Menurut riset 72% Muslim Indonesia mendukung penerapan Syariat Islam. Umumnya orang Muslim di dunia juga sepikiran.
Orang Yahudi pada masa Isa Al-Masih mempunyai Syariat Yahudi sendiri. Mereka namakan Halacha. Intisari syariat mereka adalah 613 perintah (mitzvah) yang mereka gali dari Taurat.
Seorang teman beragama Islam mengingatkan bahwa Isa Al-Masih datang, “. . . bukan untuk meniadakannya [syariat agama], melainkan untuk menggenapinya” (Injil, Rasul Besar Matius 5:17).
Jadi, mengapa orang Kristen mengutamakan anugerah walau Isa sendiri berfokus pada Syariat Yahudi? Jawabannya dapat menentukan nasib kekal kita.
Arti “Menggenapi” Syariat
Jika pengemudi berhenti saat lampu merah dan berjalan saat lampu hijau, ia “menggenapi” satu peraturan [hukum] lalu lintas. Bila ia tidak pernah melanggar peraturan lalu-lintas, kita menyebut, “Pengemudi ini ‘menggenapi’ (mematuhi) semua hukum lalu lintas!”
Setiap orang beragama ingin “menggenapi” Syariat Agamanya walau ada ratusan hukum. Semua mengakui hal ini jauh lebih sulit dari “menggenapi” hukum lalu lintas. Kegagalannya jauh lebih dahsyat.
Cara Pertama “Menggenapi” Syariat Agama
Bukankah seorang yang menaati setiap hukum Syariat Allah sungguh “menggenapinya”? Isa Al-Masih tidak melanggar satu pun ketetapan Allah. “. . . [Ia] seorang anak laki-laki yang suci” (Qs 19:19). Jadi Isa “menggenapi” Syariat Agama karena menjalankan semuanya dengan sempurna!
Cara Kedua “Menggenapi” Syariat Agama
Jika seorang melanggar hukum lalu-lintas, ia masih dapat “menggenapinya.” Caranya? Dengan membayar denda ia “menggenapi” peraturan yang ia langgar.
Kita juga berusaha menghapus pelanggaran Syariat Agama dengan membayar “denda.” Misalnya melaksanakan bermacam-macam amal atau menambah sholat. Sebagian orang merasa puas dengan membayar “denda” pelanggaran Syariat Agama dengan cara demikian.
Silakan mengemail kami, jika Anda masih merasa salah dan malu karena melanggar Syariat Agama, walau sudah menambah amal.
Nampaknya Nabi Islam berpandangan bahwa amal tidak dapat membayar lunas denda pelanggaran Syariat Agama. Oleh karena itu, kitabnya menekankan semua Mukmin harus masuk neraka untuk melunasi denda. “Dan tidak ada seorang pun dari padamu [orang Mukmin], melainkan mendatangi neraka itu . . .” (Quran, Sura Maryam [19]:71).
Cara Ketiga “Menggenapi” Syariat Agama
Saat Isa Al-Masih tersalib, Ia mengucapkan kalimat yang unik. “Sudah selesai [Sudah genap, beres]“ (Injil, Rasul Yohanes Besar 19:30). Ucapan itu juga dapat diterjemahkan, “Lunas,” yaitu “paid in full.”
Dengan kata lain Isa Al-Masih, karena penyaliban-Nya, membayar lunas “denda” pelanggaran kita. Mengapa orang beragama sulit menerima anugerah keselamatan dari neraka yang Isa Al-Masih sediakan? Kirimkan jawaban Anda lewat email!
Isa Al-Masih “menggenapi” Syariat Agama dua kali! Ia menjalankannya dengan sempurna. Kemudian Ia membayar lunas “denda” pelanggaran Syariat Agama kita di salib-Nya. Sekarang dengan menerima anugerah-Nya kita dapat lepas dari membayar “denda” pelanggaran hukum Allah. Lagi kita akan menghindari neraka dan hidup selama-lamanya dengan Dia di sorga.
[Staf Isa dan Islam – Untuk masukan atau pertanyaan mengenai artikel ini, silakan mengirim email kepada Staff Isa dan Islam.]
Fokus Pertanyaan Untuk Dijawab Pembaca
Staf IDI berharap Pembaca hanya memberi komentar yang menanggapi salah satu pertanyaan berikut:
- Tahukah Saudara seorang yang sudah menaati Syariat Agama dengan sempurna, selain Isa Al-Masih? Jelaskanlah jawaban Saudara.
- Mengapa sebagian orang yang melanggar Syariat agama, walau beramal dan tambah sholat, masih merasa malu dan salah dan tidak ada damai di hati?
- Apa yang akan terjadi pada orang yang tidak menjalankan Syariat Islam dengan sempurna? Bagaimana jalan keluar dari nasib ngeri mereka?
