintah Allah. “. . . Tatkala keduanya telah merasai buah kayu itu” (Qs 7:22). Apakah perbuatan Nabi Adam hanya termasuk kesalahan kecil?
Mengapa Dosa Nabi Adam Termasuk Dosa Besar
Berikut beberapa alasan mengapa perbuatan Nabi Adam termasuk dosa besar.
- Allah Maha Kuasa menciptakan dan menguasai segalanya. Ketika Allah melarang sesuatu, ciptaan-Nya harus mematuhi-Nya.
- Adam dan Hawa tidak hanya lupa perintah Allah, karena Iblis mengingkatkan mereka. “. . . setan berkata: ‘Tuhan kamu tidak melarangmu dari mendekati pohon ini . . .’” (Qs 7:20).
- Mereka bertobat dan minta ampunan dari Allah. “. . . jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi” (Qs 7:23).
- Hukuman mereka sangat berat. Menurut ajaran Islam, Allah mengusir mereka dari Firdaus. “. . . Turunlah kamu sekalian” (Qs 7:24). Jika tidak diusir, mereka dan keturunannya tidak akan mati di Firdaus. Tetapi akibat dosa mereka, setiap keturunannya mati. Jadi, dampak dari dosa besar mereka adalah kematian bagi setiap manusia.
Allah sudah memerintahkan agar setiap umat mematuhi-Nya dan berserah kepada-Nya. Tetapi, ketika Nabi Adam mendekati pohon itu, ia menganggap remeh otoritas Allah dan tidak berserah sepenuhnya pada Allah.
Sepertinya Nabi Adam mendeklarasikan kemerdekaan dari otoritas Allah. Nabi Adam merasa bahwa dia lebih tahu apa yang terbaik baginya. Dia berpikir akan “menjadi malaikat atau . . . orang yang kekal” (Qs 7:20). Bila Anda tidak setuju dengan penjelasan ini, silakan memberi pendapat Anda lewat email ini.
Dosa-Dosa Kita dan Cara Beroleh Pengampunan
Setiap kali berbuat dosa, kita sama seperti Nabi Adam. Melanggar perintah Allah dan menganggap remeh otoritas-Nya. Di hadapan Allah, semua dosa adalah besar dan sangat serius. Hukumannya adalah kematian, “sebab upah dosa ialah maut . . .” (Injil, Surat Roma 6:23).
Alhamdulillah, ada Pribadi yang tidak pernah berdosa, yaitu Isa Al-Masih. “Ia [Isa] tidak berbuat dosa . . .” (Injil, Surat 1 Petrus 2:22). Oleh karena itu, Isa layak menanggung hukuman dosa untuk setiap orang yang percaya kepada-Nya dan terhindar dari hukuman dosa.
Silakan hubungi kami jika Anda ingin beroleh pengampunan itu.
Allah mengusir Nabi Adam dari Firdaus karena dosanya. Tetapi, melalui pengorbanan Isa Al-Masih, kita semua bisa kembali ke sorga. Kita bisa mempunyai jaminan masuk sorga dan hidup dengan Allah selama-lamanya.
[Staf Isa dan Islam – Untuk masukan atau pertanyaan mengenai artikel ini, silakan mengirim email kepada Staff Isa dan Islam.]
Fokus Pertanyaan Untuk Dijawab Pembaca
Staf IDI berharap Pembaca hanya memberi komentar yang menanggapi salah satu pertanyaan berikut:
- Sebelum membaca artikel ini, apa pandangan Saudara tentang nabi Adam dan dosanya?
- Sekarang, bagaimana pendapat Saudara dengan penjelasan bahwa nabi Adam berbuat dosa besar? Mengapa?
- Apakah Saudara setuju dengan pernyataan semua dosa besar dan serius? Mengapa?
Komentar yang tidak berhubungan dengan tiga pertanyaan di atas, walaupun dari Kristen maupun Islam, maaf bila terpaksa kami hapus.
Untuk menolong para pembaca, kami memberi tanda ***** pada komentar-komentar yang kami rasa terbaik dan paling menolong mengerti artikel di atas. Bila bersedia, silakan juga mendaftar untuk buletin mingguan, “Isa, Islam dan Al-Fatihah.”
Ditulis oleh: Kaleb
Apabila Anda memiliki tanggapan atau pertanyaan atas artikel ini, silakan menghubungi kami dengan cara klik link ini.
belimbing mengatakan
~
@Slamet 10 Juni 2018, 2:23 am
Respon: Angka 19 adalah bukti bahwa Al-Quran adalah kalam Tuhan yang hak. Di dalamnya tercatat Isa adalah hamba Tuhan. Sesiapa yang berkata Tiga dalam satu, pasti ke neraka (syirik).
Itu peringatan ayat Qs 67:10 pada golongan nasrani yang masih berdegil tidak mau mendengar/memikirkan bukti dari Tuhannya (bukti angka 19) tentang keabsahan Al-Quran.
Mengenai ketakutan, itu fenomena biasa kerana setiap manusia yang waras pasti merasainya karena masa depan tiada siapa yang tahu, ia milik Tuhan bukan milik manusia. Di Al-Quran kita hanyalah hamba, nasib hamba terletak pada Tuannya. Yang penting kita mengikuti wahyu Tuhan yang hak yaitu Al-Quran di mana bukti angka 19 bisa disaksikan secara “live”.
