• Skip to primary navigation
  • Skip to main content
  • Skip to primary sidebar
  • Skip to footer
Isa Dan Al-Quran
  • Awal
  • Maksud Situs Ini
    • Tentang Kami
    • Isa dan Al-Fatihah
    • Daftar Artikel
  • Jalan Keselamatan
    • Paspor Menuju Sorga
    • 6 Ayat Terpenting
  • Ayat Al-Quran
  • Artikel-Artikel
  • Alkitab
  • Perikop Alkitab
  • Hubungi Kami
Isa Dan Al-Quran > Ayat-Ayat Al-Quran > Maryam 19:19 > Kunci Menggenapi Dengan Sempurna Syariat Agama

Kunci Menggenapi Dengan Sempurna Syariat Agama

27 November 2017 oleh Web Administrator 386 Komentar

sharia lawMenurut riset 72% Muslim Indonesia mendukung penerapan Syariat Islam. Umumnya orang Muslim di dunia juga sepikiran.

Orang Yahudi pada masa Isa Al-Masih mempunyai Syariat Yahudi sendiri. Mereka namakan Halacha. Intisari syariat mereka adalah 613 perintah (mitzvah) yang mereka gali dari Taurat.

Seorang teman beragama Islam mengingatkan bahwa Isa Al-Masih datang, “. . . bukan untuk meniadakannya [syariat agama], melainkan untuk menggenapinya” (Injil, Rasul Besar Matius 5:17). 

Jadi, mengapa orang Kristen mengutamakan anugerah walau Isa sendiri berfokus pada Syariat Yahudi? Jawabannya dapat menentukan nasib kekal kita.

Arti “Menggenapi” Syariat

Jika pengemudi berhenti saat lampu merah dan berjalan saat lampu hijau, ia “menggenapi” satu peraturan [hukum] lalu lintas. Bila ia tidak pernah melanggar peraturan lalu-lintas, kita menyebut, “Pengemudi ini ‘menggenapi’ (mematuhi) semua hukum lalu lintas!”

Setiap orang beragama ingin “menggenapi” Syariat Agamanya walau ada ratusan hukum. Semua mengakui hal ini jauh lebih sulit dari “menggenapi” hukum lalu lintas. Kegagalannya jauh lebih dahsyat.

Cara Pertama “Menggenapi” Syariat Agama

Bukankah seorang yang menaati setiap hukum Syariat Allah sungguh “menggenapinya”? Isa Al-Masih tidak melanggar satu pun ketetapan Allah. “. . . [Ia] seorang anak laki-laki yang suci” (Qs 19:19). Jadi Isa “menggenapi” Syariat Agama karena menjalankan semuanya dengan sempurna!

bayar dendaCara Kedua “Menggenapi” Syariat Agama

Jika seorang melanggar hukum lalu-lintas, ia masih dapat “menggenapinya.” Caranya? Dengan membayar denda ia “menggenapi” peraturan yang ia langgar.

Kita juga berusaha menghapus pelanggaran Syariat Agama dengan membayar “denda.” Misalnya melaksanakan bermacam-macam amal atau menambah sholat. Sebagian orang merasa puas dengan membayar “denda” pelanggaran Syariat Agama dengan cara demikian.

Silakan mengemail kami, jika Anda masih merasa salah dan malu karena melanggar Syariat Agama, walau sudah menambah amal.

Nampaknya Nabi Islam berpandangan bahwa amal tidak dapat membayar lunas denda pelanggaran Syariat Agama. Oleh karena itu, kitabnya menekankan semua Mukmin harus masuk neraka untuk melunasi denda. “Dan tidak ada seorang pun dari padamu [orang Mukmin], melainkan mendatangi neraka itu . . .” (Quran, Sura Maryam [19]:71).

Cara Ketiga “Menggenapi” Syariat Agama

Saat Isa Al-Masih tersalib, Ia mengucapkan kalimat yang unik. “Sudah selesai [Sudah genap, beres]“ (Injil, Rasul Yohanes Besar 19:30). Ucapan itu juga dapat diterjemahkan, “Lunas,” yaitu “paid in full.”

Dengan kata lain Isa Al-Masih, karena penyaliban-Nya, membayar lunas “denda” pelanggaran kita. Mengapa orang beragama sulit menerima anugerah keselamatan dari neraka yang Isa Al-Masih sediakan? Kirimkan jawaban Anda lewat email!

Isa Al-Masih “menggenapi” Syariat Agama dua kali! Ia menjalankannya dengan sempurna. Kemudian Ia membayar lunas “denda” pelanggaran Syariat Agama kita di salib-Nya. Sekarang dengan menerima anugerah-Nya kita dapat lepas dari membayar “denda” pelanggaran hukum Allah. Lagi kita akan menghindari neraka dan hidup selama-lamanya dengan Dia di sorga.

[Staf Isa dan Islam – Untuk masukan atau pertanyaan mengenai artikel ini, silakan mengirim email kepada Staff Isa dan Islam.]


Fokus Pertanyaan Untuk Dijawab Pembaca

Staf IDI berharap Pembaca hanya memberi komentar yang menanggapi salah satu pertanyaan berikut:

  1. Tahukah Saudara seorang yang sudah menaati Syariat Agama dengan sempurna, selain Isa Al-Masih? Jelaskanlah jawaban Saudara.
  2. Mengapa sebagian orang yang melanggar Syariat agama, walau beramal dan tambah sholat, masih merasa malu dan salah dan tidak ada damai di hati?
  3. Apa yang akan terjadi pada orang yang tidak menjalankan Syariat Islam dengan sempurna? Bagaimana jalan keluar dari nasib ngeri mereka?