Komentar yang tidak berhubungan dengan tiga pertanyaan di atas, walaupun dari Kristen maupun Islam, maaf bila terpaksa kami hapus.
Untuk menolong para pembaca, kami memberi tanda ***** pada komentar-komentar yang kami rasa terbaik dan paling menolong mengerti artikel di atas. Bila bersedia, silakan juga mendaftar untuk buletin mingguan, “Isa, Islam dan Al-Fatihah.”
Ditulis oleh: Jason Gilead
Apabila Anda memiliki tanggapan atau pertanyaan atas artikel ini, silakan menghubungi kami dengan cara klik link ini.
hakkullah mengatakan
~
Orang berzinah, membunuh, mengganggu orang lain kek. Dia bakalan masuk surga jika ada kebaikan sebiji dzarra atau seberat atom atau terkecil sekalipun, seperti dikatakan dalam hadits. Asal dia tidak menyekutukan Allah alias tidak berada di dalam neraka kekal. Itulah jawaban saya ke Wahyunata pemalas.
Berdasarkan Al-Quran dan hadits di atas, orang yang menyekutukan Allah, dipandangNya tidak ada kebaikan apapun alias kosong, berarti tidak ada harapan masuk surga alias nereka kekal. Lagipula siapa mau masuk neraka?
Staff Isa dan Al-Quran mengatakan
~
Saudara Hakkullah,
Sebenarnya dihadapan Allah semua orang telah berbuat dosa. “Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah” (Injil, Surat Roma 3:23). Semua dosa, tidak peduli betapapun “kecilnya” adalah pemberontakan melawan Tuhan dan karenanya harus mendapat hukuman yang kekal.
Tetapi tidak ada dosa yang terlalu “besar” yang tidak dapat Tuhan ampuni. ”Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan” (Injil, Surat 1 Yohanes 1:9).
Jadi seorang penjahatpun dapat masuk ke sorga asalkan ia bertobat dan minta pengampunan atas dosanya kepada Allah di dalam Isa Al-Masih.
~
Slamet
Wahyunata mengatakan
~
Hamba berkata:
“Coba memahami bahwa Yesus hanyalah sebagai Utusan Allah.”
Respon:
Kamu kembali berputar-putar. Bukankah sudah saya jelaskan bahwa ada ayat yang bilang Yesus adalah Allah, Anak Allah, Tuhan, Guru, Utusan Allah. Dan masih banyak lagi.
Coba kamu yang memahami:
Kamu adalah “anak” dari orang tua mu. Kamu adalah “bapak” dari anak-anak mu. Kamu adalah “guru” dari murid-muridmu. Kamu adalah “suami” dari istrimu. Kamu adalah “kepala” dari keluargamu. Terus tanya pada dirimu sendiri: siapakah kamu? Kamu itu ada 5 orang?
Ujung-unjungnya arah pertanyaanmu adalah masalah “Trinitas.”
Staff Isa dan Al-Quran mengatakan
~
Saudara Wahyunata,
Terima kasih untuk penjelasannya. Apabila saudara Hamba bersedia membaca Al-Quran dengan jujur, ia akan mengetahui banyak gelar yang disandang oleh Isa Al-Masih. Misalnya dalam Qs 4:171, “… Sesungguhnya Al Masih, Isa putera Maryam itu, adalah utusan Allah dan kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan roh dari-Nya…”
Setidaknya dalam ayat di atas, Al-Quran menyampaikan beberapa gelar untuk Isa Al-Masih.Yaitu: Utusan Allah, Kalimat-Nya yang disampaikan-Nya, dan Roh dari-Nya. Sebagai utusan Allah saja, Isa Al-Masih sudah jauh di atas nabi Islam. Mengapa?
Nabi Islam berasal dari dunia sedangkan Isa Al-Masih berasal dari sorga. Mari kita perhatikan pengakuan Isa Al-Masih ini, “Tidak ada seorangpun yang telah naik ke sorga, selain dari pada Dia yang telah turun dari sorga, yaitu Anak Manusia” (Injil, Rasul Besar Yohanes 3:13).
~
Slamet
Hamba mengatakan
~
Apakah anda pernah hidup bersama Yesus, tentu tidak bukan?
Nah saya tidak bisa memverifikasi bahwa Yesus adalah Allah. Tidak ada bukti, saksi, kepastian tersebut bukan? Hanya ada data-data saja. Belum tentu data itu adalah data yang sebenarnya karena belum dikonfirmasi Yesus. Saya hanya bisa menyatakan Yesus sebagai manusia yang dianugerahi Allah kelebihan. Yaitu Yesus sebagai rasul Allah yang mampu melihat, membaca, mendengar, dan menyampaikan Firman (ucapan) Allah kepada kaum Yesus.
Staff Isa dan Al-Quran mengatakan
Saudara Hamba,
Tentunya tidak berlebihan apabila kami juga mengajukan pertanyaan, “Dapatkah dipercaya referensi yang saudara gunakan untuk menjelaskan tentang Isa Al-Masih?”
