Menarik memang mempelajari ajaran agama Islam tentang cara masuk sorga dengan melewati jembatan (sirath) setipis rambut. Jika orang Islam melewati “Jembatan Sorga” (sirath) dan orang Kristen melewati “Jembatan Keselamatan,” manakah diantaranya jembatan yang pasti ke sorga? Semuanya bergantung makna dan kuasa jembatannya, bukan? Dengan memahami kedua jembatan itu, kita akan mengerti manakah yang membawa ke sorga.
Jembatan Neraka (Sirath) Menurut Islam
Sirath adalah jembatan setipis rambut dan setajam pedang, yang membentang di atas jurang neraka. Sirath ini menghubungkan Padang Mahsyar (tempat berkumpulnya semua makhluk Allah di akhirat) dengan pintu sorga.
“Dan Neraka Jahannam itu memiliki jembatan yang lebih tipis dari rambut dan lebih tajam dari pedang. Di atasnya ada besi-besi yang berpengait dan duri-duri yang mengambil siapa saja yang dikehendaki Allah… Dan para malaikat berkata: “Rabbi sallim … (”Ya Allah, selamatkanlah ….”) Maka ada yang selamat, ada yang tercabik-cabik lalu diselamatkan dan juga ada yang digulung dalam neraka di atas wajahnya.” (HR. Ahmad 23649).
Para Muslim akan melewatinya sesuai amal mereka. Ada yang melewatinya seperti sekejap mata, seperti angin, seperti kuda yang cepat, dengan berlari, dengan berjalan, dengan merangkak. Dan ada pula yang tersambar jeruji besi lalu dijatuhkan ke neraka.
Apakah Jembatan Neraka Menjamin Sorga?
Al-Quran mengajarkan,“Dan tidak ada seorang pun di antara kamu yang tidak mendatanginya (neraka).Hal itu bagi Tuhanmu adalah suatu ketentuan yang sudah ditetapkan. Kemudian Kami akan menyelamatkan orang-orang yang bertakwa …” (Qs 19:71,72).
Ustadz Ashim bin Musthafa menjelaskan “… Semakin banyak amal shaleh seseorang di dunia, maka ia akan semakin cepat dalam menyeberanginya[sirath]. Allah Azza wa Jalla menyelamatkan orang-orang yang bertakwa kepada-Nya sesuai dengan amal mereka.”
Walau amal menolong melewati Jembatan Neraka, namun masih belum cukup untuk menjamin masuk sorga. Sebab Allah SWT-pun menyelamatkan kaum Muslim bergantung amal mereka. Amal kaum Muslim selalu kurang. Karena itu Qs 19:71-72 menjamin neraka, bukan sorga. Jadi berhasil melewati Sirath atau tidak, masih akan masuk neraka.
“Jembatan Keselamatan” Dan Isa Al-Masih
“Jembatan Keselamatan” ialah Isa Al-Masih sendiri. Ia adalah Firman Allah, “ … dan Firman itu adalah Allah” (Injil, Rasul Besar Yohanes 1:1). Ia memiliki kuasa sama seperti Allah.
Karena itu “ . . . Ia [Isa Al-Masih] sanggup juga menyelamatkan dengan sempurna semua orang yang oleh Dia datang kepada Allah. Sebab Ia hidup senantiasa untuk menjadi Pengantara mereka” (Injil, Surat Ibrani 7:25). Isa Al-Masih menjadi Pengantara atau “Jembatan” sehingga manusia dari dunia sampai ke sorga dengan selamat.
“Jembatan Keselamatan” Dan Jaminan Sorga
Melalui penyaliban-Nya, Isa Al-Masih mengampuni dosa manusia yang percaya kepada-Nya. Jadi, dengan salib Ia membuat “Jembatan Keselamatan” buat mereka yang percaya.
Dengan adanya penjelasan di atas, maka saudara dapat menyimpulkan mana jembatan yang pasti ke sorga, bukan? Kiranya saudara memilih jembatan Keselamatan yang pasti yaitu melalui Isa Al-Masih.
Focus Pertanyaan Untuk Dijawab Pembaca
Staf IDI berharap Pembaca hanya memberi komentar yang menanggapi salah satu pertanyaan berikut:
- Maukah Saudara melewati coba “Jembatan Neraka” itu? Mengapa?
