Umat Muslim mengakui bahwa Allah telah menurunkan banyak pewahyuan termasuk Perjanjian Lama dan Baru. Mereka juga mempercayai bahwa pewahyuan-pewahyuan tersebut digantikan oleh Al-Quran.
Tetapi, orang-orang Muslim hanya mengakui Al-Quran sebagai Firman Allah. Menurut mereka, orang-orang Yahudi telah mengubah isi Alkitab. Semuanya bertentangan dengan Al-Quran. Walaupun Al-Quran sendiri telah menyatakan dengan jelas bahwa Injil dan Taurat adalah “petunjuk, cahaya, serta pengajaran dari Allah” (Qs 5:46). Lalu, bagaimana dengan dua bagian Al-Quran yang bertolak-belakang?
Dua Bagian Al-Quran, Mekah dan Madinah
Menurut sumber-sumber Islam, Muhammad pertama kali menerima pewahyuan di Mekah pada 610 M. Pewahyuan ini bernada damai dan agamawi. “Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam) . . .” (Qs 2:256). Orang Yahudi dan Kristen (penerima pewahyuan Allah mula-mula) juga disebut sebagai “Ahli Kitab.”
Perubahan pun muncul ketika Muhammad hijrah ke Madinah pada satu dekade kemudian. Di sini ia menerima pewahyuan yang kadang kala disebut “Al-Quran kedua.” Dalam pewahyuan ini, orang-orang Yahudi dibandingkan dengan kera dan babi (Qs 2:65; 5:60; 7:166). Muhammad juga salah paham dengan istilah “Anak Allah.” Walau ini kata kiasan nabi Islam mengartikannya secara literlik. Akibatnya ia mengutuk mereka yang mempercayai Isa Al-Masih sebagai Anak Allah (Qs 9:30).
Setelah Muhammad wafat, para pengikutnya menggabungkan kedua pewahyuan tersebut ke dalam satu buku. Tetapi ketiadaan konteks dan kronologi. Jadi ada kesulitan dalam memahami Al-Quran jika tanpa mempelajari Sunah. Bagaimana orang-orang Muslim mengatasi dua bagian Al-Quran yang bertentangan itu?
Doktrin Pembatalan
Jika ada dua bagian bertentangan, bagian yang lebih baru “membatalkan” atau “mengesampingkan” bagian yang awal. Doktrin ini membuat lebih banyak permasalahan daripada penyelesaian. Contoh, satu ayat dalam Al-Quran menegaskan doktrin pembatalan (Qs 2:106), tetapi ayat lain sebelumnya mengatakan “tidak terdapat perubahan dalam Firman Allah.”
Sebagian orang Muslim mendebat bahwa Alkitab juga mengajarkan pembatalan. Contohnya, hukum Musa yang memerintahkan untuk merajam seorang pezina (Taurat, Imamat 20:10). Tetapi Yesus membebaskan seorang wanita yang tertangkap berzinah (Injil, Rasul Besar Yohanes 8:2-11).
Sifat Alkitab dan Al-Quran Berbeda
Sifat dari Alkitab tidak sama dengan Al-Quran. Alkitab adalah pewahyuan Allah yang progresif. Setiap ayat, bagian, dan buku saling berhubungan dan saling memberikan pengertian.
Pemakaian kata-kata figuratif dalam Alkitab, terkadang membuat orang yang membacanya salah mengerti. Untuk itu, seorang yang membaca Alkitab, perlu memperhatikan konteks dari ayat yang sedang dibacanya.
Otoritas Isa Al-Masih Mengampuni Dosa
Pada contoh di atas kita membaca bahwa menurut hukum Musa, seorang wanita yang kedapatan berzinah harus dirajam. Tapi mengapa Isa Al-Masih justru membebaskannya dari hukuman? Hal ini dikarenakan Isa Al-Masih benar-benar mengerti maksud hukum Musa – menjadi penuntun sampai Ia datang. Sebagaimana Kitab Suci Injil menuliskan, “Jadi hukum Taurat adalah penuntun bagi kita sampai Kristus datang, supaya kita dibenarkan karena iman” (Injil, Surat Galatia 3:24).
Sebagai Pencipta, Pemelihara, dan Penyelamat dunia, Isa Al-Masih memiliki otoritas berdaulat untuk mengampuni dosa. Dia adalah penebus jiwa.
(Artikel ini pertama kali dipublikasikan pada jurnal berita The Pathway, Konvensi Baptis Missouri, 29 July 2014.)
Fokus Pertanyaan Untuk Dijawab Pembaca
Staf IDI berharap Pembaca hanya memberi komentar yang menanggapi salah satu pertanyaan berikut:
- Mengapa terdapat dua bagian Al-Quran yang berbeda?
- Bagaimana doktrin pembatalan berlaku pada Al-Quran?