Walaupun kami juga tidak pernah melihat Isa Al-Masih, ketika Dia berada di dunia. Namun demikian kami percaya bahwa Isa Al-Masih itu tidak pernah berubah dari dulu, sekarang, dan sampai selamanya.
Ketika masih di bumi Isa Al-Masih berkata, “Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya” (Injil, Rasul Besar Yohanes 20:29).
Bagaimana dengan iman saudara?
~
Slamet
Wahyunata mengatakan
~
Hamba, pertanyaan di atas dibalik, tanya kepada dirimu sendiri tentang Al-Quran dan Muhammad. Bisa tidak kamu jawab?
Manusia semenjak jatuh dalam dosa, bisa membedakan mana baik mana jahat (kisah Adam dan Hawa di kitab Kejadian). Manusia diciptakan menurut “citra” Allah, pada hakekatnya manusia punya kemampuan untuk membedakan mana baik mana jahat (kisah Penciptaan di kitab Kejadian).
Membandingkan “Kebenaran Sejati” dan yang bukan, dengan cara melihat “buah-buahnya”, saya sudah posting berkali-kali pasal-pasalnya di forum ini bukan?
Problemnya: mengapa kamu tidak bisa membedakan mana baik mana jahat, mana benar mana salah? Itu yang tahu dirimu sendiri.
Tips: jujurlah pada dirimu sendiri. Jika kamu tidak mau jujur terhadap dirimu sendiri, maka kamulah yang menutup sendiri jalan Keselamatan yang dari pada-Nya.
Staff Isa dan Al-Quran mengatakan
~
Saudara Wahyunata,
Terima kasih untuk komentar yang telah saudara sampaikan. Semoga komentar tersebut dapat menjadi bahan perenungan untuk saudara Hamba agar dia memperoleh pencerahan dari Allah.
~
Slamet
Hamba mengatakan
~
Wahyunata, saya tentu bisa memverifikasi Allah adalah Tuhannya Adam, Tuhannya Nuh, Tuhannya Ibrahim, Tuhannya Musa, Tuhannya Isa, Tuhannya Muhammad.
Semua sudah jelas bagi saya Allah menyatakan diri-Nya tapi bukan Wujud-Nya karena sudah diceritakan Allah bahwa Musa pun jatuh pingsan saat hendak melihat wujud Allah karena gunung seketika hancur saat Allah hendak menunjukkan wujud asli-Nya.
Staff Isa dan Al-Quran mengatakan
~
Saudara Hamba,
Kami setuju kalau saudara menyatakan bahwa Musa tidak pernah melihat wujud-Nya Allah. Namun kami mempunyai juga mempunyai referensi yang menyatakan kalau Isa Al-Masih dapat melihat Allah. Mari kita perhatikan Injil Rasul Besar Yohanes 1:17-18, “Sebab hukum Taurat diberikan oleh Musa, tetapi kasih karunia dan kebenaran datang oleh Yesus Kristus. Tidak seorangpun yang pernah melihat Allah; tetapi Anak Tunggal Allah, yang ada di pangkuan Bapa, Dialah yang menyatakan-Nya.”
Tentunya kita lebih mempercayai utusan yang secara langsung dapat melihat wujud-Nya Allah, bukan?
~
Slamet
Wahyunata mengatakan
~
Hamba berkata:
Allah adalah Tuhannya Adam, Tuhannya Nuh, Tuhannya Ibrahim, Tuhannya Musa, Tuhannya Isa, Tuhannya Muhammad.
Semua sudah jelas bagi saya Allah menyatakan diri-Nya tapi bukan Wujud-Nya karena sudah diceritakan Allah bahwa Musa pun jatuh pingsan saat hendak melihat wujud Allah karena gunung seketika hancur saat Allah hendak menunjukkan wujud asli-Nya.
Respon:
Saya kan sudah bilang, lihat juga buah-buah nya!
Saya tunjukkan biar kamu jelas, sebab kamu menutup mata-mu sendiri.
Semula Al-Quran ngomong begitu bahwa Allahnya Musa dll, tapi kenyataannya lihat di Al-Quran mu: Allah swt bersemayam di Arsy, kiblat ke arah Masjidil Haram, Allah swt adalah Allah yang penuh kebencian dan sadis, Allah swt isinya meng-kafir-kan orang.
Allah adalah dzat, agamaku bukan agamamu, Allah yang aku sembah bukan Allah yang kamu sembah, Allah swt menghalalkan membunuh kafir, Allah swt minta disembah, Allah swt & malaikat bersholawat untuk Muhammat, Allah swt membagi-bagi golongan mukmin dan kafir, Allah swt menyerukan perang, Allah swt mengumpat jadilah kera yang hina, Allah swt menghalalkan perceraian dan dapat perawan, menimpakan kemelaratan dan kesengsaraan, dsb.