Staff Isa dan Al-Quran mengatakan
~
Saudara Belimbing,
Jelas Angka 19, tidak dapat menjamin keselamatan kekal seseorang. Semua hanya mudah-mudahan saja masuk sorga setelah meninggal dunia. Sebaliknya hanya Injil yang dapat menunjukkan keselamatan pada setiap orang yang percaya. “Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya” (Injil, Surat Roma 1:16).
Isa Al-Masih Sang Juruselamat dengan tegas berjanji kepada setiap pengikut-Nya, “Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku. Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu” (Injil, Rasul Besar Yohanes 14:1-2).
Adakah janji tentang masuk sorga setegas dan sejelas ini, dalam Angka 19?
~
Slamet
belimbing mengatakan
~
@Slamet (10 Juni 2018, 2:04 am),
Respon: Mulanya saya Sunni. Tapi ketika dewasa, saya mulai mempersoalkan kepercayaan saya dan kepercayaan orang lain, mengosongkan diri, dan menjadi agnostik/ateis. Saya mulai mencari jawaban: “Apakah Tuhan benar berwujud, siapa diri saya, mengapa saya dihadirkan ke dunia, dst”. Persoalan ini telah membelenggu hidup saya sekian lama hingga saya menemukan tulisan Rashad Khalifa tentang mujizat angka 19 di Al-Quran (Qs 74:30-37) yang bisa membuktikan kewujudan Tuhan dan keotentikan Al-Quran.
Sekarang saya tanya Anda, apakah Anda bisa menunjukkan bukti kebenaran Alkitab saperti yang ada di Al-Quran? Saya akan mengikuti kepercayaan Anda jika Alkitab Anda mempunyai bukti yang setara dengan Al-Quran.
Staff Isa dan Al-Quran mengatakan
~
Sdr. Belimbing,
Mempertanyakan ulang ajaran-ajaran kepercayaan, bahkan yang telah kita yakini sekalipun, sangat baik. Ini menolong kita mendalami dan menggali, sungguhkan ajaran-ajaran tsb berasal dari kebenaran Allah? Bila Anda yakin Qs 74:30-37 mengandung kebenaran absolut yang membuktikan keotentikan Al-Quran sebagai Kitab Allah, tidakkah Anda mempertanyakan ulang isi ayat 31 dan 32? Mungkinkah Allah yang Maha Benar “menyesatkan orang-orang yang dikehendaki-Nya”? Bukankah “menyesatkan” adalah tindakan yang berlawanan dengan “kebenaran”? Juga, seandainya benar ayat tsb firman Allah, mungkinkah Allah bersumpah “demi bulan”, benda ciptaan-Nya sendiri? Bukankah umumnya sumpah digantungkan pada sesuatu yang lebih tinggi daripada diri si pengucap sumpah? Maka, apakah dalam ayat tsb derajat ciptaan lebih tinggi daripada penciptanya? Padahal Taurat, Kitab Allah dengan jelas menyatakan kesuperioritasan Allah: “Aku bersumpah demi diri-Ku sendiri — demikianlah firman TUHAN” (Taurat, Kitab Kejadian 22:16).
Saudaraku, artikel berikut menolong Anda mempertimbangkan keotentikan Alkitab sebagai Kitab Allah: https://tinyurl.com/y74shrvl.
~
Yuli
hakkullah mengatakan
~
Kata “mudah-mudahan” dalam bahasa Indonesia hanya satu. Baik artinya mungkin atau tidak mungkin. Dalam bahasa Arab, kalau masuk akal maka istilah yang digunakan adalah “laalla”. Kalau tidak masuk akal gunakan “laita”. Mungkinkah orang beriman kepada Allah masuk neraka? Laita! Mengikuti jalan yang lurus dari Allah, laalla.
Staff Isa dan Al-Quran mengatakan
~
Sdr. Hakkullah,
Terimakasih untuk penjelasan Anda mengenai “laalla” dan “laita”. Pertanyaan lanjutan yang perlu Anda renungkan lebih jauh: “Apakah orang yang menolak pertolongan Allah bisa disebut orang beriman, orang yang mengikuti “jalan lurus”? Tidak masuk akal, bukan? Faktanya Kitab Allah mulai dari Taurat, Zabur, hingga Injil telah mewahyukan bahwa Allah yang Maha Penyayang telah menetapkan satu-satunya “Jalan Lurus” yang harus manusia lewati agar Allah mengampuni dosanya dan menyelamatkannya dari kekekalan siksa neraka. “Jalan Lurus” itu adalah diri Allah sendiri dalam Isa Al-Masih yang rela sengsara dan wafat menanggung hukuman dosa kita.
Kini silakan Anda pertimbangkan. Bila seseorang menolak Isa Al-Masih dan karya penebusan-Nya sebagai wujud sempurna Maha Penyayangnya Allah, sama halnya ia menolak Allah itu sendiri, bukan? Apakah yang menolak-Nya bisa tetap menikmati keselamatan kekal di sorga milik Allah?