- Mengapa “Jembatan Keselamatan” yaitu Isa Al-Masih berkuasa mengampuni dosa dan menjamin sorga, sedangkan “Jembatan Sorga” (Sirath) tidak?
- Mengapa orang lebih senang memakai “Jembatan Neraka” daripada “Jembatan Keselamatan”?
Komentar yang tidak berhubungan dengan tiga pertanyaan di atas, walaupun dari Kristen maupun Islam, maaf bila terpaksa kami hapus.
Untuk menolong para pembaca, kami memberi tanda ***** pada komentar-komentar yang kami rasa terbaik dan paling menolong mengerti artikel di atas.Bila bersedia, silakan juga mendaftar untuk buletin mingguan, “Isa, Islam dan Al-Fatihah.”
Apabila Anda memiliki tanggapan atau pertanyaan atas artikel “Sirath Islam Atau Isa Al-Masih, Manakah Jembatan Yang Pasti Ke Sorga?”, silakan menghubungi kami dengan cara klik link ini. atau SMS ke: 0812-8100-0718
ApaAja mengatakan
~
1. Tidak mau. Saya pasti jatuh. Karena saya sadar, saya manusia berdosa, walaupun hanya setitik dosa, saya tetap pasti jatuh. Kalau saya jago sirkus, mungkin bisa.
2.Hanya melalui Isa Al-Masih.Karena dari zaman adam, konsep yang dikehendaki Allah adalah berkorban/pengo rbanan tulus..Seperti Isa Al-Masih lakukan, secara sadar rela mati berkorban demi manusia sbagai qurban penyucian dosa.
3.Mungkin sebenarnya dalam hati mereka, mreka tidak senang dan meragukan konsep jembatan sirath, cuma karna takut mengakui, mereka mencoba untuk ‘cuek’, dan ketika merasa ajal mendekat, barulah bingung ketakutan, karena pasti akan nyebur.
staff mengatakan
~
Saudara Apaaja,
Hal yang wajar apabila semua orang takut menghadapi kematian, namun faktanya setiap orang akan mengalami kematian.
Dalam Qs 46:9, yang berhubungan dengan kematian, nabi Islam berkata, “. . . aku tidak mengetahui apa yang akan diperbuat terhadapku dan tidak (pula) terhadapmu . . .”
Jelas nabi Islam tidak yakin ke sorga. Tetunya tidak salah jika tidak seorang Muslim pun yakin ke sorga, bukan?
Lalu bagaimana kita bisa masuk sorga?
Kitab Suci Injil bahwa Isa Al-Masih dapat memberikan jaminan pasti masuk sorga.
Isa Al-Masih berfirman, “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang dapat datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku” (Injil, Rasul Besar Yohanes 14:6).
Mari kita masing-masing merenungkan “Apakah kita sudah memiliki jaminan pasti masuk sorga?”
~
Slamet
ApaAja mengatakan
~
Dari semua tuduhan bahwa kafir punya tiga Tuhan, Injil dipalsukan Paulus, Isa tidak disalibkan, menghalalkan babi, dan lain-lain.
Mari kita berandai-andai, misalkan ajaran Islam lah yang terbaik. Apakah teman-teman Muslim tetap yakin bisa diterima di surga, hanya dengan mengandalkan perbuatan baik, tanpa butuh perantara Juruselamat? Sedangkan Adam saja yang hanya melakukan satu kali kesalahan, Allah menjadi marah, dan mengusir Adam. Allah juga tidak pernah mengizinkan Adam kembali lagi, sampai Adam meninggal. Bayangkan, hanya karena satu kesalahan saja.
Lantas, apakah anda yakin Allah akan mengizinkan anda “kembali” ke surga-Nya yang Maha Kudus kelak? Kalau Adam saja yang jelas-jelas manusia suci dan hanya sekali berbuat dosa saja ditolak Allah. Bagaimana dengan saudara bisa yakin masuk sorga?
staff mengatakan
~
Saudara ApaAja,
Terimakasih untuk komentar yang saudara sampaikan. Dan kami setuju dengan pendapat saudara.
Jikalau Adam-Hawa telah mendapat murka Allah karena 1 kali saja melanggar-Nya, maka seberapa besar murka Allah yang harus dikenakan kepada kita yang telah melangar hukum-hukum-Nya setiap saat?