Komentar yang tidak berhubungan dengan tiga pertanyaan di atas, walaupun dari Kristen maupun Islam, maaf bila terpaksa kami hapus.

Untuk menolong para pembaca, kami memberi tanda ***** pada komentar-komentar yang kami rasa terbaik dan paling menolong mengerti artikel di atas. Bila bersedia, silakan juga mendaftar untuk buletin mingguan, “Isa, Islam dan Al-Fatihah.”

Ditulis oleh: Jason Gilead

 

Apabila Anda memiliki tanggapan atau pertanyaan atas artikel ini, silakan menghubungi kami dengan cara klik link ini.

Bagikan Artikel Ini:

Share on Facebook Share on Twitter Share on WhatsApp Share on Email Share on SMS

Ditempatkan di bawah: Maryam 19:19 Ditag dengan:Syariat Agama

Reader Interactions

Comments

  1. Realita mengatakan

    12 Desember 2017 pada 11:52 pm

    ~
    Kunci menggenapi dengan sempurna syariat agama adalah: Menerima pengorbanan kasih Yesus Kristus yang telah membayar lunas pelanggaran dosa kita selama hidup di dunia ini. Dan selanjutnya mengamalkan hukum kasih. Isa Al-Masih adalah jalan, kebenaran dan hidup. Allah mengambil rupa manusia datang ke dunia memberi penjabaran sempurna tentang syariat agama yang digali dari hukum Taurat:

    “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: ‘Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi’.”

    Balas
    • staff mengatakan

      14 Desember 2017 pada 3:29 pm

      ~
      Saudara Realita,

      Tidak ada seorang pun yang dapat menggenapi syariat agama secara sempurna. Sebab hakikat manusia adalah berdosa. Karena itu, setiap orang yang ingin sempurna perlu meminta pertolongan dari Isa Al-Masih yang telah menggenapi syariat Allah secara tuntas dan sempurna.
      ~
      Solihin

  2. Hamba mengatakan

    14 Desember 2017 pada 1:46 am

    ~
    Hendy Gunawan: “Sanggupkah anda bertaqwa pada Allah SWT dan Muhammad tanpa cacat dari semenjak anda kecil sampai sekarang? Makanya wajar kalau Allah SWT berkata bahwa Muslim itu akan mendatangi neraka.”

    Respon:
    Saya juga berdosa sama seperti anda. Nabi juga ada yang berdosa. Nabi dan rasul berusaha untuk menjadi orang yang bertaqwa. Begitu pula kami umatnya. Predikat kata bertaqwa hanya Allah yang memberi lisensi, bukan manusia. Itulah mengapa Muhammad bukan amal kebaikan melainkan rahmat Allah. Sebagai bukti lisensi Allah, Allah beri penghargaan yaitu rahmat. Rahmat berarti selamat siksa kubur dan neraka serta dimaksukkan ke dalam surga-Nya (Allah).

    Balas
    • staff mengatakan

      14 Desember 2017 pada 10:13 pm

      ~
      Saudara Hamba,

      Pengakuan saudara telah menunjukkan bahwa saudara tidak sanggup melaksanakan syariat Allah secara sempurna. Demikian juga nabi. Semua nabi adalah berdosa. Hanya Isa Al-Masih yang tidak berdosa (Injil, Rasul Besar Yohanes 8:46). Mengacu pada fakta ini, maka tidak ada alasan bagi manusia untuk tidak masuk neraka. Sebab syariat Allah tidak dapat dilaksanakan secara sempurna.

      Namun, puji syukur kepada Allah yang telah memberikan rahmat-Nya kepada manusia. Rahmat ini tidak diperuntukkan bagi kalangan tertentu, melainkan untuk semua orang. Rahmat ini pun karena Allah menyayangi manusia. Isa Al-Masih telah memberikan rahmat tersebut karena Dia telah memenuhi semua syariat Allah sehingga manusia dapat diselamatkan.
      ~
      Solihin

  3. Hendy Gunawan mengatakan

    14 Desember 2017 pada 2:40 am

    ~
    To: Hamba,

    Kalau memang keselamatan anda itu adalah rakhmat atau anugerah atau hadiah dari Allah, kenapa lagi anda harus berusaha berbuat amal dan ibadah untuk anda selamat? Anda tahu arti rakhmat atau anugerah atau hadiah? Kalau anda diberi hadiah oleh seseorang perlukah anda membayar hadiah itu? Sekarang saya tanya dalam bentuk apa rakhmat, anugerah atau hadiah itu diberikan Allah? Cukup rakhmat itu dengan ucapan atau duduk santai?

    Balas
    • staff mengatakan

      14 Desember 2017 pada 10:18 pm

      ~
      Saudara Hendy,

      Seyogianya setiap orang yang menyadari rahmat adalah pemberian memiliki pandangan bahwa usaha apapun yang dilakukan manusia tidak akan sanggup memenuhi semua syariat Allah secara sempurna. Hal ini perlu diakui secara jujur sehingga kebenaran terungkap.
      ~
      Solihin

  4. Realita mengatakan

    14 Desember 2017 pada 2:45 am

    ~
    Hamba berkomentar: “Meskipun saya masuk neraka saya menerima Islam dengan lapang dada dan menjalaninya dengan sesulit apapun.”