~
Yuli
man in black mengatakan
~
Admin tersayang,
Sesungguhnya peringatan telah datang padamu sebagai rahmat dan kasih Tuhan pada hamba-Nya. Siapa yang tunduk maka kebaikan hanya untuk dirinya sendiri dan siapa yang ingkar sesungguhnya Tuhanku tidak memerlukan apa-apa dari seluruh alam.
“Oleh itu berikanlah peringatan karena peringatan itu bermanfa’at, orang yang takut akan mendapat pelajaran, orang-orang yang celaka akan menjauhinya. (Yaitu) orang yang akan memasuki api yang besar” (Qs 87:9-12).
Staff Isa dan Al-Quran mengatakan
~
Sdr. Man in Black,
Isi artikel di atas mengupas apa yang tertera dalam Al-Quran mengenai dosa Adam yang mengakibatkan kematian bagi semua umat manusia. Hakikat dosa itu sendiri adalah pemberontakan terhadap otoritas Allah. Itu sebabnya Kitab Allah dalam Surat Roma 6:23 menegaskan ganjaran dosa, yaitu maut atau kebinasaan kekal (neraka), terpisah selamanya dari Allah Sang Sumber Hidup.
Nah, bagaimana Anda meresponi peringatan Allah atas dosa yang melekat dalam diri, yang pasti membawa kebinasaan kekal? Sudahkah Anda menyadari hal ini dan menerima serta mengikuti satu-satunya jalan yang Allah tetapkan bagi pengampunan dosa Anda, yakni pengorbanan Isa Al-Masih yang menanggung hukuman dosa kita? Keputusan ada di tangan Anda, menerima atau menolak pengampunan-Nya.
~
Yuli
Staff Isa dan Al-Quran mengatakan
~
Untuk Sdr. Belimbing dan Sdr. Hendy,
Karena topik diskusi yang Anda bahas sudah semakin jauh dari topik artikel di atas, mohon maaf kami tidak menerbitkannya. Bagaimanapun, kami tetap mengapresiasi partisipasi Anda di forum ini. Selanjutnya, mohon agar kita kembali berfokus pada topik bahasan artikel.
~
Yuli
man in black mengatakan
~
Yuli tersayang,
Al-Quran adalah pembeda bagi kitab-kitab PL atau PB (Qs 2:185). Al-Quran menolak semua sabda Alkitab yang bertentangan dengannya.
“Allah menetapkan yg hak dan membatalkan yg bathil walaupun orang-orang yg berdosa tidak menyukainya.” (Qs 8:8)
“Sesungguhnya Al Qur’an itu firman yang memisahkan antara yang hak dan yang bathil,” (Qs 86:13)
Jangan sekutukan Allah, nanti kamu binasa!
“Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: “Sesungguhnya Allah adalah Al Masih putera Maryam”, padahal Al Masih berkata: “Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu” Sesungguhnya orang yang mempersekutukan Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun.” (Qs 5:72)
Staff Isa dan Al-Quran mengatakan
~
Sdr. Man in Black,
Kami masih menunggu tanggapan Anda atas pertanyaan kami sehubungan dengan topik artikel. Berikut kami kutipkan ulang: “Nah, bagaimana Anda meresponi peringatan Allah atas dosa yang melekat dalam diri, yang pasti membawa kebinasaan kekal? Sudahkah Anda menyadari hal ini …”. Juga, apakah dengan keimanan Anda saat ini, Anda yakin Allah pasti meridhai Anda dan mengampuni serta menyelamatkan Anda dari siksa neraka kekal? Di manakah Anda temukan jaminan tsb?
Saudaraku, silakan periksa ulang konsep Anda tentang Al-Quran. Bukankah Al-Quran mengklaim Taurat dan Injil itu Kitab Allah yang menjadi petunjuk bagi orang bertakwa (Qs 5:46)? Jadi, bukankah keduanya yang justru menjadi standard pengujian bagi kitab-kitab lainnya, termasuk Al-Quran yang baru terbit ratusan bahkan ribuan tahun setelahnya?
Mari pertimbangkan. Taurat dan Injil menyatakan upah dosa itu maut, yakni keterpisahan kekal dari Allah (Taurat, Kitab Kejadian 2:17 dan Injl, Surat Roma 6:23). Dan pengampunan Allah dianugerahkan lewat “korban yang tidak bercacat”, yang menanggung hukuman dosa kita (Taurat, Kitab Imamat 17:11 dan Injil Matius 26:28). Allah telah menetapkan diri-Nya sendiri nuzul menjadi manusia (Isa Al-Masih) sebagai “korban tak bercacat” (Injil Yohanes 1:29) dengan cara sengsara dan wafat disalib. Sebab, siapakah yang tidak bercacat (tanpa dosa) dan berkuasa menanggung dosa milyaran manusia selain Allah sendiri? Maka, beriman kepada Isa Al-Masih jelas bukan menyekutukan Tuhan sebab Isa itulah Tuhan. Lalu, bagaimana Anda menjelaskan Al-Quran itu Kitab Allah ketika isinya menyangkal keilahian Isa (Qs 5:72) sebagaimana difirmankan Allah dalam Taurat dan Injil?
