Menurut riset 72% Muslim Indonesia mendukung penerapan Syariat Islam. Umumnya orang Muslim di dunia juga sepikiran.
Orang Yahudi pada masa Isa Al-Masih mempunyai Syariat Yahudi sendiri. Mereka namakan Halacha. Intisari syariat mereka adalah 613 perintah (mitzvah) yang mereka gali dari Taurat.
Seorang teman beragama Islam mengingatkan bahwa Isa Al-Masih datang, “. . . bukan untuk meniadakannya [syariat agama], melainkan untuk menggenapinya” (Injil, Rasul Besar Matius 5:17).
Jadi, mengapa orang Kristen mengutamakan anugerah walau Isa sendiri berfokus pada Syariat Yahudi? Jawabannya dapat menentukan nasib kekal kita.
Arti “Menggenapi” Syariat
Jika pengemudi berhenti saat lampu merah dan berjalan saat lampu hijau, ia “menggenapi” satu peraturan [hukum] lalu lintas. Bila ia tidak pernah melanggar peraturan lalu-lintas, kita menyebut, “Pengemudi ini ‘menggenapi’ (mematuhi) semua hukum lalu lintas!”
Setiap orang beragama ingin “menggenapi” Syariat Agamanya walau ada ratusan hukum. Semua mengakui hal ini jauh lebih sulit dari “menggenapi” hukum lalu lintas. Kegagalannya jauh lebih dahsyat.
Cara Pertama “Menggenapi” Syariat Agama
Bukankah seorang yang menaati setiap hukum Syariat Allah sungguh “menggenapinya”? Isa Al-Masih tidak melanggar satu pun ketetapan Allah. “. . . [Ia] seorang anak laki-laki yang suci” (Qs 19:19). Jadi Isa “menggenapi” Syariat Agama karena menjalankan semuanya dengan sempurna!
Cara Kedua “Menggenapi” Syariat Agama
Jika seorang melanggar hukum lalu-lintas, ia masih dapat “menggenapinya.” Caranya? Dengan membayar denda ia “menggenapi” peraturan yang ia langgar.
Kita juga berusaha menghapus pelanggaran Syariat Agama dengan membayar “denda.” Misalnya melaksanakan bermacam-macam amal atau menambah sholat. Sebagian orang merasa puas dengan membayar “denda” pelanggaran Syariat Agama dengan cara demikian.
Silakan mengemail kami, jika Anda masih merasa salah dan malu karena melanggar Syariat Agama, walau sudah menambah amal.
Nampaknya Nabi Islam berpandangan bahwa amal tidak dapat membayar lunas denda pelanggaran Syariat Agama. Oleh karena itu, kitabnya menekankan semua Mukmin harus masuk neraka untuk melunasi denda. “Dan tidak ada seorang pun dari padamu [orang Mukmin], melainkan mendatangi neraka itu . . .” (Quran, Sura Maryam [19]:71).
Cara Ketiga “Menggenapi” Syariat Agama
Saat Isa Al-Masih tersalib, Ia mengucapkan kalimat yang unik. “Sudah selesai [Sudah genap, beres]“ (Injil, Rasul Yohanes Besar 19:30). Ucapan itu juga dapat diterjemahkan, “Lunas,” yaitu “paid in full.”
Dengan kata lain Isa Al-Masih, karena penyaliban-Nya, membayar lunas “denda” pelanggaran kita. Mengapa orang beragama sulit menerima anugerah keselamatan dari neraka yang Isa Al-Masih sediakan? Kirimkan jawaban Anda lewat email!
Isa Al-Masih “menggenapi” Syariat Agama dua kali! Ia menjalankannya dengan sempurna. Kemudian Ia membayar lunas “denda” pelanggaran Syariat Agama kita di salib-Nya. Sekarang dengan menerima anugerah-Nya kita dapat lepas dari membayar “denda” pelanggaran hukum Allah. Lagi kita akan menghindari neraka dan hidup selama-lamanya dengan Dia di sorga.
[Staf Isa dan Islam – Untuk masukan atau pertanyaan mengenai artikel ini, silakan mengirim email kepada Staff Isa dan Islam.]
Fokus Pertanyaan Untuk Dijawab Pembaca
Staf IDI berharap Pembaca hanya memberi komentar yang menanggapi salah satu pertanyaan berikut:
- Tahukah Saudara seorang yang sudah menaati Syariat Agama dengan sempurna, selain Isa Al-Masih? Jelaskanlah jawaban Saudara.