    Sdr. Hamba sedang mempersiapkan diri masuk neraka untuk penyucian dosanya? Lebih baik datang kepada Isa Al-Masih yang sudah dengan rela menanggung penderitaan disalib, mati dan bangkit kembali guna menyucikan yang percaya pada-Nya dari segala dosa. Segala hutang karena pelanggaran dosa sudah dibayar lunas oleh Isa Al-Masih sehingga kita langsung masuk surga hidup kekal damai bahagia bersama kasih Allah.

    Balas
    • staff mengatakan

      14 Desember 2017 pada 10:21 pm

      ~
      Saudara Realita,

      Setiap orang berhak membuat keputusan bagi dirinya. Namun, yang perlu dipikirkan adalah apakah keputusan itu membawa kepada kehidupan kekal atau kematian kekal. Karena itu, dibutuhkan kebijaksanaan terhadap pilihan yang dibuat. Harap saudara Hamba telah mempertimbangkan dengan sungguh-sungguh keputusan yang diambilnya.
      ~
      Solihin

  5. Hendy Gunawan mengatakan

    14 Desember 2017 pada 2:46 am

    ~
    To: Hamba,

    Berbeda sekali dengan pengikut Yesus yang telah diberikan rahmat, anugerah atau hadiah supaya orang selamat. Allah telah menjelma menjadi manusia dan menderita untuk kita supaya kita selamat dari penghukuman dosa di neraka. Masalah amal perbuatan bukan untuk selamat ke surga. Surga sudah merupakan kepastian. Amal dan perbuatan adalah supaya kita semua memperoleh upah dan kemuliaan ketika kita kembali ke surga kelak.

    Balas
    • staff mengatakan

      14 Desember 2017 pada 10:36 pm

      ~
      Saudara Hendy,

      Mengacu pada artikel di atas, maka hanya Isa Al-Masih yang dapat menggenapi semua syariat Allah. Bila ada yang menganggap dirinya mampu melaksanakan syariat Allah secara sempurna, maka ia sedang mengingkari kemampuannya sendiri. Kami berpendapat bahwa yang bersangkutan perlu berpikir secara jernih untuk membandingkan anggapan dan realita yang terjadi.
      ~
      Solihin

  6. Realita mengatakan

    14 Desember 2017 pada 5:07 am

    *
    2. “Sebagian orang yang melanggar syariat agama walau beramal dan tambah sholat masih merasa malu dan salah dan tidak ada damai di hati. Mengapa?”

    Karena peraturan agama, tidak boleh melanggar syariat agama walau satupun. Beramal dan bersholat masih merasa malu dan tidak ada damai di hati karena amal dan sholat tidak dapat menghapus dosa karena melanggar syariat agama tadi. Hati manusia membutuhkan kepastian bahwa Allah sungguh mengasihinya dan mengerti kelemahan sebagai manusia. Untuk itulah Isa Al-Masih datang mengambil rupa manusia dan memanggil manusia: “Marilah datang kepada-Ku yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah kepadaKu, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan.”

    Balas
    • staff mengatakan

      14 Desember 2017 pada 10:45 pm

      *
      Saudara Realita,

      Bila sholat dan amal dapat menolong manusia masuk sorga, maka nabi Islam adalah orang pertama yang masuk sorga. Namun, Al-Quran menyatakan hal sebaliknya. Nabi Islam tidak mengetahui nasibnya di akhirat (Qs 46:9). Ini menandakan bahwa sholat dan amal tidak memberikan jaminan masuk sorga, kecuali jaminan masuk neraka. Lalu, apa gunanya sholat dan amal? Kami berpendapat bahwa ini yang perlu dipikirkan saudara-saudara di forum ini.
      ~
      Solihin

  7. Hendy Gunawan mengatakan

    14 Desember 2017 pada 12:42 pm

    ~
    To: Hamba,

    Sekarang tidak usah lihat orang lain. Saya tanya pada anda apakah dosa-dosa anda itu sudah diampuni? Dan ketika anda meninggal kemana anda akan pergi? Berikan dalil-dalil dari jawaban anda itu dan anda sudah hitung lebih banyak mana antara dosa dan amal saleh anda itu?

    Balas
    • staff mengatakan

      14 Desember 2017 pada 10:51 pm

      ~
      Saudara Hendy,

      Mengetahui jawaban saudara Hamba akan membantu saudara-saudara di forum ini, bagaimana kemampuan saudara Hamba untuk menjalankan syariat Allah secara sempurna. Tentu diperlukan kejujuran untuk mengakuinya. Sebab hal ini memiliki dampak bagi kehidupan di akhirat nanti.
      ~
      Solihin

  8. Hamba mengatakan

    14 Desember 2017 pada 10:22 pm

    ~
    Solihin: “Sempurna menurut manusia pasti cacat. Sebab hakikat manusia adalah berdosa. Tetapi yang dimaksud di sini adalah sempurna menurut standar Allah. Sempurna menurut standar Allah berarti tidak berdosa sama sekali sejak manusia dilahirkan.”
    Respon:
    Ini adalah kesimpulan Anda. Anda tidak kenal Allah.