~
Yuli
Anak Adam as mengatakan
~
Mengapa Injil diperbaharui terus menerus? Bukankah Allah telah menurunkan wahyu yang asli? Bukankah baik ketika wahyu itu tetap terjaga kemurniannya? Mereka yang merevisi dengan dalih mempermudah pemahaman, bukankah lebih baik ketika wahyu tetap murni dengan berbagai tafsir?
Berikan nas-nas atau bukti ayat-ayat yang menyatakan Yesus itu Tuhan! Bukankah Yesus adalah utusan Tuhan yang berdoa sambil bersujud? Dan sekarang umat mana yang beribadah sambil bersujud?
Staff Isa dan Al-Quran mengatakan
~
Sdr. Anak Adam as,
Kehidupan iman sejati dari Allah bukan ditentukan dari “kulit luar” seperti beribadah dengan bersujud, asal percaya pernyataan/klaim tanpa memeriksa kesesuaian bukti, atau bahkan bangga dengan kitab berbahasa asli tanpa mengerti maknanya. Bukankah Allah Maha Tahu sampai kedalaman hati setiap orang? Yang Maha Tahu tidak mungkin terkelabuhi dengan “jubah agamis” kita, orang-orang berdosa.
Saudaraku, dengan semua “kulit luar” yang Anda yakini, apakah Anda sungguh merasakan kasih sayang Allah baik di dunia maupun akhirat kelak? Apakah Anda telah mendapatkan jaminan dari Allah bila Anda diterima-Nya, diampuni-Nya, dan diselamatkan-Nya dari siksa kekal neraka? Bukankah Anda menyebut-Nya Maha Penyayang? Mustahil yang Maha Penyayang tidak berbelas kasihan pada nasib kekal Anda, bukan? Mari selidiki bagaimana agama Anda mengajarkan hal ini: https://tinyurl.com/y79lmmv7.
Tentang Injil, salinan naskah asli yang berumur ribuan tahun masih tersimpan rapi di museum Eropa. Naskah inilah yang menjadi sumber terjemahan Injil dalam ribuan bahasa. Maka jelas tidak akan ada penyimpangan isi, apalagi intisari keseluruhan Injil. Bukankah memahami isi firman Allah menolong kita menerapkan dengan penuh kesadaran? Sangat beda bila sekedar menghafal ayat bahasa asing tanpa tahu maknanya. Tidak ada pembaharuan hidup yang terjadi.
~
Yuli
hakkullah mengatakan
~
Pak Admin,
Saya sudah berkali-kali mengatakan Yesus itu bukan Tuhan, tapi manusia biasa seperti kita. Yesus sendiri berkali-kali mengatakan, Yesus punya Tuhan dan Allah mengutusnya untuk bani Israel sekaligus memberi informasi tentang keterangan datangnya nabi penutup para nabi. Mungkinkah Yesus itu Tuhan?
Jadi Anda tidak mengikuti jalan yang lurus yang ditempuh Yesus. Kalau kamu mengikuti jalan yang lurus, maka ikutilah jejaknya. Mungkinkah Anda mengikuti jejak? Anda banyak menjelaskan Alkitab tapi tidak jelas. Apakah Anda melakukan persis seperti yang dilakukan Yesus?
Staff Isa dan Al-Quran mengatakan
~
Sdr. Hakkullah,
Sebelum membahas ketuhanan Yesus, mari berfokus pada topik artikel tentang implikasi dosa Adam terhadap kehidupan kita. Ini erat kaitannya dengan Yesus. Nah, bagaimana Anda memandang dosa Adam, besarkah dosanya? Sungguhkah keberadaan Anda saat ini tidak berkaitan dengan dosa Adam? Seandainya tidak, mungkin Anda atau orang-orang lainnya tetap hidup di tempat Adam sebelum diusir Allah, bukan? Faktanya, Adam manusia pertama yang menurunkan kita semua. Maka saat Adam diusir, kita ikut terusir, bukan? Kematian manusia adalah buktinya. Fakta ini menegaskan seluruh generasi manusia berstatus sama: berdosa, dan maut kekal ganjarannya! (Qs 19:71, Qs 43:74, dan Surat Roma 6:23).
Nah, silakan Anda pertimbangkan. Bila bukan Allah sendiri yang menolong kita bebas dari neraka, siapa lagi yang bisa? Lalu, untuk tujuan apa Isa Al-Masih datang ke dunia dengan berbagai tanda ajaib (suci tanpa dosa, lahir dari perawan, melakukan berbagai mujizat kesembuhan, mujizat alam, dan membangkitkan orang mati) yang tidak dimiliki satu nabi lainpun? Jika tugasnya sama seperti nabi lainnya, tidak perlu tanda seajaib itu, bukan? Sebaliknya, fakta sejarah membuktikan Isa benar-benar wafat disalib, bangkit dari kematian, dan kembali ke sorga. Ini bukti Maha Penyayang dan kesetiaan Allah terhadap janji-Nya menyelamatkan kita, orang-orang berdosa. Jadi, mungkinkah Isa sekedar “manusia bergelar nabi” ketika karya keselamatan-Nya hanya sanggup dilakukan oleh Allah yang Maha Kuasa?