- Mengapa sebagian orang yang melanggar Syariat agama, walau beramal dan tambah sholat, masih merasa malu dan salah dan tidak ada damai di hati?
- Apa yang akan terjadi pada orang yang tidak menjalankan Syariat Islam dengan sempurna? Bagaimana jalan keluar dari nasib ngeri mereka?
Komentar yang tidak berhubungan dengan tiga pertanyaan di atas, walaupun dari Kristen maupun Islam, maaf bila terpaksa kami hapus.
Untuk menolong para pembaca, kami memberi tanda ***** pada komentar-komentar yang kami rasa terbaik dan paling menolong mengerti artikel di atas. Bila bersedia, silakan juga mendaftar untuk buletin mingguan, “Isa, Islam dan Al-Fatihah.”
Ditulis oleh: Jason Gilead
Apabila Anda memiliki tanggapan atau pertanyaan atas artikel ini, silakan menghubungi kami dengan cara klik link ini.
Agur binYake mengatakan
~
Tahukah kalian perbedaan antara orang Kristen dengan orang Islam? Kalau orang Kristen tidak diwajibkan oleh hukum-hukum agama menjadi sama dengan Yesus karena itu mustahil. Tetapi orang Islam dituntut melakukan hukum agama untuk menjadi sama dengan Muhammad bin Abdullah sehingga akhirnya bertaburanlah Muhammad-Muhammad junior.
staff mengatakan
~
Saudara Agur,
Memang mustahil untuk hidup seperti Isa Al-Masih. Tetapi Isa Al-Masih akan memampukan para pengikut-Nya untuk bertindak sebagaimana Isa Al-Masih bertindak, yakni saling mengasihi (Injil, Rasul Besar Yohanes 13:34-35). Karena itu, kita patut bersyukur bahwa Isa Al-Masih telah menggenapi semua yang tertulis dalam Taurat, Zabur, dan Kitab para nabi sehingga manusia dapat diselamatkan (Injil, Rasul Lukas 24:44-47).
~
Solihin
Percaya mengatakan
~
Matius 5:19, “Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga; tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga.”
Ayat di atas memperluas prinsip dari apa yang “digenapi” dengan datangnya Kristus, ke sikap para murid terhadap hukum Taurat.
staff mengatakan
~
Saudara Percaya,
Sesungguhnya ayat di atas menegaskan bahwa hukum Taurat tidak pernah ditiadakan. Sebaliknya, Isa Al-Masih telah menggenapi Taurat (Injil, Rasul Besar Matius 5:17). Karena itu, Pribadi yang telah menggenapi Taurat patut dijadikan Juruselamat. Dia adalah Isa Al-Masih.
~
Solihin
Hamba mengatakan
~
Percaya,
Sebaliknya, Yesus mengatakan, “yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga.” Jika saya berikan dalil yang menyatakan bahwa hukum Taurat harus diikuti, maka saya bertanya. Hukum Taurat apa yang paling utama untuk dilaksanakan?
staff mengatakan
~
Saudara Hamba,
Kami kira saudara Percaya telah menjawab pertanyaan saudara pada kolom komentar di bawah. Artinya hukum yang terutama adalah kasih. Seseorang tidak mungkin dapat melaksanakan syariat Allah tanpa kasih. Demikian juga dengan saudara. Apakah saudara sanggup melaksanakan syariat Islam tanpa kasih kepada Allah? Karena itu, kasih merupakan prasyarat untuk melaksanakan syariat Allah. Namun, pertanyaannya adalah apakah ada manusia yang sanggup melaksanakan syariat Allah secara sempurna tanpa pernah melanggar satu kalipun? Bila ada, maka itu adalah bentuk kasih yang sempurna.
~
Solihin
Percaya mengatakan
~
Hukum Taurat apa yang paling terutama untuk dilaksanakan ada dalam Injil Matius 22:36-40: “‘Guru, hukum manakah yang terutama dalam hukum Taurat?’ Jawab Yesus kepadanya: ‘Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi’.”