Staff Isa dan Al-Quran mengatakan
~
Saudara Wahyunata,
Allah dalam Alkitab adalah Allah yang sangat mengasih orang berdosa. Dia mengetahui bahwa manusia ciptaan-Nya adalah lemah yang rentan dengan kesalahan dan dosa. “Seperti bapa sayang kepada anak-anaknya, demikian TUHAN sayang kepada orang-orang yang takut akan Dia” (Zabur, Kitab Mazmur 103:13).
Bahkan lebih jauh lagi Allah yang mahakasih itu tidak akan mengingat dosa orang-orang yang minta ampun dan hidup dalam pertobatan. “Tidak selalu Ia menuntut, dan tidak untuk selama-lamanya Ia mendendam. Tidak dilakukan-Nya kepada kita setimpal dengan dosa kita, dan tidak dibalas-Nya kepada kita setimpal dengan kesalahan kita, tetapi setinggi langit di atas bumi, demikian besarnya kasih setia-Nya atas orang-orang yang takut akan Dia; sejauh timur dari barat, demikian dijauhkan-Nya dari pada kita pelanggaran kita” (Zabur, Kitab Mazmur 103:9-12).
Semoga komentar saudara dapat memberikan inspirasi bagi kita semua tentang sikap Allah terhadap manusia ciptaan-Nya.
~
Slamet
hakkullah mengatakan
~
Kamu minta data dan itu saya berikan. Semua itu ada di Al-Quran dan Hadist. Agar mata mu terbuka?
Pemahamannya bukan Al-Quran dan Hadits yang kamu minta, tapi pemahaman itu dari mana?
Al-Quran bilang, bunuhlah mereka. Apakah anda tahu masalahnya?
Hadits bilang, perangi mereka sampai mereka bersyahadat, apakah anda paham hadits itu?Dan siapa yang mempratekkan ayat dan hadits itu? Pemimpin Islam, yang memahami Al-Quran dan Hadits adalah para sahabat nabi. Iita tidak mungkin memahami Al-Quran dan Hadits kecuali melalui para sahabat nabi.
Caranya, anda harus belajar sejarah mereka.
Staff Isa dan Al-Quran mengatakan
~
Saudara Hakkullah,
Kita semua mengetahui dan mengakui secara umum bahwa Tuhan itu maha pengasih. Namun hal ini perlu dibuktikan dari ajaran dan praktek oleh nabi pembawa ajaran tersebut. Isa Al-Masih telah mengajarkan kasih dan membuktikan serta mempraktekkan kasih kepada manusia.
Sebuah ajaran yang baik, tentu akan menghasilkan umat yang baik. Namun sebuah ajaran yang mengajarkan kekerasan, maka umatnya pun akan berbuat kekerasan.
Firman Allah berkata, “Jikalau suatu pohon kamu katakan baik, maka baik pula buahnya; jikalau suatu pohon kamu katakan tidak baik, maka tidak baik pula buahnya. Sebab dari buahnya pohon itu dikenal” (Injil, Rasul Besar Matius 12:33).
~
Slamet
ApaAja mengatakan
~
Keyakinan saudara-saudari Muslim:
1.Merasa selevel dengan Allah, sehingga dengan sombong berfikir amal baiknya di dunia bisa membuat mereka bisa “menukar” kannya dengan tiket masuk ke Surga, seolah olah tanpa amal baik manusia, Allah Sang Khalik akan mati dan terpaksa menerima amal baik para umatNya (persis kisah titan dalam kepercayaan Yunani kuno)
2.Walaupun sudah berusaha keras berbuat baik, tetapi percaya, kalo Allah akhirnya memutuskan masuk neraka,ya mereka pasrah, apakah mereka fikir Allah adalah hakim di dunia, yang bisa sewenang wenang. Sungguh pemahaman karakter Allah yang keliru.
3.Percaya Adam terusir karena melakukan satu kali dosa, namun yakin ketika kelak amalnya ditimbang, ada kemungkinan bisa lolos dan masuk Surga. (Memang anda lebih baik daripada Adam?)
Staff Isa dan Al-Quran mengatakan
~
Saudara ApaAja,
Memang setiap umat Muslim berharap mendapat pengampunan dosa melalui usaha mereka sendiri. Mereka mempunyai pandangan bahwa ibadah dan amal sebanyak mungkin dapat membawanya masuk sorga.
Sebenarnya nabi Islam telah memberikan pandangan yang tepat mengenai amal dan ibadah ini. Ia menyatakan bahwa amal tidak dapat membayar lunas denda pelanggaran hukum Allah. Oleh karena itu, Ia juga menekankan semua Mukmin harus masuk neraka untuk melunasi denda. “Dan tidak ada seorang pun dari padamu [orang Mukmin], melainkan mendatangi neraka itu” (Qs 9:71).