- Bagaimana kita dapat menjelaskan hal-hal yang terlihat bertentangan pada Alkitab?
Komentar yang tidak berhubungan dengan tiga pertanyaan di atas, walaupun dari Kristen maupun Islam, maaf bila terpaksa kami hapus.
Untuk menolong para pembaca, kami memberi tanda ***** pada komentar-komentar yang kami rasa terbaik dan paling menolong mengerti artikel di atas. Bila bersedia, silakan juga mendaftar untuk buletin mingguan, “Isa, Islam dan Al-Fatihah.”
Apabila Anda memiliki tanggapan atau pertanyaan atas artikel ini, silakan menghubungi kami dengan cara klik link ini. atau SMS ke: 0812-8100-0718
~
1. Membuktikan bahwa Wahyu tersebut bukan dari Allah karena Firman Allah dari dulu, sekarang dan hingga nanti tetap sama dan tidak berubah.
2.Allah tidak mungkin berbelit-belit.Kalau ada pembatalan berarti Allah tidak konsisten dengan apa yang telah difirmankan-Nya.
3.Memohon hikmat dari Allah dan menjelaskan sesuai konteks mengapa ayat tersebut ditulis.
~
Saudara Davids,
Terima kasih atas komentar saudara, Kiranya penjelasan saudara dapat memberikan manfaat bagi setiap pembaca.
~
Slamet
~
Kapada Staff & Kristiani,
Maaf sebelumnya terlebih dahulu tengok dulu kitab saudara saat ini, jangan ngawur! Tidak ada Al-Quran yang berbeda seperti kitabmu saat ini. Persoalan Mekkah dan Madinah itu adalah wilayah di mana Rasul Muhammad menerima wahyu dari Allah.
~
Mekkah dan Madinah itu bukan hanya tempat nabi Muhammad menerima wahyu dari Allah, kedua tempat tersebut juga wilayah nabi Muhammad untuk mengembangkan karirnya.
Oleh karena itu doktrin “pembatalkan dan digantinya ayat lain yang berbeda dan kadang bertentangan artinya dari ayat yang digantikan”, sangat bermanfaat bagi karir kenabian Muhammad.
~
Slamet
~
Bagaimana doktrin pembatalan berlaku pada Al-Quran? Al-Quran bagi umat Islam merupakan dasar hukum Islam. Sebuah aturan yang baik tentu memperhatikan bagaimana konteks kondisi kemasyarakatan pada saat itu.
Jika benar admin website ini punya teman Muslim coba mintalah penjelasan bagaimana “proses terjadinya hukum dalam islam melarang bagi Muslim untuk meminum, minuman keras”. Ini hanya salah satu contoh saja.
Jadi pernyataan anda “doktrin pembatalan menimbulkan masalah” sangat salah sama sekali. Saran saya dalam memahami hukum islam sama seperti jika anda mempelajari praktek hukum negara bahwa semua referensi yang relevan harus dicari dan dipelajari untuk mendapatkan kesimpulan hukum yang benar.
~
Nabi Muhammad mengajarkan bahwa Allah mempunyai hak untuk mengganti ayat-ayat dalam Al-Quran. “Ayat mana saja yang Kami nasakhkan, atau Kami jadikan (manusia) lupa kepadanya, Kami datangkan yang lebih baik daripadanya atau yang sebanding dengannya” (Qs 2:106).
Kalau dikaji lebih dalam, sebenarnya ajaran ini akan tidak akan menyelesaikan masalah. Karena umat Muslim berhasil keluar dari satu kesulitan hanya untuk kemudian masuk kedalam kesulitan lainnya.
Paling tidak akan menimbulkan pertanyaan “curiga”, mengapa Tuhan yang Maha Kuasa, dan Maha Tahu harus merevisi, dan memperbaiki perintah-perintahNya? Kenapa Dia tidak memilih perintah yang benar saja ketika pertama kali diturunkan?
Hukum Tata negara di dunia memang dapat berubah, tetapi hukum Kerajaan Allah kekal adanya
~
Slamet
~
Saudara Azmadin,
Apabila saudara menghendaki diskusi tentang kepercayaan orang Kristen, saudara dapat mempostingkan komentar saudara pada artikel “Meluruskan Kesalahpahaman – Orang Kristen Mengikuti Isa Al-Masih, Bukan Paulus!” dengan link http://tinyurl.com/7srwflg.
Demikian harap maklum dan terimakasih.
~
Slamet
~
“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam). . .” (Qs 2:256).
Allah memberi kebebasan pada kita untuk memilih neraka atau surga. Umat Muslim dalam beribadah harus didasarkan pada niat (Hati iklas karena Allah), makanya tidak ada paksaan untuk masuk Islam. Allah telah memperingatkan manusia melalui nabi-nabi yang diutus dan kitab-kitab yang diturunkan jika kalian memilih jalan selain Islam, itu hak kalian.