~
Yuli
man in black mengatakan
~
Wahai ahlul-kitab,
10:20 Mereka berkata, “Kenapa tidak ada mukjizat turun kepada dia dari Tuhannya?” Katakanlah, “masa depan kepunyaan Allah; maka tunggulah, dan aku juga sama-sama menunggu bersama kamu.” Nabi Muhammad tidak dikurnia apa-apa mukjizat dan menunggu-nunggu akan ketibaannya. Sekarang Mukjizat Muhammad telah muncul.
AQ74:30 “Di atasnya sembilan belas.”
Apakah kamu tidak mahu menyaksikan mujizat Muhammad?
Staff Isa dan Al-Quran mengatakan
~
Saudara Man in black,
Terimakasih untuk komentar sdr. Tetapi mohon maaf, kami terpaksa menghapus komentar-komentar sdr karena sudah keluar dari topik pembahasan. Lagi, sesuai aturan situs ini, tidak diijinkan untuk melampirkan link dari luar, kecuali yang ada dalam situs ini. Kami harap sdr dapat memahami hal ini. Sekali lagi maaf, telah membuat sdr tidak nyaman. Silakan sdr fokus pada diskusi sesuai pokok artikel di atas. Terimakasih.
Untuk mendiskusikan tentang mujizat nabi saudara, sebaiknya sdr diskusikan pada link artikel yang membahas hal itu. Silakan sdr klik di sini https://tinyurl.com/yareqjf8.
~
Purnama
hakkullah mengatakan
~
Tanda ajaib itu karena dengan izin Allah. Kalau Anda berkeyakinan karena keajaiban itu sehingga Anda menganggapnya Tuhan, apa bedanya dengan agama Hindu? Dalam Islam, sehebat apapun, sesuci apapun, kalau dia berbentuk makhluk, maka tetap dia tidak berubah menjadi Tuhan. Makanya, tidak ada pengakuan diri Yesus bahwa di Tuhan. Anda mau memberikan contoh, memberikan alasan, intinya tidak ada pengakuan. Karena saya yakin Yesus itu bukan Tuhan, maka sayapun yakin tidak ada pengakuan. Beliau hanyalah seorang Hamba Allah dan nabi. Sampai di sini jelas?
Kembali permasalahan Adam. Mengapa Nabi Adam sampai melakukan itu? Allah tahu pasti Adam melakukannya. Mengapa dia diusir? Apakah Anda bisa menjawabnya?
Staff Isa dan Al-Quran mengatakan
~
Sdr. Hakkullah,
Salah satu tanda ajaib Yesus yang kami sebut adalah “suci tanpa dosa”. Bagaimana Anda menjelaskan Yesus, sosok yang Anda anggap “manusia biasa”, seumur hidupnya tidak pernah melakukan dosa? Manusia apakah dia? Sedangkan Adam manusia pertama yang bergaul langsung dengan Allah, juga nabi besar seperti Musa, atau bahkan nabi Anda (Muhammad), semuanya berdosa! Sangat aneh andaikan Yesus hanya “manusia biasa”, bisa sangat unggul, jauh melebihi para nabi, bukan? Bukankah hanya Allah saja yang “suci tanpa dosa”? Dan bukankah Allah saja yang Maha Kuasa sehingga sanggup menjelmakan diri-Nya menjadi manusia dengan tidak meninggalkan identitas keilahian-Nya, “suci tanpa dosa”? Jika Anda berasumsi Allah tidak mungkin “berbentuk makhluk”, apakah Anda meragukan kemahakuasaan-Nya? Jadi, bagaimana Anda mengenali siapa Allah bila Anda menolak kemahakuasaan-Nya menjadi manusia, menolak-Nya sebagai Pribadi (berlogika, berperasaan, berkehendak, berkuasa) karena menganggapnya “Dzat yang tidak menyerupai apapun”? Tidakkah dengan kata lain Anda sedang mengimani kenihilan, sesuatu yang tidak ada? Mari pertimbangkan lebih dalam.
Tentang implikasi dosa Adam, kami masih menuggu jawaban Anda atas pertanyaan-pertanyaan yang kami ajukan di kolom tanggal 26 Juni 2018 pada 11:55 am. Kiranya Anda bersedia menanggapinya terlebih dahulu.
~
Yuli
man in black mengatakan
~
Yuli: “Seandainya benar ayat tsb firman Allah, mungkinkah Allah bersumpah “demi bulan”, benda ciptaan-Nya sendiri? (ayat 74:32)”
Respon: Sumpah ini adalah sumpah yang besar jika kamu mengetahuinya. Mengapa? Karena sumpah Qs 74:32 merujuk kepada surah Al-Qamar (bulan) ayat 1 dimana termaktub nubuat Al-Quran tentang pendaratan manusia di bulan tahun 1969 (USA, Apollo 11). “Telah dekat saat itu dan telah terpecah bulan”. Perhatikan frasa “Telah dekat saat itu”. Ini adalah nubuat tentang saat akan terbongkarnya mukjizat angka 19. Peristiwa ini berlaku tahun 1974 selang lima tahun selepas peristiwa pendaratan manusia di bulan.