    “Apakah saudara mampu melaksanakan syariat Allah secara sempurna hingga usia dewasa ini?”
    Respon:
    Saya berusaha. Semua terserah Allah.

    “Bila ada yang berdosa atas kehendak Allah, maka Allah yang mendesain manusia agar berdosa, bukan? Dengan kata lain, sumber dosa adalah Allah.”
    Respon:
    Tidak. Yang saya maksud adalah hanya untuk nabi dan rasul. Supaya jadi contoh untuk ingat kepada Allah (sholat), meminta ampun, dan bertaqwa kepada Allah.

    Balas
    • staff mengatakan

      14 Desember 2017 pada 10:57 pm

      ~
      Saudara Hamba,

      Barangkali hal itu merupakan kesimpulan kami. Tetapi kesimpulan kami memiliki dasar teologis yang tepat. Contohnya adalah Nabi Adam. Mengapa Nabi Adam dihukum hanya melakukan satu dosa saja? Bukankah ini menandakan bahwa standar Allah sempurna? Bila standar Allah tidak sempurna, maka hal itu akan bertentangan dengan natur kemahasucian-Nya.

      Karena itu, membaca jawaban saudara di atas dan sebelumnya, maka kami berpendapat bahwa saudara tidak konsisten. Sebab sebelumnya saudara mengakui bahwa saudara adalah manusia berdosa. Pengakuan ini telah menandakan saudara tidak mampu menjalankan syariat Allah secara sempurna. Bukankah sebaiknya saudara jujur terhadap diri sendiri? Mengapa saudara tidak jujur mengakui bahwa saudara tidak mampu melaksanakan syariat Allah?

      Bila hal itu diperuntukkan bagi nabi dan rasul, maka tetap saja Allah merupakan sumber dosa. Sebab secara sengaja Allah mendesain para nabi dan rasul untuk berdosa, bukan? Mengapa Allah mendesain para nabi dan rasul untuk berdosa? Bagaimana saudara?
      ~
      Solihin

  9. Wahyunata mengatakan

    14 Desember 2017 pada 11:28 pm

    *
    3. Berdosa dan tidak mendapat keselamatan yang dari Allah. Jalan keluarnya adalah: takut akan Tuhan. Ketika manusia jatuh dalam dosa, maka manusia telah “mati”. “…janganlah kau makan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati.” (Kejadian 2:16-17). Mati di sini bukan berarti mereka meninggal dunia, tetapi adalah putusnya hubungan dengan Allah.

    Manusia tidak lagi mempunyai hikmat sehingga mereka terkecoh oleh Iblis. Hikmat itu sendiri adalah pengetahuan yang berasal dari Allah. Suatu kepandaian/kebijaksanaan yang seharusnya dimiliki manusia sebagai makhluk yang serupa dengan Allah.

    Balas
    • staff mengatakan

      19 Desember 2017 pada 3:03 am

      ~
      Saudara Wahyunata,

      Satu-satunya jalan keluar yang diberikan Allah agar manusia dari kengerian neraka adalah percaya pada Isa Al-Masih sebagai Tuhan dan Juruselamat. Hal ini sesuai dengan apa yang difirmankan Isa Al-Masih dalam Injil, Rasul Besar Yohanes 6:40; 10:28; 14:6. Harap kita dapat memahami dengan baik.
      ~
      Solihin

  10. hakkullah mengatakan

    14 Desember 2017 pada 11:47 pm

    ~
    “…maka nampaknya akan terjadi kekacauan di dunia. Misal, Qs 8:12…Mungkinkah syariat ini diterapkan? Bagaimana saudara?”

    Diterapkan dong, ketika dalam medan pertempuran. Ayat itu bunyinya fauqo sama dengan artinya ala, artinya di atas. Bedanya fauqo tidak nyentuh. Jadi, yang memenggal kepala itu bukan umat Islam tapi malaikat. Saat orang Islam mengarah pedang ke arahnya, tiba-tiba terpenggal kepalanya, belum apa-apa sudah jatuh duluan. Sebelum menjalankan syariat, harus berilmu. Dosa besar menjelankan syariat tanpa ilmu. Orang yang mau masuk Islam, harus berilmu dulu. Tidak boleh sembarangan menjalankan syariat, kalau tidak barengi dengan ilmu. Anda belum berilmu dan belum mengerti ayat itu, anda sudah menuduh.

    Balas
    • staff mengatakan

      19 Desember 2017 pada 3:15 am

      ~
      Saudara Hakkulah,

      Kami senang bila diskusi ini jelas dan terang benderang. Mari kita membandingkan pernyataan saudara dengan realita yang terjadi. Pertama, ayat itu diterapkan dalam medan perang. Ini berbanding terbalik dengan kenyataan. ISIS dan para teroris lain memenggal kepala pada saat tidak terjadi perang. Kedua, fauqo (yang memenggal adalah malaikat). Ini berbanding terbalik dengan kenyataan. Faktanya, para teroris yang memenggal kepala orang-orang yang dianggap kafir.