Al-Quran tidak diturunkan secara langsung, melainkan berangsur-angsur. Agar hambanya dapat menerimanya sepenggal demi sepenggal.
~
Marilah kita memperhatikan dengan baik dua ayat di bawah ini, untuk mengetahui kebenaran bahwa dalam Islam tidak ada paksaan.
“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui” (Qs 2:256).
Menurut ayat di atas, memang benar bahwa tidak ada paksaan bagi seseorang untuk memeluk agama Islam. Seseorang bebas untuk memilih agama yang diyakininya.
“Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan hari akhir dan tidak mengharamkan apa yang diharamkan Allah dan rasul-Nya dan tidak beragama dengan agama yang benar yaitu orang-orang ahli kitab sampai mereka membayar jizyah dalam keadaan tunduk” (Qs 9:29).
Menurut Qs 9:29, orang-orang Kristen (ahli kitab) harus diperangi bahkan dipaksa untuk membayar jizyah.
Jadi menurut Saudara, manakah yang harus diikuti dari kedua ayat di atas tersebut?
~
Slamet
~
Teman saya pernah ke Maroko, dia bercerita bahwa di Maroko dia menemukan cetakan Al-Quran lebih dari 7 versi. Di mana masing-masing versi berbeda satu dengan yang lainnya.
Bagaimana dapat dikatakan bahwa Al-Quran itu langsung dari Allah kalau terdapat perbedaan? Saya curiga jika ini benar Al-Quran ditulis oleh manusia lalu dikatakan turun dari langit Allah SWT!
~
Umat Muslim memang mengakui bahwa Al-Quran adalah wahyu Allah di sorga. Namun kalau kita perhatikan isi Al-Quran ada cukup banyak ayat-ayatnya sebagai ucapan manusia.
Untuk mengetahui “Benarkah Al-Quran Seratus Persen Firman Allah?” saudara dapat membaca artikel pada http://tinyurl.com/mcj7yvq
~
Slamet
~
Ilmu Al-Quran tak sedangkal itu. Tiap ayat memiliki Asbabun Nuzul (sebab dan keterangan ayat itu diturunkan) dan Tafsir yang berbeda.
Maka dari itu terdapat ayat yang “sepertinya” penasakhkan/membatalkan ayat lain. Padalah konteks dan tafsirnya berbeda.
Jadi sekali lagi , bacalah Al-Quran itu secara utuh. Ayat demi ayat. Surat demi surat. Pahami bahasa dan maksudnya. Karna Al-Quran kami seratus persen terbuka. Tak ada yang umat Islam tutup-tutupi. Al-Quran kami masih sama dalam bahasa saat ia diturunkan.
~
Agama Islam memang mengajarkan bahwa beberapa ayat yang lama dapat digantikan dengan ayat yang baru, yang dikenal dengaan ayat yang dinasakhkan.
“Ayat mana saja yang Kami nasakhkan, atau Kami jadikan (manusia) lupa kepadanya, Kami datangkan yang lebih baik daripadanya atau yang sebanding dengannya. Tidakkah kamu mengetahui bahwa sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu” (Qs 2:106)
Namun Alkitab tidak pernah meniadakan ayat sebagai wahyu Allah sebelumnya, melainkan menggenapinya. Hal ini dikatakan sendiri oleh . Isa Al-Masih, “Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya” (Injil, Rasul Besar Matius 5:17).
Tentunya wahyu Allah itu kekal, bukan? Isa Al-Masih berkata: “Langit dan bumi akan lenyap, tetapi perkataan-Ku kekal” (Injil, Rasul Lukas 21:33).
~
Slamet
~
Kepada Jaka,
Saya rasa anda atau teman anda salahpaham atau malah berbohong soal ini.
Tak ada istilah ‘versi’ dalam Al Quran. Jikalau yang dimaksud dengan yang 7 adalah Qiraatnya atau cara pembacaan dan diealeknya. Bahkan dikatakan bahwa Malaikat Jibril membacakan tiap ayat sebanyak 7x sesuai jumlah dialek kaum Arab pada saat itu. Dan dalam yang 7 itu tidak ada satu katapun yang berbeda. Hanya dialek dan pelafalannya saja.
~
Umat Muslim memang mengaku bahwa ktab suci Al-Quran hanya ada satu, Namun faktanya tidak demikian ,paling tidak ada ada Al-Quran milik kaum Syiah dan kaum Sunni.
Saudara Jaka, sebenarnya bagi kita tidak penting mempermalahkan adanya berbagai versi, maupun terjemahan dalam kitab suci agama. Justru kepastian masuk sorga itu ada dalam kitab suci agama atau tidak, itulah yang paling penting. Kitab suci yang membicarakan bahwa dosa manusia berdosa memerlukan Juruselamat itulah yang kita butuhkan.