Staff Isa dan Al-Quran mengatakan
~
Sdr. Man in Black,
Apa yang Anda sampaikan tidak menjawab esensi pertanyaan kami sebelumnya (22 Juni 2018 pada 3:22 pm): “Bukankah umumnya sumpah digantungkan pada sesuatu yang lebih tinggi daripada diri si pengucap sumpah? Maka, apakah dalam ayat tsb derajat ciptaan lebih tinggi daripada Penciptanya? Padahal Taurat, Kitab Allah dengan jelas menyatakan kesuperioritasan Allah: “Aku bersumpah demi diri-Ku sendiri — demikianlah firman TUHAN” (Taurat, Kitab Kejadian 22:16)”.
Dengan demikian, sangat logis bila kita mempertanyakan, sungguhkah Allah sendiri yang berfirman dalam Qs 74:32? Masakan Allah menggantungkan sumpah-Nya kepada benda ciptaan-Nya yang jauh lebih rendah derajatnya? Andai benar demikian, tentu sumpah yang diucapkan tsb tidak memiliki kekuatan untuk dipercayai kebenarannya, bukan?
Juga, di mana letak korelasi logis antara konteks pembicaraan dalam Qs 74:30-37 dengan pendaratan manusia ke bulan? Upaya mencocok-cocokkan peristiwa bisa dilakukan oleh siapapun untuk membenarkan idenya. Namun bila tidak ada korelasi logis di dalamnya, apakah kita harus menelannya sebagai kebenaran?
~
Yuli
Staff Isa dan Al-Quran mengatakan
~
Untuk Sdr. Man in Black,
Perlu kami sampaikan kepada Anda bahwa ada tiga komentar Anda kepada Sdr. Yuli (Staff Admin) yang tidak dapat kami terbitkan karena ditujukan untuk menanggapi pertanyaan-pertanyaan Sdr. Yuli kepada Anda yang tertulis pada artikel lain, bukan artikel ini. Dengan kata lain, Anda telah “salah kamar” bila menanggapinya lewat artikel ini karena tentu saja topiknya berbeda.
Untuk itu kami persilakan Anda menanggapi pertanyaan Sdr. Yuli di laman artikel semula, tempat awal Anda dan Sdr. Yuli mendiskusikannya.
~
Yuli
man in black mengatakan
~
Yuli: “Perlu kami sampaikan kepada Anda bahwa ada tiga komentar Anda kepada Sdr. Yuli (Staff Admin) yang tidak dapat kami terbitkan …”.
Respon: Ketiga komentar saya bukan “salah kamar”. Komentar yang dikirim adalah respon terhadap komentar Anda pada postingan Sdr. “Belimbing” (22 Juni 2018, 3:22 pm). Saya makluminya sebab saya telah mengambil-alih tugas Sdr. “Belimbing” untuk berdiskusi dengan Anda di forum ini.
Staff Isa dan Al-Quran mengatakan
~
Sdr. Man in Black,
Terimakasih untuk konfirmasi yang Anda berikan. Mohon maaf atas kekurangtelitian kami. Kami telah menerbitkan dan menanggapi komentar-komentar yang Anda maksud. Silakan Anda simak.
Saudaraku, kami memahami bila ada rekan- rekan yang tergabung dalam diskusi ini menggunakan beberapa nama “alias” yang berbeda meskipun orangnya sama. Maka agar kesalahpahaman serupa tidak lagi terjadi di kemudian hari, kami sarankan agar Anda tetap konsisten menggunakan nama yang sama untuk melanjutkan suatu topik diskusi. Menggantinya dengan nama-nama “alias” lainnya akan menghambat waktu penelusuran. Mohon hal ini lebih diperhatikan. Terimakasih untuk kerjasamanya.
~
Yuli
man in black mengatakan
~
Yuli: “Mungkinkah Allah yang Maha Benar “menyesatkan orang-orang yang dikehendaki-Nya” (pada ayat 74:31)”
Respon: Terserah pada Yang Mengetahui lagi Bijaksana.
“Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya, dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya …” (Qs 45:23).
“Barangsiapa yang berpaling dari pengajaran Tuhan Yang Maha Pemurah, Kami adakan baginya syaitan maka syaitan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya” (Qs 43:36)
“Sebahagian diberi-Nya petunjuk dan sebahagian lagi telah pasti kesesatan bagi mereka. Sesungguhnya mereka menjadikan syaitan-syaitan pelindung selain Allah, dan mereka mengira bahwa mereka mendapat petunjuk” (Qs 7:30).
Staff Isa dan Al-Quran mengatakan
~
Sdr. Man in Black,
Mari perhatikan ulang pertanyaan lanjutan kami yang tertulis waktu itu (22 Juni 2018 pada 3:22 pm): “Bukankah “menyesatkan” adalah tindakan yang berlawanan dengan “kebenaran”?”
Maka dengan Qs 43:36 yang Anda tambahkan: “… Kami adakan baginya syaitan …”, tidakkah hal ini semakin menguatkan bila yang “berfirman” dalam ayat tsb jauh dari sifat “Maha Bijaksana” karena tindakannya [menyesatkan dan menciptakan sumber kejahatan (syaitan)] sangat bertentangan dengan sifat “Maha Benar” yang Allah miliki? Apakah dalam “kemahabenaran” masih terselip ketidakbenaran? Mustahil, bukan? Mari pertimbangkan hal ini dengan sangat serius. Sebab bila tidak teliti, kita tidak akan dapat membedakan manakah Allah sejati yang seharusnya kita sembah.