Jadi jelasnya banyak-sedikitnya amal dan ibadah seorang Mukmin, tetap tidak dapat menjamin kepastian keselamatan.
~
Slamet
Hamba mengatakan
~
Kepada ApaAja
1. Anda salah. Amal baik adalah perintah Allah.
Amal baik adalah jalan/cara supaya doa diselamatkan dari siksa kubur dan api neraka dikabulkan Allah.
Amal baik pula disisi Allah, akan dibalas dengan tingkat surga (ada 7 tingkat surga)
2. Berdasarkan sabda Rasullullah bahwa saat hendak masuk surga akan menyemberang suatu jembatan yang adalah punggung neraka. Ketika menyeberang itulah bagi orang yang bertaqwa dan pilihan Allah akan dilindungi dan diselamatkan sedangkan kafir akan dibiarkan
3. Apakah anda lebih tahu tentang Allah, apakah surga itu milik anda. Bukan surga milik Allah. Terserah Allah siapa saja yang masuk dikehendaki-Nya, bukan begitu?
Staff Isa dan Al-Quran mengatakan
~
Saudara Hamba,
Kalaupun amal dan ibadah adalah jalan untuk mencapai tujuan keselamatan dunia akhirat. Kira-kira berapa banyak amal dan ibadah yang harus saudara kumpulkan untuk menjamin diri saudara selamat. Dan saat ini sudah terkumpul berapa banyak?
Sebenarnya Allah mengasihi kita bukan karena kita telah melakukan perintah-Nya dan beribadah sesuai kehendak-Nya. Tetapi Allah mengasihi kita saat kita masih berdosa.
“Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa”(Injil, Surat Roma 5:8).
Jadi Allah terlebih dahulu mengasihi kita sebelum kita mengasihi-Nya. Sekalipun manusia dalam keadaan berdosa dan tidak melakukan perintah-Nya Allah tetap mengasihi manusia. Kasih Allah itu tanpa syarat.
~
Slamet
musang king mengatakan
~
Apakah kamu ragu dengan Al-Quran yang diturunkan Tuhan kepada Muhammad?
Buatlah satu surat yang semisal Al-Fatihah dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar (Qs 2:23).
Ingat. Cuma kitab Al-Quran tertanam kesaksian Tuhan melalui mukjizat angka 19 yang sekaligus mengabsahkannya sebagai kalam Tuhan yang hak yang datang dari sisiNya.
Apakah Alkitab peganganmu mempunyai bukti absolut tentang kesaksian Tuhan seperti yang ada di Al-Quran? Tunjukkan pada-ku jika kamu orang-orang yang benar! Sesungguhnya semua yang ada pada Alkitab PL/PB adalah palsu kecuali ianya sejalan dengan apa yang ada dalam Al-Quran.
Staff Isa dan Al-Quran mengatakan
~
Saudara Musang,
Al-Quran menunjukkan kepada kita, Tuhan itu Maha Besar dan Maha Kuasa. Dia mampu menjaga keutuhan Kitab Suci-Nya dari campur tangan manusia.
“Dan sesungguhnya telah didustakan (pula) rasul-rasul sebelum kamu, akan tetapi mereka sabar terhadap pendustaan dan penganiayaan (yang dilakukan) terhadap mereka, sampai datang pertolongan Allah kepada mereka. Tak ada seorangpun yang dapat merobah kalimat-kalimat (janji-janji) Allah. Dan sesungguhnya telah datang kepadamu sebahagian dari berita rasul-rasul itu” (Qs 6:34).
Oleh karena itu, barangsiapa mengklaim bahwa Alkitab sudah dirubah, sebenarnya dia sudah menghujat Tuhan. Karena secara tidak langsung mengatakan Tuhan pembohong. Tidak mampu menjaga keutuhan Kitab Suci-Nya sendiri.
~
Slamet
Hamba mengatakan
~
Wahyunata kepada Hamba,
1 Korintus 13:1-2, menggambarkan manusia dengan iman yang sempurna (bhs awam: teori yang sempurna), tapi tanpa kasih maka percuma/sia sia.
1 Korintus 13:3: menggambarkan perbuatan. Meskipun kamu berbuat amal, berbuat baik, bahkan sampai mengorbankan dirimu untuk dibakar tapi kalu tanpa kasih maka tidak ada faedahnya bagiNya.
1 Korintus 13:4-7: itulah yang disebut kasih
Respon:
Anda menafsirkan nya sebagai “kasih” tidak bagi saya. Tetapi saya menafsirkan nya sebagai “Iklhas karena Allah.”
Staff Isa dan Al-Quran mengatakan
~
Saudara Hamba,
Sebenarnya kasih itu tidak berasal dari manusia. Kasih ini hanya bisa manusia dapatkan dari Allah. Firman Allah mengatakan, “Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih” (Injil, Surat 1 Yohanes 4:8).