      Mengacu pada dua hal di atas, maka kami tidak menuduh. Bila pun kami tidak memiliki ilmu yang mumpuni untuk memahami Islam, tetapi kenyataan yang terjadi membuktikan sebaliknya. Silakan klik ini https://tinyurl.com/y94e3ahe untuk mendiskusikan lebih jauh mengenai tindakan teroris.
      ~
      Solihin

  11. Hamba mengatakan

    15 Desember 2017 pada 3:44 am

    ~
    Solihin: “Bila standar Allah tidak sempurna, maka hal itu akan bertentangan dengan natur kemahasucian-Nya.”
    Respon: Semua itu adalah kehendak Allah. Jangan mengatur Allah.

    “Mengapa saudara tidak jujur mengakui bahwa saudara tidak mampu melaksanakan syariat Allah?”
    Respon:
    Saya jujur. Saya berusaha (semua terserah Allah). Sempurna bagi Allah belum tentu sama bagi Anda karena Tuhan saya adalah Allah bukan Anda (Solihin).

    “Sebab secara sengaja Allah mendesain para nabi dan rasul untuk berdosa, bukan? Mengapa Allah mendesain para nabi dan rasul untuk berdosa? Bagaimana saudara?”
    Respon:
    Supaya manusia ingat kepada Allah, sholat, meminta ampun, bertaqwa kepada Allah.

    Balas
    • staff mengatakan

      19 Desember 2017 pada 3:32 am

      ~
      Saudara Hamba,

      Saudara memberikan tanggapan yang sangat menarik. Kami tidak mengatur Allah. Sebaliknya, kami menegaskan sesuai dengan sifat-sifat Allah. Dia adalah suci. Bagaimana mungkin standarnya tidak sempurna? Bila kami memiliki standar sempurna, bagaimana mungkin Allah yang mahasempurna tidak memiliki standar yang lebih sempurna? Jelas, nampaknya saudara keliru memahami Allah.

      Bila Allah mendesain para nabi dan rasul berdosa agar ingat kepada Allah, maka pemahaman saudara mengenai Allah patut ditinjau kembali. Ini berarti Allah adalah sumber dosa. Dengan demikian, Allah tidak mahasuci. Jelas, ini bertentangan dengan teologi dan doktrin manapun, bukan?
      ~
      Solihin

  12. Wahyunata mengatakan

    15 Desember 2017 pada 4:30 am

    ~
    Lukas 10:25, “Cukuplah bagi seorang murid jika ia menjadi sama seperti gurunya dan bagi seorang hamba jika ia menjadi sama seperti tuannya. Jika tuan rumah disebut Beelzebul, apalagi seisi rumahnya.” Apakah orang yang berdosa dapat menghasilkan ajaran kebenaran? Lihat Yesus. Dia tidak berdosa, suci dan sempurna.

    Balas
    • staff mengatakan

      19 Desember 2017 pada 5:01 am

      ~
      Saudara Wahyunata,

      Mengacu pada artikel di atas, maka amat mustahil manusia dapat memenuhi semua standar Allah secara sempurna. Hanya Isa Al-Masih yang dapat memenuhi semua itu. Sebab Dia suci sebagaimana telah disampaikan oleh saudara. Kami setuju dengan saudara. Terimakasih untuk tanggapan saudara.
      ~
      Solihin

  13. Realita mengatakan

    15 Desember 2017 pada 5:11 am

    ~
    Hamba: “Supaya manusia ingat kepada Allah, sholat, meminta ampun, bertaqwa kepada Allah.”

    Responnya Sdr. Hamba sesuai dengan Hadist Sahih Muslim 137 dan HSM 6622. Allah menyuruh Muslim berbuat dosa (termasuk mencuri atau berzinah). Kalau tidak, maka akan dilenyapkan dari muka bumi. Ini Allah atau musuh Allah.

    Balas
    • staff mengatakan

      19 Desember 2017 pada 5:04 am

      ~
      Saudara Realita,

      Allah adalah mahasuci. Bagaimana mungkin Allah menghendaki manusia berbuat dosa? Terlebih lagi pernyataan saudara Hamba menandakan bahwa Allah SWT yang mendesain manusia berdosa. Tentu pemahaman ini perlu ditinjau. Harap saudara Hamba tidak keliru memahami Allah.
      ~
      Solihin

  14. Hendy Gunawan mengatakan

    16 Desember 2017 pada 2:11 pm

    ~
    To: Hamba,

    Saya mau tahu siapa yang menurut anda orang-orang yang bertaqwa pada Allah sWT? Coba sebutkanlah suatu contoh di Indonesia! Siapakah orang yang layak menafsirkan dan menetapkan bahwa Muslim itu sedang berperang atau tidak, dan siapakah yang berhak menentukan seseorang itu membawa perpecahan atau tidak, siapakah orangnya yang Anda nilai orang suci? Silakan jawab.

    Balas
    • staff mengatakan

      19 Desember 2017 pada 5:06 am

      ~
      Saudara Hendy,

      Nabi Islam yang diklaim tidak berdosa pun telah dijelaskan dalam Al-Quran adalah manusia berdosa (Qs 48:2). Ini menjelaskan bahwa nabi Islam tidak suci. Bila nabi Islam tidak suci, maka amat mustahil menemukan pengikutnya pun suci. Bukankah demikian? Kiranya saudara Hamba memahami hal ini.
      ~
      Solihin

  15. Hamba mengatakan

    19 Desember 2017 pada 6:18 am

    ~
    # Staff Isa dan Al-Quran
    ~
    Saudara Hendy,

    Nabi Islam yang diklaim tidak berdosa pun telah dijelaskan dalam Al-Quran adalah manusia berdosa (Qs 48:2). Ini menjelaskan bahwa nabi Islam tidak suci. Bila nabi Islam tidak suci, maka amat mustahil menemukan pengikutnya pun suci. Bukankah demikian? Kiranya saudara Hamba memahami hal ini.
    ~
    Solihin

    Respon : Kalian itu sok tahu. Kalian itu tidak tahu bukan mengapa ayat ini diturunkan Allah? Jadi sok tahu!