~
Yuli
hakkullah mengatakan
~
Anda menganggap semua nabi berdosa. Mana buktinya? Kenapa Nabi Adam as terusir?
Sudah saya katakan; sebelum Nabi Adam as diciptakan, Allah ingin dia dijadikan khalifah di muka bumi. Kenapa Nabi Adam di surga Allah sudah tahu, kalau Adam pasti melakukannya.
“Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” (Qs Al-Baqarah:30).
Ternyata turunnya Nabi Adam as ke bumi bukan karena diakibatkan dosa. Cepat atau lambat, pasti akan turun juga. Semua kejadian itu sudah tertulis di lauh mahfuz alias skenario Allah. Jadi, Nabi Adam as diusir bukan karena dosa, tapi sudah waktunya untuk menerima tugasnya. Begitulah, Alkitab tidak jelas tujuannya.
Staff Isa dan Al-Quran mengatakan
~
Saudara Hakkullah,
Sebenarnya Allah sudah memerintahkan agar setiap umat mematuhi-Nya dan berserah kepada-Nya. Tetapi manusia sejak semula sudah mempunyai kecenderungan untuk melanggar perintah Allah. Buktinya, Allah telah melarang Adam dan Hawa untuk mendekati satu pohon di sorga. “. . . janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang lalim” (Qs 2:35).Tetapi Nabi Adam mendekati pohon itu, ia menganggap remeh otoritas Allah dan tidak berserah sepenuhnya pada Allah.
Dan sebagai akibat pelanggaran Adam dan Hawa ini maka ia terpisah selamanya dari Allah di sorga. Demikian juga dengan seluruh keturunan Adam telah jatuh di dalam dosa dan sebagai ganjaran dosa adalah kebinasaan kekal di neraka.
“Sebab itu, sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang dan oleh dosa itu juga maut, demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang, karena semua orang telah berbuat dosa” (Injil, Surat Roma 5:12).
Jadi akibat ketidaktaatannya kepada Allah maka terusirlah Adam dari hadirat Allah. Adam dalam keadaan sebagai manusia berdosa, ia mengembara di dunia yang penuh pendiritaan ini.
~
Slamet
hakkullah mengatakan
~
“. . . janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang lalim” (Qs 2:35).Tetapi Nabi Adam mendekati pohon itu, ia menganggap remeh otoritas Allah dan tidak berserah sepenuhnya pada Allah.
Respon: Kenapa dia melanggar perintah Allah? Karena dia lupa kalau seandainya tidak lupa, mungkinkah nabi Adam as melanggarnya? Ketika saat dia ingat akan perintah Allah, dia tidak melanggarnya.
Kenapa ayat itu mengatakan “jangan dekati..”, tetapi tidak mengatakan jangan kamu makan dari pohon ini? Coba anda jelaskan! Dan artikan maksud ayat itu bilamana anda tidak bisa menjelaskan, maka ayat yang saya terangkan anda belum paham betul.
Staff Isa dan Al-Quran mengatakan
~
Saudara Hakkullah,
Adam lupa! Memang inilah alasan yang paling tepat, dengan demikian Adam tidak akan dapat disalahkan oleh siapapun.
Memang Al-Quran menuliskan, “. . . janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang lalim” (Qs 2:35). Tapi sebenarnya Allah dalam Alkitab tidak memberikan perintah seperti ini kepada Adam. Allah berfirman dengan jelas dan tegas, “Lalu TUHAN Allah memberi perintah ini kepada manusia: “Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas, tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati”(Taurat, Kitab Kejadian 2:16-17).
Faktanya Adam memakan buah yang dilarang oleh Allah, akibatnya Adam serta keturunannya berdosa dan mati. “Jadi sama seperti oleh ketidaktaatan satu orang semua orang telah menjadi orang berdosa” (Injil, Surat Roma 5:19).
~
Slamet
man in black mengatakan
~
Wahai Kristen munafik,
Kenapa kamu asyik hapus dua postingan saya di atas, Kamu tidak percayakah pada Tuhan Yesusmu. Ingat dong! Tuhan Yesus senantiasa melihat tingkah laku burukmu di forum ini. Shame on you!!
Staff Isa dan Al-Quran mengatakan
~
Saudara Man In Black,
Mohon maaf jika staff kami harus menghapus komentar saudara. Alangkah baiknya jika saudara mengikuti aturan yang ada dalam situs ini. Kami berharap bisa berdiskusi dengan saudara sesuai aturan yang ada.
~
Noni
hakkullah mengatakan
~
Admin, lalu pohon apa yang dimaksud itu? Tidak ada keterangan di dalam Alkitab. Berarti anda menisbatkan kepada Adam as, padahal manusia itu jamak, bukan sendirian. Bagaimana manusia mau makan, sedang manusia tidak tahu, pohon apa yang dilarang?
Al-Quran sangat jelas, bahwa Nabi Adam as memakan buah pohon ini dan di surga tidak ada larangan memakannya. Jadi, hanya khusus untuk Nabi Adam as dan Siti Hawa saja.
Mana bukti di dalam Al-Quran ada larangan memakan buah-buahan di surga? Berarti tidak jelas di dalam Alkitab. Pohon apakah yang dimaksud yang tidak boleh dimakan? Pertanyaan kejadian itu di surga atau bumi di dalam Alkitab?