Artinya, prinsip hukum Taurat tetap dilaksanakan dalam iman kristiani. Tetapi pelaksanaannya telah disempurnakan, dirumuskan ulang, direformulasikan sekaligus direvitalisasikan oleh Tuhan Yesus Kristus di dalam Hukum kasih.
staff mengatakan
~
Saudara Percaya,
Kasih merupakan dasar yang melandasi Isa Al-Masih nuzul ke bumi. Sebab Isa Al-Masih pernah berfirman, “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal”[/b] (Injil, Rasul Besar Yohanes 3:16). Itulah sebabnya, setiap orang yang ingin diselamatkan perlu menerima rahmat dari Isa Al-Masih karena Isa Al-Masih telah menggenapi semua syariat Allah.
~
Solihin
Hamba mengatakan
~
Percaya,
Inilah Allah. Tuhan kalian. Tuhan pencipta alam semesta. Apakah Isa mengatakan kasihilah Aku, Tuhan-Mu? Tidak, bukan?
staff mengatakan
~
Saudara Hamba,
Memang pada ayat itu Isa Al-Masih tidak menyatakan demikian. Tetapi pada ayat yang lain, Isa Al-Masih berfirman kepada Rasul Besar Petrus atau Simon, “‘Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini?’ Jawab Petrus kepada-Nya: ‘Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau'”[/b] (Injil, Rasul Besar Yohanes 21:15).
Ini artinya firman Isa Al-Masih tersebut menjelaskan bahwa para murid perlu mengasihi Isa Al-Masih sebagaimana para murid mengasihi Bapa. Sebab Bapa dan Isa Al-Masih adalah satu (Injil, Rasul Besar Yohanes 10:30). Karena itu, kami berharap saudara mempelajari Injil untuk mengenal Isa Al-Masih dengan benar.
~
Solihin
Percaya mengatakan
~
To: Hamba,
Tuhan Yesus merangkum Taurat itu menjadi dua point yang sederhana. Pelaksanaan Hukum kasih sudah mencerminkan seluruh hukum Taurat (ayat 40). Firman dalam PL tetap merupakan Firman Allah bagi orang percaya, sebab semuanya adalah dasar dari Perjanjian Baru. Kita tidak akan bisa mengerti arti “kurban Yesus” tanpa melihat dan memahami dosa asal yang diperbuat Adam-Hawa. Kita tidak akan mengerti terminologi “Anak Domba Allah” tanpa mempelajari prinsip-prinsip pengampunan dosa yang ada di Perjanjian Lama, kurban bakaran, kurban pengampunan dosa, dll.
staff mengatakan
~
Saudara Percaya,
Memang benar bahwa semua ketentuan yang tertulis dalam Taurat telah digenapi Isa Al-Masih, yaitu mengenai kurban. Dan kurban sesungguhnya adalah Isa Al-Masih. Karena Isa Al-Masih hanya satu kali mengurbankan diri-Nya agar manusia diselamatkan, yaitu melalui kematian di kayu salib. Kiranya saudara Hamba berani mempelajari Taurat dan Injil untuk mengetahui hal ini.
~
Solihin
Wahyunata mengatakan
~
Hakullah: “Itu artinya Rasulullah pasti masuk surga. Yang namanya diampuni, pasti masuk surga.”
Respon:
Artinya Muhammad telah berdosa (kaitannya dengan pertanyaan Admin point 1). Kemudian ada kata “supaya Allah memberi ampunan…” berarti Allah belum tentu memberi ampunan. Lihatlah ulah dua orang ini (Hakullah dan Hamba). Bukankah kita semua sudah bisa melihat dengan hati tentang “buah” dua orang tersebut? Ayat Al-Quran sendiri ditafsirkan sesuai dengan keinginan mereka.
staff mengatakan
~
Saudara Wahyunata,
Memang benar bahwa nabi Islam berdosa. Hal ini telah dicatat dalam Al-Quran. Keberdosaan nabi Islam telah membuktikan bahwa nabi Islam tidak dapat memenuhi syariat Allah secara sempurna. Satu dosa saja yang dilakukan nabi Islam telah menunjukkan bahwa nabi Islam adalah manusia berdosa.
~
Solihin
Agur binYake mengatakan
~
Staf IDI,
Nampaknya Nabi Islam berpandangan bahwa amal tidak dapat membayar lunas denda pelanggaran syariat agama. Oleh karena itu, kitabnya menekankan semua umat Islam (termasuk Muhammad sendiri) harus masuk neraka untuk melunasi denda (Surah Maryam :71).
staff mengatakan
~
Saudara Agur,
Tentu Qs 19:71-72 memiliki dasar yang jelas. Sebab bila kita membaca Qs 43:74, maka di sana dinyatakan, “Sesungguhnya orang-orang yang berdosa kekal di dalam azab neraka Jahannam.”[/b] Pertanyaannya adalah siapakah yang tidak berdosa di dunia ini, kecuali Isa Al-Masih? Dengan demikian, tidak ada seorang pun yang mampu memenuhi syariat Allah secara sempurna, bukan?