    Balas
    • staff mengatakan

      30 Desember 2017 pada 1:13 am

      ~
      Saudara Hamba,

      Kami mengetahui bahwa semua nabi berdosa karena Al-Quran mengatakan demikian. Hanya Isa Al-Masih saja yang suci menurut Al-Quran. “Ia (Jibril) berkata: “Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang utusan Tuhanmu, untuk memberimu seorang anak laki-laki yang suci” (Qs 19:19).

      Al-Quran dengan jelas mencatat bahwa nabi-nabi yang Allah utus itu juga berdosa. Seperti Nabi Nuh, Qs 11:47 mencatat bahwa Nuh meminta pengampunan atas dosanya pada Allah. Ibrahim, dia minta pengampunan dari Allah atas kesalahannya dan juga kesalahan yang dilakukan oleh kedua orang tuanya (Qs 26:82; 14:41). Musa, meminta pengampunan pada Allah atas dosa pembunuhan yang telah dia lakukan (Qs 28:15-16).

      Bahkan malaikat Allah memerintahkan kepada Muhammad agar dia minta pengampunan pada Allah atas dosa-dosa yang telah dia lakukan. “Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan, tuhan) selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mu’min, laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat kamu tinggal” (Qs 47:19).

      Bagaimana menurut saudara Hamba?
      ~
      Slamet

  16. Agur bin Yake mengatakan

    19 Desember 2017 pada 9:28 am

    ~
    Muhammad memang licik. Jika tanpa fakta saya berkata demikian berarti saya memfitnah. Kekerasan dan kelicikan wajib dilakukan oleh Muhammad dan sahabat-sahabatnya demi agama barunya itu. Ada yang mau membantah? Silakan, tapi harus pakai data dari sumber-sumber sejarah Islam awal.

    Balas
    • staff mengatakan

      30 Desember 2017 pada 1:32 am

      ~
      Saudara Agur,

      Isa Al-Masih mengajarkan kepada pengikut-Nya agar cerdik tetapi tulus. Bukan licik.
      “Lihat, Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala, sebab itu hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati” (Injil, Rasul Besar Matius 10:16).

      Isa Al-Masih mengingatkan kita supaya cerdik dan tulus. Hal ini tidak bisa terpisah satu dengan yang lain. Kecerdikan ular tidak lebih daripada kelicikan dan ketulusan merpati tidak lebih daripada kelemahan.

      Sehingga kecerdikan dan ketulusan harus berjalan bersamaan. Kecerdikan akan menyelamatkan kita dari kondisi dunia yang penuh dengan kejahatan yang ada dimana-mana dan ketulusan adalah tetap mempertahankan hidup yang telah dikuduskan oleh Allah.
      ~
      Slamet

  17. Wahyunata mengatakan

    19 Desember 2017 pada 9:32 am

    ~
    Kepada Hamba,

    Nah ini, manusia sudah diberi Allah otak pikiran untuk berpikir, untuk berusaha, untuk mengerti bukan cuma “terserah”. Tapi memang hanya orang yang diberi hikmat (karena “takut akan Tuhan”-lah yang diberi hikmat), yang mengerti!

    Dosa seharusnya tidak menjadi bagian manusia. Dosa ada karena manusia itu sendiri yang tergoda oleh iblis. Ingat kisah Adam dan Hawa, mereka diciptakan baik adanya (oleh Allah) tidak berdosa. Tapi menjadi berdosa karena tergoda oleh iblis (ular) sehingga mereke makan buah terlarang.

    Balas
    • staff mengatakan

      30 Desember 2017 pada 2:11 am

      ~
      Saudara Wahyunata,

      Memang berserah kepada Allah itu bukan berarti pasrah secara pasif. Selain itu, berserah diri tidak berarti meninggalkan cara berpikir rasional. Allah tidak akan menyia-nyiakan pikiran yang Dia berikan kepada kita.

      Kalau pun manusia itu berdosa karena mereka telah melanggar perintah Allah. Dalam Alkitab, kata dosa berarti ”meleset dari target” atau sasaran. Jadi, jika seseorang meleset, atau gagal, dalam menaati hukum Allah yang sempurna, dia berbuat dosa.

      Mungkinkah seseorang tidak melakukan dosa sama sekali? Tidak mungkin. Alkitab mengatakan bahwa ”semua orang telah berbuat dosa dan gagal mencapai kemuliaan Allah” (Injil, Surat Roma 3:23).