Oleh karena itu kita memerlukan pribadi yang dapat menyelamatkan kita dari hukuman kekal Allah di neraka yaitu Isa Al-Masih. Hanya Isa Al-Masih yang dapat mejamin hidup kekal bagi setiap orang yang percaya kepada-Nya. “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku” (Injil, Rasul Besar Yohanes 14:6).
~
Slamet
Gandhi Waluyan mengatakan
~
Konsep korban adalah, siapa yang ingin diampuni dosanya harus melakukan korban. Yang jadi persoalan, Yesus mati itu bukan dalam dikorbankan, tapi karena rencana iblis yang dibisikkan ke hati Yudas untuk menyerahkan Yesus kepada manusia Imam Yahudi.
Jika Yesus merupakan korban penebusan, maka sebenarnya yang diampuni dosanya adalah Yudas. Karena dia yang menyerahkan Yesus. Tapi kalau melihat kronologi kejadian, di mana Yesus sangat marah kepada Yudas hingga keluar kata-kata “celakalah”, peristiwa penyaliban ini bukan dalam rangka ritual penyerahan korban. Seharusnya Yesus berterimakasih kepada Yudas yang telah mewujudkan korban.
Jadi sadarlah, jangan sampai jauh tersesat ikuti para pendeta dan pastur yang sudah sadar dan mualaf.
Staff Isa dan Al-Quran mengatakan
~
Saudara Gandhi,
Kami berterima kasih untuk penjelasan saudara tentang kematian Isa Al-Masih di kayu salib. Walaupun penjelasan yang saudara sampaikan tidak sesuai dengan yang dimaksudkan oleh Alkitab, bagi kami tidak menjadi masalah.
Hal ini menunjukkan bahwa sebenarnya saudara memercayai kalau Isa Al-Masih itu benar-benar mati di kayu salib, seperti yang kami yakini. “Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci, bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan, pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci” (Injil, Surat 1 Korintus 15:3-4).
Harapan kami semoga saudara dapat memahami makna kematian Isa Al-Masih di kayu salib dengan benar, sehingga saudara juga diselamatkan.
~
Slamet
Jesus Park mengatakan
~
Untuk Gandhi,
Setiap orang berbuat jahat karena pengaruh iblis dan dia menurutinya, baik itu Yudas maupun nabi saudara. Karena kejahatan maka mereka menerima neraka, tetapi Isa memberi rahmat kepada mereka yang mau menerima keselamatan dari Isa. Tidak seperti yang dilakukan Yudas tidak bertobat dan bunuh diri, dan nabi saudara yang ingin bunuh diri dan melanggar perintah Isa yaitu mengasihi sesama dengan merampok, membunuh, berzina, dll. Itu sebabnya mereka tidak mendapat rahmat Allah karena menolak Isa Kalimatullah sebagai juruselamat mereka.
Apakah saudara mau mengikuti nabi saudara yang tidak memberikan keselamatan bahkan allah saudara tidak menjamin keselamatan saudara?
Staff Isa dan Al-Quran mengatakan
~
Saudara Park,
Kita patut bersyukur karena hanya melalui Isa Al-Masih rahmat Allah tercurah bagi manusia berdosa, kita bisa menerima perdamaian dengan Allah, pengampunan dosa dan keselamatan kekal. “Dan oleh Dialah Ia memperdamaikan segala sesuatu dengan diri-Nya, baik yang ada di bumi, maupun yang ada di sorga, sesudah Ia mengadakan pendamaian oleh darah salib Kristus” (Injil, Surat Kolose 1:20).
Pertanyaan dan komentar saudara yang baik sekali semoga dibaca dan ditanggapi oleh saudara Gandhi. Terima kasih Sdr. Park.
~
Purnama
Arie mengatakan
~
Sangat membantu kami.
Staff Isa dan Al-Quran mengatakan
~
Saudara Arie,
Kami senang membaca komentar sdr. Berharap artikel ini dapat memperlengkapi saudara. Kami memiliki beberapa artikel dan renungan secara berkala. Berharap sdr dapat mendaftarkan diri saat mengunjungi situs ini. Terima kasih.
~
Purnama