~
Solihin
Wahyunata mengatakan
****
2. Allah menghendaki pertobatan dan bahwa ada konsekuensi dari dosa yang diperbuat. Presumption percaya akan janji Allah tentang surga, namun menyalahi Allah yang sebenarnya maha adil, sehingga berpikir dapat mencapai surga dengan caranya sendiri tanpa mempedulikan bahwa Allah menghendaki pertobatan dan bahwa ada konsekuensi dari dosa/kesalahan yang diperbuat.
Dengan demikian mempunyai anggapan sendiri lebih tinggi daripada hukum Tuhan. Juga berpikir bahwa dapat terlepas dari hukuman Tuhan walaupun berdosa. Oleh karena itu, pertobatan yang membawa kebahagiaan kekal menjadi suatu yang sulit sekali dilakukan, sebab tidak melihat bahwa pertobatan itu diperlukan. Akhirnya juga dapat terjebak untuk tidak mengakui adanya hukum moral dan kebenaran yang bersumber dari Tuhan.
3. Dosanya tidak diampuni dan tidak beroleh keselamatan yang dari Allah. “Bagaimana jalan keluarnya?” Kisah Para Rasul 2:38, “Jawab Petrus kepada mereka: ‘Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus’.” Kisah Para Rasul 3:19, “Karena itu sadarlah dan bertobatlah, supaya dosamu dihapuskan.”
staff mengatakan
****
Saudara Wahyunata,
Inilah yang disebut paradoks. Satu sisi ingin mematuhi Allah, tetapi di sisi lain mengingkari perintah Allah. Pertanyaannya adalah adakah yang sanggup untuk mematuhi syariat Allah secara sempurna? Ketidakmampuan manusia memenuhi syariat Allah secara sempurna telah menunjukkan manusia harus dihukum di neraka. Pertanyaannya, siapakah yang dapat menolong? Ayat Injil yang dikutip saudara kiranya menjadi perenungan bagi orang yang mencari kebenaran.
~
Solihin
Agur binYake mengatakan
~
Isa Al-Masih “menggenapi” syariat agama dua kali! Pertama, Ia menjalankannya dengan sempurna, kemudian Ia membayar lunas “denda” pelanggaran syariat agama di salib-Nya. Sekarang dengan menerima anugerah-Nya kita dapat lepas dari membayar “denda” pelanggaran hukum Allah. Karena itu, barangsiapa yang setia dalam Kristus akan menghindari neraka dan beroleh hidup yang kekal dengan Dia di sorga.
Tetapi seluruh umat agama Islam wajib transit di neraka membayar denda karena dosa. Setelah itu baru dipersilakan masuk ke dalam surga mendapatkan para bidadari-bidadarinya masing masing. Apa yang terjadi kemudian sudah kita ketahui, bukan?
staff mengatakan
~
Saudara Agur,
Kiranya artikel di atas memberikan pencerahan kepada saudara-saudara di forum ini. Demikian juga komentar saudara di atas bahwa hanya Isa Al-Masih yang dapat memenuhi semua syariat Allah secara sempurna. Bila seseorang ingin bebas dari neraka, maka perlu dipertimbangkan untuk memilih Isa Al-Masih sebagai Tuhan dan Juruselamat.
~
Solihin
hakkullah mengatakan
~
“Artinya Muhammad telah berdosa (kaitannya dengan pertanyaan Admin point 1).”
Bagaimana Wahyunata ini? Berarti Allah sudah mengampuni. Kalau mengikuti perintah Allah, sudah diampuni. Ada tidak Muhammad menentang perintah Allah? Sekali protes dengan Allah, pasti dosa atau sedikit saja memikirkan dzat Allah saja sudah dosa menurut Allah. Pernah tidak Muhammad memikirkan umatnya semua masuk Islam saja? Apa yang ada dalam pikiran beliau saw dibantah Allah, “Hai Muhammad, kamu tidak bisa menguasai mereka, kamu hanya tugasnya menyampaikan risalah saja.”[/b] Dosa apa yang dimilikinya? Yang namanya diampuni, pasti masuk surga. Yang namanya tidak diampuni, pasti masuk neraka.