Staff Isa dan Al-Quran mengatakan
~
Saudara Hakkullah,
Memang kisah kejatuhan manusia pertama dalam Al-Quran tidak jelas. Alkitab dengan jelas mencatat kejatuhan Adam dan Hawa dalam dosa ketika mereka melanggar perintah Allah.
Mari kita perhatikan Taurat Kitab Kejadian 2:8-9,“Selanjutnya TUHAN Allah membuat taman di Eden, di sebelah timur disitulah ditempatkan-Nya manusia yang dibentuk-Nya itu. Lalu TUHAN Allah menumbuhkan berbagai-bagai pohon dari bumi, yang menarik dan yang baik untuk dimakan buahnya; dan pohon kehidupan di tengah-tengah taman itu, serta pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat.”
“TUHAN Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu. Lalu TUHAN Allah memberi perintah ini kepada manusia “Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas, tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati” (Taurat, Kitab Kejadian 2:15-17).
“Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya, lagipula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian. Lalu ia mengambil dari buahnya dan dimakannya dan diberikannya juga kepada suaminya yang bersama-sama dengan dia, dan suaminyapun memakannya” (Taurat, Kitab Kejadian 3:6).
Semoga kutipan ayat Alkitab di atas dapat memberikan penjelasan atas pertanyaan saudara.
~
Slamet
hakkullah mengatakan
~
Admin, Taman Eden adalah taman surga yang paling tinggi. Jannah artinya surga bisa juga diartikan taman. Jadi, tidak ada Taman Eden di bumi, tapi ada di surga mana buktinya kalau itu dari bumi? Tidak ada.
Al-Quran sangat jelas sekali,
1. Nabi Adam sebagai khalifah
2. Nabi Adam ditempatkan pertama kali di surga
3. Nabi Adam as diusir bukan karena dosa, memang sudah waktunya turun ke bumi
4. Ujian di surga, sebagai tahap untuk menghadapi ujian di bumi. Nabi Adam dan cucu-cucunya harus menghadapi penderitaan.
5. Allah menyukai orang bertobat.
Jadi, diusirnya Nabi Adam as bukan karena dosa, tapi sudah waktunya dia turun dia makan buah juga sudah qadarullah. Tidak usah disesalkan.
Staff Isa dan Al-Quran mengatakan
~
Saudara Hakkullah,
Sebelum dosa masuk dalam Taman Eden, memang taman tersebut suasananya seperti sorga. Alkitab menyatakan lokasi Taman Eden itu di bumi. Alkitab menyatakan kalau Taman Eden itu dilalui 4 sungai yaitu Pison,Gihon, Tigris, dan Efrat (Taurat, Kitab Kejadian 2:10-14). Sungai Pison dan Gihon sama sekali tidak diketahui, tapi Sungai Tigris dan Eufrat cukup familiar.
Jika Tigris dan Efrat yang dirujuk ayat ini adalah sungai yang sama dengan yang kita kenal saat ini, maka semua petunjuk ini mengindikasikan kalau Taman Eden berada di wilayah Timur Tengah; yang kemungkinan besar berada di daerah Irak. Karena itu, mungkin bukan kebetulan jika wilayah Timur Tengah yang dilalui ke-empat sungai itu menjadi lokasi yang paling subur – tempat di mana Taman Eden mungkin dulu berada.
Alkitab sungguh satu-satunya firman Allah yang dapat menjelaskan dengan tepat lokasi Taman Eden. Semoga bermanfaat untuk saudara.
~
Slamet
hakkullah mengatakan
~
Kalau anda ingin tahu taman seperti surga, adalah wilayah Indonesia. Taman Indonesia lebih indah, lebih nyaman daripada negara lain. Jadi perkiraan Alkitab melesat. Banyak orang luar menginginkan Indonesia. Indonesia sangat ramah lingkungannya dibandingkan dengan negara lain.
Sekarang anda baru tahu, Indonesia indahnya seperti apa? Jadi Alkitab meleset. Taman Eden sesungguhnya tidak ada, kecuali di taman surga. Nabi Adam as dan siti Hawa berada di surga, bukan berada di bumi sebelumnya.
Staff Isa dan Al-Quran mengatakan
~
Saudara Hakkulah,
Jelas Alkitab tidak pernah meleset, yang sering kepleset adalah manusia itu sendiri.
Nabi Adam dan Hawa jelas pernah tinggal di Taman Eden. Taman yang disediakan Allah bagi Adam untuk tempat tinggalnya. Kata ‘Eden’ bermakna, kesenangan/pleasure. Dari tempat inilah Adam dan Hawa diusir setelah mereka berbuat dosa.
“Berfirmanlah TUHAN Allah: “Sesungguhnya manusia itu telah menjadi seperti salah satu dari Kita, tahu tentang yang baik dan yang jahat; maka sekarang jangan sampai ia mengulurkan tangannya dan mengambil pula dari buah pohon kehidupan itu dan memakannya, sehingga ia hidup untuk selama-lamanya.” Lalu TUHAN Allah mengusir dia dari taman Eden supaya ia mengusahakan tanah dari mana ia diambil” (Taurat, Kitab Kejadian 3:22-23).
~
Slamet