Jadi Allah adalah kasih. Dialah sumber kasih itu sendiri. Oleh karena itu, seseorang yang tidak mengenal Allah, tidak mungkin ia dapat mengasihi saudaranya.
Hanya orang yang telah memiliki kasih saja yang mampu mengatakan, “Tuhan, ampunilah mereka, karena mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.” Dan juga memberikan kemampuan kepada kita untuk mendoakan, memberkati, dan mengasihi orang yang membenci, menyakiti, dan merugikan kita.
~
Slamet
Wahyunata mengatakan
~
Kepada Hamba,
Mengapa kasih kamu sebut “Ikhlas karena Allah”? Apakah sama, coba dijelaskan!
Staff Isa dan Al-Quran mengatakan
~
Saudara Wahyunata,
Jelas seseorang tidak mungkin dapat mengasihi Allah, apabila Allah tidak terlebih dulu mengasihi dia. Mari kita perhatikan firman Allah, “Kita mengasihi, karena Allah terlebih dahulu mengasihi kita”(Injil, Surat 1 Yohanes 4:19).
Kalimat dalam ayat di atas adalah kalimat sebab akibat. Jadi, akibat dari Allah mengasihi kita, barulah kita dapat mengasihi. Dan sebaliknya, jika kita tidak tahu bahwa Allah mengasihi kita, maka sampai kapan pun kita tidak akan dapat mengasihi.
~
Slamet
Hamba mengatakan
~
Wahyunata,
Seperti yang anda paparkan ayat tentang kasih. Saya memahami bahwa kata “kasih” sebenarnya lebih tepat adalah “Ikhlas karena Allah”. Karena semua amal kebaikan yang dimaksud tanpa “kasih” akan sia-sia. Jadi kata “kasih” tersebut adalah “Ikhlas karena Allah” karena amal kebaikan tanpa “ikhlas karena Allah” akan sia-sia. Sama seperti dalam agama Islam yang mengajarkan keikhlasan karena Allah dalam segala melakukan amal kebaikan. Sama seperti penjelasan ayat yang anda paparkan tentang kasih.
Staff Isa dan Al-Quran mengatakan
~
Saudara Hamba,
Kami sudah menjelaskan di atas bahwa seseorang tidak mungkin dapat melakukan perbuatan baik bagi Allah dan sesama apabila ia tidak memiliki kasih dari Allah.
Seringkali kita dibebani dengan bagaimana cara kita menyenangkan hati Allah, bagaimana cara kita melepaskan diri dari kebiasaan buruk, bagaimana kita dapat taat sepenuhnya kepada Allah. Kita terus menerus berusaha mencari cara menghasilkan kasih, jelas kita akan gagal kalau terus berusaha mencari kasih dengan kekuatan sendiri.
“Inilah kasih itu: Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus Anak-Nya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita” (Injil, Surat 1 Yohanes 4:10).
~
Slamet
Wahyunata mengatakan
~
Kepada Hamba,
Kasih: berharap akan kebaikan itu untuk orang lain. Seperti kasih Yesus yang memberikan diri disalib untuk menebus dosa manusia. Kasih juga yang membuat kita dengan penuh kesediaan dan sukacita melayani sesama kita. Kasih kita kepada Tuhanlah yang menyebabkan kita terus berharap akan persatuan dengan Tuhan di tengah-tengah setiap penderitaan dan kesulitan yang kita alami. Kasih mengarahkan kita kepada Tuhan, sedangkan iman dan pengharapan mengarahkan kepada kesempurnaan diri kita.Kasih adalah tujuan akhir, namun iman dan pengharapan merupakan cara. Kasih mengarahkan iman dan pengharapan kita.
Staff Isa dan Al-Quran mengatakan
~
Saudara Wahyunata,
Terimakasih untuk komentar yang menarik untuk direnungkan bahwa kasih itu nyata dalam pribadi Yesus yang memberikan diri disalib untuk menebus manusia dari dosa-dosanya.
“Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu. Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya. Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu” (Injil, Rasul Besar Yohanes 15:12-14).
~
Slamet
ApaAja mengatakan
~
Hamba 2017-12-23 17:19,
Seperti yang anda paparkan ayat tentang kasih. Saya memahami bahwa kata “kasih” sebenarnya lebih tepat adalah “Ikhlas karena Allah”.
Respon: Kasih itu seperti anda menyayangi anak-anak anda tanpa syarat.
Ikhlas itu seperti suatu barang yang anda sukai, ketika diminta orang lain, anda rela memberikannya dengan tulus tanpa dipaksa.
Staff Isa dan Al-Quran mengatakan
Saudara ApaAja,
Terimakasih atas penjelasan saudara tentang perbedaan kasih dan ikhlas.
Memang kasih itu harus diberikan tanpa syarat sebagaimana yang telah diberikan Allah kepada manusia berdosa.
“Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (Injil, Rasul Besar Yohanes 3:16).
Ayat di atas memberitahukan bahwa Allah Pencipta langit dan bumi mempertunjukkan kasihNya kepada manusia berdosa yang sudah sepantasnya dihukum dan dibinasakan. Manusia tidak pernah melakukan satu hal pun yang bisa menyenangkan Allah.
Tetapi, meskipun Allah mengetahui semua keburukan dan kejahatan manusia, Ia masih tetap membuat rencana agung dan mempertunjukkan kasihNya untuk menyelamatkan manusia berdosa. Ia tidak ingin satu orangpun binasa karena Ia mengasihi manusia.
~
Slamet
Staff Isa dan Al-Quran mengatakan
~
Saudara ApaAja,
Terimakasih untuk perbandingan yang saudara sampaikan untuk menjelaskan perbedaan antara kasih dan ikhlas.
Sebenarnya kasih itu bersifat aktif, bersifat aktif dan tidak menunggu. Oleh karena itu, dalam banyak kesempatan, seseorang yang mengaku mengasihi haruslah aktif seorang terhadap yang lain. Aktif di sini tidak hanya dalam artian mau bergerak saja, lebih dari itu, mau mewujudnyatakan kasih dalam kehidupannya serta konsisten dalam melakukannya. Sedangkan ikhlas cenderung bersifat pasif.
~
Slamet
Hamba mengatakan
~
ApaAja,
Jika anda memaknai “Kasih” dengan makna dasar maka saya menafsirkannya sebagai “iman” karena amal tanpa kasih kepada Allah akan sia-sia seperti amal tanpa beriman kepada Allah akan sia-sia tapi amal tanpa ikhlas setelah beriman kepada Allah akan sia-sia pula.
Staff Isa dan Al-Quran mengatakan
~
Saudara Hamba,
Terimakasih untuk kesediaan saudara dalam berdiskusi panjang lebar tentang kasih selama ini. Namun yang menjadi pertanyaan, sudahkah saudara merasakan betapa besar kasih Allah bagimu? Percayakah saudara bahwa Isa Al-Masih juga mengasihi saudara sejak dahulu, sekarang dan sampai selama-lamanya?
~
Slamet
ROJA mengatakan
*****
1. Tidak ada yang sempurna selain Allah.
2. Karena tidak sempurna, dan menjalani sebuah kesempurnaan adalah tidak mungkin, justru yang merasa sempurnalah yang tidak tahu diri terhadap Allah.
3. Tidak terjadi apa-apa. Apakah sebuah kengerian apabila tidak ada yang terjadi? Biasa saja keles.
Staff Isa dan Al-Quran mengatakan
*****
Saudara Roja,
Saudara memberikan jawaban dengan tepat sekali, tidak ada yang sempurna selain Allah. “Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna” (Injil, Rasul Besar Matius 5:48).
Memang sebagai manusia sulit bagi kita untuk mencapai sempurna, namun bagi setiap pengikut Isa Al-Masih Ini merupakan level hidup yang harus dicapai. Dan kita tidak bisa menghindari akan hal ini karena Isa Al-Masih tidak akan mungkin memerintahkan sesuatu yang mustahil untuk kita lakukan. Jadi apa yang Isa Al-Masih perintahkan itu, Dia tahu benar bahwa kalau kita mau maka kita akan mampu melakukan.
Bahkan agar para pengikut-Nya dapat mewujudkan kerinduan Isa Al-Masih ini, maka Dia tidak segan-segan berdoa kepada Bapa di sorga. “Dan Aku telah memberikan kepada mereka kemuliaan, yang Engkau berikan kepada-Ku supaya mereka menjadi satu, sama seperti Kita adalah satu: Aku di dalam mereka dan Engkau di dalam Aku supaya mereka sempurna menjadi satu” (Injil, Rasul Besar Yohanes 17:22-23).
~
Slamet
Aldi Julvia mengatakan
~
Mengapa kalian tidak pernah berhenti memusuhi kami? Kalian berlagak seperti orang yang sudah lebih tahu dari kami. Kau menganggap Al-Qur’an adalah buatan Muhammad, dan kau percaya sepenuhnya kepada Alkitab mu itu. Tetapi kau masih menggunakan ayat-ayat Qur’an untuk bahan yang kau banding-bandingkan dengan Alkitabmu itu. Saya sudah katakan kepada kalian. Seberapa keras pun kalian berusaha agar kami mengikutinya kalian tidak akan mampu. Kalian mengatakan ini forum diskusi bukan forum debat. Tetapi kalian sendiri yang mengundang kami berdebat. Apa kalian tidak memiliki rasa malu?