staff mengatakan
~
Saudara Hakkulah,
Adanya kata ‘memberi ampunan kepadamu’ telah menunjukkan nabi saudara berdosa. Tetapi benarkah nabi saudara sudah diampuni? Kami kira pertanyaan ini yang perlu dijawab. Bila nabi saudara telah benar-benar diampuni, maka seyogianya perkataan pengampunan keluar dari mulut Allah SWT secara langsung. Tetapi Al-Quran tidak pernah menjelaskan perjumpaan Allah SWT dengan nabi saudara untuk menyampaikan hal itu, bukan? Bila ada perjumpaan Allah SWT dengan nabi saudara, maka tertulis dimanakah itu dalam Al-Quran?
Kedua, bila nabi saudara benar-benar diampuni, maka nabi saudara tidak akan mengeluarkan pernyataan ini, “…Aku bukanlah rasul yang pertama di antara rasul-rasul dan aku tidak mengetahui apa yang akan diperbuat terhadapku dan tidak terhadapmu…”[/b] (Qs 46:9). Perhatikan kata ‘tidak mengetahui’. Bila ini ditafsirkan, maka bukankah ini menandakan nabi saudara bingung dengan nasibnya di akhirat? Bagaimana saudara?
~
Solihin
Agur binYake mengatakan
~
To: Hakullah,
Isa Al-Masih dengan tegas mengatakan keilahian-Nya, tapi mujizat-mujizat tetap terjadi, bahkan bangkit hidup kembali serta kuasa di bumi dan di sorga dilimpahkan kepada-Nya. Hakim yang adil pula. Jika hakikat Yesus Kristus bukan Firman tentu saja Dia telah dilaknat karena selalu mengatakan keilahian-Nya.
staff mengatakan
~
Saudara Agur,
Keilahian Isa Al-Masih telah dijelaskan Injil dengan sangat jelas dan saksama. Hal ini dapat diperiksa dalam Injil. Namun, kami menyediakan artikel khusus mengenai Keilahian Isa Al-Masih. Silakan saudara mengunjungi link ini https://tinyurl.com/y8w8qv3r . Terimakasih untuk tanggapan saudara.
~
Solihin
Wahyunata mengatakan
~
1. Tidak ada seorangpun yang bisa menaati syariat agama dengan sempurna selain Isa Al-Masih (Yesus). Karena Yesus adalah Allah yang berinkarnasi menjadi manusia. Ia adalah Allah; Ia adalah manusia seperti dikutip dalam ayat-ayat berikut ini:
Yohanes 1:1-14, Firman yang telah menjadi manusia. “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah. Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatupun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan…Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.” (1:1-3, 14).
staff mengatakan
~
Saudara Wahyunata,
Hakikat Isa Al-Masih memungkinkan diri-Nya untuk memenuhi semua syariat Allah yang telah difirmankan-Nya sejak jaman Musa. Karena itu, Isa Al-Masih nuzul ke dunia untuk menggenapi semua syariat Allah tersebut agar manusia diselamatkan. Kami berharap saudara-saudara di forum ini menyadarinya.
~
Solihin
ApaAja mengatakan
~
Hamba: “Apa yang menyelamatkan kita?”
Res: Seorang yang bijak dan yang adil dikatakan bijak dan adil karena bukti kelakuannya. Kalau hanya diam saja, lalu bagaimana jalannya bisa diberi julukan sang bijak dan adil? Demikian juga Allah, Sang mahabijaksana dan adil, karena Allah tahu, manusia tidak akan sanggup melaksanakan syariat-Nya dengan sempurna, maka demi keadilan-Nya Dia bertindak untuk menolong manusia.
Kenapa harus “bertindak”? Agar anda bisa merasakan bukti keadilan-Nya dengan tindakan-Nya, yaitu memberikan bantuan/Juruslamat yang sejak dihadirkan memang untuk dikurbankan. Demi anda dan saya yang hina ini, Dia mau berkorban, supaya kita bisa berkumpul dengan-Nya kelak, tanpa melanggar aturan yang telah Allah buat sendiri, yaitu adil.
staff mengatakan
~
Saudara ApaAja,
Isa Al-Masih telah mengambil semua beban yang menumpuk di pundak manusia berkenaan dengan syariat Allah. Sebab adalah tidak mungkin dapat memenuhi semua syariat Allah secara sempurna, karena hakikat manusia yang berdosa. Karena itu, hanya yang Ilahi dapat melaksanakan semua syariat Allah secara sempurna. Itu sebabnya, Isa Al-Masih rela menanggung semua beban dosa yang ada, karena Dia adalah suci (Injil, Rasul Besar Yohanes 8:46).