      Namun Allah telah memberikan harapan kepada semua orang berdosa, “… karunia Allah tidaklah sama dengan pelanggaran Adam. Sebab, jika karena pelanggaran satu orang semua orang telah jatuh di dalam kuasa maut, jauh lebih besar lagi kasih karunia Allah dan karunia-Nya, yang dilimpahkan-Nya atas semua orang karena satu orang, yaitu Yesus Kristus” (Injil, Surat Roma 5:15).
      ~
      Slamet

  18. Wahyunata mengatakan

    19 Desember 2017 pada 9:44 am

    ~
    Saudara Hamba,

    Dari ayat Qs 48:2, isinya:
    “Sungguh telah Kami berikan kepada dirimu, sebuah kemenangan yang nyata,
    supaya Allah memberi pengampunan untuk dirimu terhadap hal-hal yang telah berlalu maupun hal-hal yang akan datang,
    serta Dia sempurnakan karuniaNya untuk dirimu,
    serta Dialah Yang Menuntun dirimu menuju Ketentuan Yang Tepat,
    supaya Allah menolong dirimu melalui pertolongan yang kuat”

    Artinya Muhammad berharap agar Tuhan mau mengampuni dosa-dosa yang telah diperbuatnya maka dilantunkanlah ayat tersebut yang isinya sebenarnya harapan Muhamamd agar Tuhan mengampuni dosanya.

    Muhammad tidak cukup mengharapkan pengampunan dosa yang telah diperbuatnya tetapi juga menodong Tuhan agar juga mau memberikan cek kosong pengampunan dosa yang masih akan diperbuatnya “dosamu (Muhammad) yang telah lalu dan yang akan datang” dan Muhammad memang masih ingin apa yang dinikmatinya walau dalam dosa akan menjadi sempurna.

    Balas
    • staff mengatakan

      30 Desember 2017 pada 2:33 am

      ~
      Saudara Wahyunata,

      Allah memang membenci dosa tetapi Dia mengasihi orang berdosa, Dia ingin orang berdosa bertobat dan kembali kepada-Nya. Dia sama sekali tidak menginginkan kebinasaan atau kematian mereka. Bukan berarti Dia acuh tak acuh terhadap dosa.

      Kepada orang berdosa, Isa Al-Masih berkata: “Akupun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang” (Injil, Rasul Besar Yohanes 8:11).

      Perhatikan di sini: Dia tidak hanya berkata “Aku pun tidak menghukum engkau”, tetapi Ia juga berkata “Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang”. Jadi, Isa Al-Masih mengharapkan sesuatu dari orang berdosa, yaitu bertobat dan tidak berbuat dosa lagi.
      ~
      Slamet

  19. hakkullah mengatakan

    19 Desember 2017 pada 11:13 am

    ~
    Itulah keyakinan orang kafir. Kita tidak memahami seperti itu, tapi Muslimin memahaminya Nabi Muhammad saw sudah pasti masuk surga, bukan karena dia berdosa, tapi ampunan Allah.
    Orang kafir memahaminya: ampunan Allah berarti dia berdosa , tapi kaum Muslimin tidak. Kita memahaminya, bukan karena dia berdosa tapi rahmat Allah turun kepada Nabi Muhammad saw dan ummatnya yang mengikuti beliau saw.

    Orang kafir, tidak dapat rahmat Allah artinya tidak dapat ampunan alias masuk neraka jahannam sebagai tempat kembali mereka. Itu yang bakal terjadi . Ampunan lawannya tidak mendapat ampunan Allah. Dua kalimat ini selalu ada dalam Al-Quran dan Hhadits. Jadi orang kafir tidak mendapatkan rahmat melainkan azab.

    Balas
    • staff mengatakan

      30 Desember 2017 pada 2:47 am

      ~
      Saudara Hakkullah,

      Benarkah nabi saudara sekarang berada di sorga?
      Jelas nabi umat Islam sendiri berkata, “Demi Allah, walaupun saya Rasul Allah, saya tidak tahu apa yang Allah akan berbuat dengan saya” (Hadits, 5:266).

      Jelas sebagai seorang manusia biasa, setelah meninggal nabi Islam tidak bangkit ke sorga. Bahkan kubura-nya hingga hari ini terdapat di Al-Masjid al-Nabawi, kota Madinah, tanah Arab.

      Hal ini berbeda dengan Isa Al-Masih. Al-Quran sendiri mencatat, sesudah ajal-Nya, Dia diangkat ke sorga dan sekarang bersama-sama dengan Allah. “(Ingatlah), ketika Allah berfirman: ‘Hai Isa, sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku. . . ‘” (Qs 3:55).

      Dan tetang pengikut Isa Al-Masih, Al-Quran menuliskan, “dan menjadikan orang-orang yang mengikuti kamu [yaitu Isa Al-Masih] di atas orang-orang yang kafir hingga hari kiamat” (Qs 3:55).
      ~
      Slamet

  20. Agur bin Yake mengatakan

    19 Desember 2017 pada 11:45 am

    ~
    Hakkullah,

    Geli banget melihat pernyataanmu yang mengakui sang kekasih Alloh ternyata cacat oleh dosa layaknya orang orang pagan Qurais yang juga cacat karena dosa.

    Padahal Muhammad di gembar-gemborkan telah disiap siapkan oleh si Alloh jauh sebelum Adam diciptakan sebagai tanda betapa spesialnya Muhammad. Tapi nyatanya Alloh ‘khayalan’ menurunkan kekasihnya ke dunia lewat perkawinan orang pagan yaitu Abdullah dan Aminah dan kemudian dibesarkan dari hasil keringat orang pagan.

    Alloh macam apa yang nitipin kekasihnya untuk dibesarkan oleh orang pagan? Ya begitulah dia, Alloh khayalan.