Staff Isa dan Al-Quran mengatakan
~
Saudara Aldi Julvia,
Kami berharap saudara tetap tenang, tidak terburu-buru menilai kami. Forum ini untuk berdiskusi bukan untuk berdebat. Lagi pula, kami tidak pernah mengajak sdr maupun pengunjung forum ini untuk mengikuti kami. Tujuan kami adalah mengajak sdr dan pengunjung forum ini untuk mengenal Allah melalui kebenaran Kitab Suci Allah. Untuk itu, kami selalu terbuka, jika kami keliru memahami apa yang Al-Quran sampaikan, kami harap sdr dapat menolong kami. Pertanyaannya adalah apakah saudara mau berdiskusi untuk menemukan kebanaran? Jika saudara mau, kami mengajak sdr untuk berdiskusi asalkan dengan santun. Bagaimana saudara?
Oh ya, apakah sdr sudah membaca artikel di atas? Bagaimana tanggapan sdr? Monon penjelasannya. Terimakasih Sdr. Aldi.
~
Purnama
ROJA mengatakan
~
Sekarang bukalah lembaran sejarah gereja dari abad pertama sampai dengan Konstantin Yang Agung. Anda akan menemukan kengerian “sepuluh penyiksaan” Konstantin memproklamasikan agama Kristen sebagai agama yang benar, berpura-pura mengakui agama Kristen, tetapi ia sendiri tidak pernah dibaptis hingga kematiannya. Memproklamirkan tiga oknum dalam Ketuhanan dan mengakui bahwa Tuhan Yang Maha Kuasa dan Maha Kekal dikandung dan dilahirkan oleh perawan Maria adalah penghinaan paling besar terhadap hukum Tuhan dan merupakan pemberhalaan yang kotor.
Staff Isa dan Al-Quran mengatakan
~
Saudara Roja,
Maaf, kami tidak akan membahas tentang sejarah gereja, melainkan tentang syariat agama. Di dalam Alkitab tidak pernah menyebutkan Kristen sebagai agama yang benar, kecuali Isa Al-Masih adalah jalan, kebenaran dan kehidupan (Injil, RAsul Besar Yohanes 14:6). Jadi, memplokamirkan Isa sebagai Tuhan dan bagian dari Pribadi Allah, sama sekali berdasarkan Firman Allah (Injil, Rasul Lukas 2:11, Rasul Besar Yohanes 1:1). Al-Quran secara tidak langsung menyebutkan bahwa Isa adalah bagian dari Pribadi Allah, yaitu Kalimat dan Roh dari-Nya (Qs 3:45, 4:171). Bila sdr cermat, maka Isa Al-Masih satu-satunya yang dapat menggenapi syariat Allah dengan sempurna. Mengapa? Karena Isa sempurna. Artinya sesuai jawaban sdr sebelumnya, hanya Allah yang sempurna. Bagaimana menurut sdr?
~
Purnama
Hambaalloh mengatakan
~
Dari penjelasan di atas saya menyimpulkan bahwa semua umat Kristen dosanya telah ditebus oleh Isa, dan merekapun terbebas dari smua penyiksaan neraka. Namun masih ada yang ganjil disini, mengapa demikian? Dalam Islam ada beberapa dosa besar dan kecil lalu merekapun harus berusaha menebus dosa itu dengan mengikuti syariat yang ditentukan. Di sini saya merasa ingin tertawa dengan cara penebusan dosa atau kesalahan yang anda ulas tadi. Kok enak banget gitu ya, seakan-akan anda berkata-kata meski kamu melakukan pemerkosaan, pembunuhan, pencurian dll, ketika kamu bertaubat semua kesalahan itu akan dimaafkan, lucu kan.
Staff Isa dan Al-Quran mengatakan
~
SaudaraHambaalloh,
Yang benar adalah semua dosa manusia sudah ditebus oleh Isa Al-Masih, termasuk dosa sdr maupun umat Islam. Karena Isa Al-Masih datang untuk menebus dosa manusia (Injil, Rasul Matius 20:28). Tetapi hal tersebut berlaku bagi mereka yang percaya kepada karya penebusan dan pengampunan Isa Al-Masih, jika tidak percaya maka yang terjadi adalah binasa kekal. “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (Injil, Rasul Besar Yohanes 3:16). ”Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan” (Injil, Surat 1 Yohanes 1:9). Apa yang dikerjakan Isa Al-Masih adalah keadilan Allah yang ditunjukkan kepada manusia, di mana tidak ada manusia yang sanggup menghapus dosanya maupun menyelamatkannya dari hukuman kekal neraka akibat dosa, kecuali hanya pertolongan Allah. Bagi sdr mungkin hal ini ganjil, tetapi dari pihak Allah tidak.
Kami bertanya kepada sdr. Apakah saudara sanggup menebus dosa sdr? Bagaimana caranya sdr menghapus dosa sdr? Apakah saudara sanggup melakukan syariat Allah dengan sempurna? Bagaimana sdr?
~
Purnama