~
Solihin
Wahyunata mengatakan
~
Allah tidak pernah berbicara kepada Muhammad. Muhammad dan Allah tidak saling berjumpa, tidak saling bersapa. Dan apa yang dialami oleh Muhammad di sini adalah sejalan pula dengan pengalaman moyangnya Ismail, di mana Allah juga tidak pernah berbicara dengannya.
staff mengatakan
~
Saudara Wahyunata,
Kami memohon maaf terpaksa menghapus sebagian komentar saudara karena telah keluar dari topik yang ada. Kiranya saudara dapat memahami hal ini.
Kami setuju dengan saudara bahwa tidak ada bukti otentik di mana Allah menjumpai dan berbicara langsung dengan nabi Islam dalam Al-Quran. Oleh sebab itu, syariat Islam yang diberlakukan di negara-negara Islam patut dipikirkan kembali bila mengacu pada pewahyuan.
~
Solihin
Hamba mengatakan
~
Apasaja,
Syariat yang anda maksud itu apa? Tidak berbuat dosa atau perintah Allah? Itulah fungsi nabi dan rasul. Ada yang berdosa atas kehendak Allah, ada yang tidak sesuai kehendak Allah. Itulah contoh untuk manusia.
Sempurna maksud anda belum tentu sama dengan sempurna kata Allah. Anda mengatur Tuhan atau Tuhan mengatur anda? Tuhan butuh anda atau anda butuh Tuhan? Bisa-bisanya Allah yang mahakuasa hanya demi manusia rela berkorban dengan mati disalib. “Ya atas kehendak Allah cukup dengan berfirman maka dosa manusia diampuni”.
staff mengatakan
~
Saudara Hamba,
Sempurna menurut manusia pasti cacat. Sebab hakikat manusia adalah berdosa. Tetapi yang dimaksud di sini adalah sempurna menurut standar Allah. Sempurna menurut standar Allah berarti tidak berdosa sama sekali sejak manusia dilahirkan. Pertanyaannya apakah saudara mampu melaksanakan syariat Allah secara sempurna hingga usia dewasa ini? Mengapa? Bagaimana saudara?
Demikian juga, bila ada yang berdosa atas kehendak Allah, maka Allah yang mendesain manusia agar berdosa, bukan? Dengan kata lain, sumber dosa adalah Allah. Apakah ini maksud saudara? Bagaimana saudara?
~
Solihin
Wahyunata mengatakan
~
To: Hamba,
Kami tidak tertawa, juga kami tidak akan menangis. Yang kami sampaikan adalah kebenaran. Kejujuran itu, memang menyakitkan tapi dengan itu kita “dihajar” supaya kita berubah menjadi sempurna. Roma 12:2, “Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.”
Matius 5:48, “Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna.” Dan neraka yang kekal juga tidak akan menjadi tempat kami. Karena setelah dulu berdosa, kini sadar harus bertobat dan hidup sempurna. Perjalanan kami masih panjang untuk menjadi sempurna. Masih harus berjaga-jaga dan berdoa senantiasa agar tidak jatuh dalam pencobaan.
staff mengatakan
~
Saudara Wahyunata,
Memang tidak mudah untuk hidup sempurna. Sebab hakikat manusia berdosa. Tetapi syukur kepada Allah yang telah rela datang ke dunia untuk menyelamatkan manusia dari dosa, sehingga manusia dimampukan untuk meninggalkan keinginan berbuat dosa. Dengan demikian, kita mengetahui bahwa manusia seyogianya bergantung pada Allah dalam hal kesempurnaan, dan tidak menganggap diri mampu menjalankan syariat Allah secara sempurna.
~
Solihin
hakkullah mengatakan
~
Saya memberitakan kebenaran bukan berdasarkan saya benci pada anda, tapi berdasarkan saya peduli pada anda. Saya hanya tidak mau semua manusia masuk neraka dan ditipu oleh jin. Kalau anda tidak mau terima, tidak apa-apa. Itu hak anda. Saya tidak pernah memaksa. Tapi coba renungkan sungguh dan pelajari Al-Quran dan Alkitab dengan betul-betul punya kerinduan untuk mengenal kebenaran.