    Balas
    • staff mengatakan

      30 Desember 2017 pada 3:15 am

      ~
      Saudara Agur,

      Semua umat Muslim memang tahu kalau Siti Aminah adalah ibu dari nabi Islam dan Siti Maryam adalah ibu dari Isa Al-Masih.

      Dan lebih jauh lagi Siti Maryam yang melahirkan seorang Pribadi yang disebut terkemuka di dunia dan di akhirat disebut sebagai wanita termulia. “Hai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilih kamu, mensucikan kamu dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia”(Qs 3:42).

      Dan Kitab Suci Injil mengatakan bahwa Maryam adalah wanita yang paling diberkati Allah, “Diberkatilah engkau [Siti Maryam] di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu [Isa Al-Masih] . . . .” (Injil, Rasul Lukas 1:42,48).

      Pertanyaan-nya: Mengapa Al-Quran mengatakan Maryam, adalah wanita termulia, bukan Aminah, Ibu Nabi Islam?
      ~
      Slamet

    • staff mengatakan

      30 Desember 2017 pada 3:42 am

      ~
      Saudara-saudara,

      Kami senang bila saudara tetap fokus pada topik artikel “Kunci Menggenapi Dengan Sempurna Syariat Agama.” Dengan cara menanggapi salah satu pertanyaan berikut:
      1. Tahukah saudara seorang yang sudah menaati Syariat Agama dengan sempurna, selain Isa Al-Masih? Jelaskanlah jawaban saudara.
      2. Mengapa sebagian orang yang melanggar Syariat agama, walau beramal dan tambah sholat, masih merasa malu dan salah dan tidak ada damai di hati?
      3. Apa yang akan terjadi pada orang yang tidak menjalankan Syariat Islam dengan sempurna? Bagaimana jalan keluar dari nasib ngeri mereka?

      Namun apabila saudara ingin mendiskusikan tentang “orang kafir” , silakan saudara menggunakan kolom komentar pada artikel “Al-Quran Tidak Setuju Kristen Disebut Kafir” dengan link http://tinyurl.com/z37mt48

      Demikian harap maklum dan terima kasih.
      ~
      Slamet

Baca komentar lainnya:

« 1 … 7 8 9 10 11 12 »

PEDOMAN WAJIB MEMASUKAN KOMENTAR

Bagi Pembaca yang ingin memberi komentar, kiranya dapat memperhatikan hal-hal berikut ini:

1. Komentar harus menggunakan bahasa yang jelas, tidak melanggar norma-norma, tidak kasar, tidak mengejek dan bersifat menyerang.
2. Hanya diperbolehkan menjawab salah satu pertanyaan fokus yang terdapat di bagian akhir artikel. Komentar yang tidak berhubungan dengan salah satu pertanyaan fokus, pasti akan dihapus. Harap maklum!
3. Sebelum menuliskan jawaban, copy-lah pertanyaan yang ingin dijawab terlebih dahulu.
4. Tidak diperbolehkan menggunakan huruf besar untuk menekankan sesuatu.
5. Tidak diijinkan mencantumkan hyperlink dari situs lain.
6. Satu orang komentator hanya berhak menuliskan komentar pada satu kolom. Tidak lebih!

Komentar-komentar yang melanggar aturan di atas, kami berhak menghapusnya. Untuk pertanyaan/masukan yang majemuk, silakan mengirim email ke: .

Kiranya petunjuk-petunjuk di atas dapat kita perhatikan.

Wassalam,
Staf, Isa dan Islam

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

 huruf tersedia

Sidebar Utama

Artikel Terbaru

  • Keutamaan Hidayah dan Rahmat yang Membahagiakan Kita!
  • Mengapa Muslim Memuliakan Maryam, Ibu Isa Al-Masih?
  • Apakah Benar Al-Quran Menyatakan Semua Mukmin Berdosa?
  • Cara Terbaik Muslim Muhasabah Diri di Awal Tahun
  • Allah Memberikan Solusi Atas Ujian Hidup Anda

Artikel Terpopuler Bulan Ini

  • Allah Memberikan Solusi Atas Ujian Hidup Anda
  • Apakah Benar Al-Quran Menyatakan Semua Mukmin Berdosa?
  • Cara Terbaik Muslim Muhasabah Diri di Awal Tahun
  • Mengapa Muslim Memuliakan Maryam, Ibu Isa Al-Masih?
  • Adakah Muslim dan Nasrani Setuju Isa Al-Masih Sumber Hayat?

Artikel Yang Terhubung

  • Dengan Amal, Tidak Dapat Menjadi Benar!
  • Salah Satu Mukjizat Isa: Memulihkan Hubungan Kita…

Footer

Hubungi Kami

Apabila Anda memiliki pertanyaan / komentar, silakan menghubungi kami dengan menekan tombol di bawah ini.

Hubungi Kami

Renungan Berkala Isa dan Al-Fatihah

Apabila Anda ingin menerima renungan singkat setiap minggu, silakan menekan tombol di bawah ini

Renungan Berkala Isa Dan Al-Fatihah

Social Media

Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
App Isadanislam
Hak Cipta © 2009 - 2021 Dialog Agama Isa dan Al-Quran. | Kebijakan Privasi |
Kebijakan Dalam Membahas Email
| Hubungi Kami