Begitu juga saya. Saya tidak ingin anda masuk neraka yang digambarkan oleh Allah SWT. Saya mengharapkan anda dapat hidayah. Kebenaran itu anda belum mengerti apa-apa. Apa yang anda tahu tentang Islam? Pemahaman itu harus ada sumbernya. Kalau Anda dapat pemahaman sumbernya dari orang kafir, jadilah begitu. Tidak akan ketemu.
staff mengatakan
~
Saudara Hakkulah,
Kami merasa senang membaca tanggapan saudara yang penuh perhatian. Tentu ini baik. Sikap kepedulian terhadap sesama agar sesama tidak masuk neraka. Sebagaimana telah disampaikan saudara bahwa pemahaman itu harus ada sumbernya, maka kami berpendapat bahwa sumber otoritatif Islam menyatakan bahwa umat Islam masuk neraka (Qs 19:71-72). Qs 19:71 menyatakan, “Dan tidak ada seorangpun dari padamu, melainkan mendatangi neraka itu. Hal itu bagi Tuhanmu adalah suatu kemestian yang sudah ditetapkan.”
Membaca ayat tersebut telah menegaskan bahwa tidak ada jalan keluar bagi umat Islam untuk bebas dari neraka. Bila saudara peduli pada kami, maka seyogianya saudara peduli terhadap diri sendiri. Mengapa? Bila Al-Quran menyatakan bahwa semua umat nabi saudara masuk neraka, maka bagaimana cara saudara diselamatkan dari neraka? Bagaimana saudara?
~
Solihin
Hendy Gunawan mengatakan
~
Hakkulah: “Apa yang anda tahu tentang Islam?”
Res:
Yang saya tahu tenang Islam adalah suatu agama yang menuhankan pribadi yang lemah dan terbatas. Juga hanya bisanya bicara dan bertahta di Arsy, tetapi dia bilang aku dekat, juga begitu manusia untuk membela dia, maka munculah Front Pembela Islam.
staff mengatakan
~
Saudara Hendy,
Menarik sekali pendapat saudara. Memang pendapat ini tidak akan mudah diterima begitu saja. Sebab Islam memiliki konsep berbeda mengenai Allah SWT. Namun, bila kita jujur terhadap syariat Allah, maka tidak ada seorang pun yang bisa masuk sorga karena semua orang telah berbuat dosa. Uniknya, Al-Quran menyatakan, “Sesungguhnya orang-orang yang berdosa kekal di dalam azab neraka Jahannam” (Qs 43:74). Mengacu pada ayat di atas, maka kita mengetahui bahwa tidak ada seorang pun yang sempurna melaksanakan syariat Allah.
~
Solihin
hakkullah mengatakan
~
Berarti anda belum mengerti tentang Islam walaupun anda mau bicara apa, tetap anda belum paham apa-apa. Hafal Al-Quran banyak. Hafal hadits banyak. Ahli bahasa hebat betul, tetap saja belum mengerti tentang Islam. Jadi, pikiran anda mengenai dzat Allah terlalu tinggi.
Bicara dzat Allah tidak perlu dilayani, sebab muncul kesesatan dari situ. Hanya Islamlah punya dalil yang menerangkan haramnya memikirkan dzat Allah. Orang Kristen jadi sesat karena memikirkan dzat Allah. Akhirnya banyak digambarkan yang tidak-tidak.
staff mengatakan
~
Saudara Hakkulah,
Menghafal ayat-ayat adalah baik. Tetapi melakukan ayat-ayat tersebut jauh lebih baik. Menjadi persoalan adalah banyak orang yang tidak mampu melakukan ayat-ayat Al-Quran secara total dan menyeluruh, walaupun ayat-ayat Al-Quran diyakini sebagai perintah Allah SWT.
Namun, bila ayat-ayat Al-Quran diterapkan dan dilakukan, maka nampaknya akan terjadi kekacauan di dunia. Misal, Qs 8:12 yang menyatakan, “Ketika Tuhanmu mewahyukan kepada para malaikat: ‘Sesungguhnya Aku bersama kamu, maka teguhkan orang-orang yang telah beriman.’ Kelak akan Aku jatuhkan rasa ketakutan ke dalam hati orang-orang kafir, maka penggallah kepala mereka dan pancunglah tiap-tiap ujung jari mereka.”
Mungkinkah syariat ini diterapkan? Bagaimana saudara?
~
Solihin