Kitab Suci Allah menuliskan “Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan” (Injil, Surat Kisah Para Rasul 4:12).
~
Slamet
~
Sepertinya Perjanjian Baru juga mempunyai 2 fase :
1. Fase sebelum peristiwa penyaliban, kematian dan kebangkitan Yesus,
2. Fase sesudah peristiwa penyaliban, kematian dan kebangkitan Yesus.
Dalam fase 1 Yesus membatasi ajarannya hanya untuk domba-domba yang sesat dari umat Israel juga menegaskan jika ia tidak merubah hukum Taurat dan kitab para nabi.
Dalam fase 2 ajarannya telah membatalkan hukum Taurat sebagaimana tertulis di Efesus 2:15 : “sebab dengan matinya sebagai manusia ia telah membatalkan hukum Taurat dengan segala perintah dan ketentuannya, untuk menciptakan keduanya menjadi satu manusia baru di dalam diri-Nya.”
Jika ini ajaran Yesus mungkinkah ia berpura-pura sewaktu mengatakan kalau ia tidak merubah hukum Taurat?
~
Jelas Isa Al-Masih walaupun kedatangan-Nya ke dunia untuk menyelamatkan orang Israel sebagai prioritas, namun Dia juga memberitakan keselamatan bagi orang lain.
Selain malaikat Allah yang menyebut Isa Al-Masih dengan sebutan Juruselamat, Justru orang Samaria lah orang pertama yang mengakui bahwa Isa Al-Masih adalah Juruselamat dunia. “Kami percaya, tetapi bukan lagi karena apa yang kaukatakan, sebab kami sendiri telah mendengar Dia dan kami tahu, bahwa Dialah benar-benar Juruselamat dunia” (Injil, Rasul Besar Yohanes 4:42).
Hukum Taurat dengan jelas menjaga adanya ‘tembok pemisah’ antara orang Yahudi dan orang Samaria sejak lama. Namun melalui Hukum Kasih yang diberikan oleh Isa Al-Masih tembok perseteruan sebut telah dirobohkan. Allah yang maha kasih tidak menghendaki perseteruan di antara umat-Nya, bukan?
“Karena Dialah damai sejahtera kita, yang telah mempersatukan kedua pihak dan yang telah merubuhkan tembok pemisah, yaitu perseteruan” (Injil, Surat Efesus 2:14).
~
Slamet
~
Saudara Slamet,
Ternyata Alkitab mengajarkan juga Hukum Taurat (hukum yang berasal dari Tuhan) dibatalkan oleh Hukum Kasih (hukum yang diajarkan oleh Yesus).
Sangat bermanfaat saudara bisa menjelaskan hal itu sebagaimana saudara mempertanyakan adanya ayat yang turun di Mekah dan Madinah dalam Al- Quran sambil mengomentari hal itu membuktikan ketidakkonsistenan Allah dalam berfirman sehingga harus merevisi firmannya.
Akan lainkah komentar saudara terhadap ajaran dalam Alkitab yang juga membatalkan hukum lama dengan hukum baru?
~
Hukum kasih tidak menghapus hukum Taurat.
“Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu … Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri” (Injil, Rasul Markus 12:30-31).
Hukum kasih yang diajarkan Isa sama sekali tidak bertentangan dengan hukum Taurat karena pada dasarnya isinya adalah sama yaitu 10 perintah Tuhan.
Hukum pertama yang mewajibkan kita untuk mengasihi Tuhan Allah adalah perintah hukum pertama sampai keempat pada hukum taurat, dan hukum kedua yaitu kasihilah sesamamu manusia adalah perintah hukum kelima dan keenam pada hukum Taurat.
Jelas ini berbeda dengan ayat Al-Quran yang lama dihapus dan digantikan dengan ayat yang baru, bukan?
~
Slamet
~
Dalam pewahyuan ini, orang-orang Yahudi dibandingkan dengan kera dan babi (Qs 2:65; 5:60; 7:166).
Pada Qs 2:65 ; 5:60. Bukan berarti bahwa orang yahudi di bandingkan dengan kera dan babi. Tetapi, orang “Yahudi yang percaya pada Allah tapi percaya bahwa bintang-bintang memiliki pengaruh dan kuasa”, dikutuk oleh Allah menjadi kera.
Sedangkan untuk Qs 7:166, mohon dibaca dulu ayat-ayat sebelumnya. Dalam ayat tersebut diceritakan bahwa orang-orang “Yahudi yang fasik” ketika datang hari Sabat (hari di khususkan hanya untuk beribadah) malah sibuk memancing ikan, sehingga mendatangkan murka Allah dan mereka dijadikan kera.
~
Allah memang terus memperingatkan bangsa Israel agar sadar akan dosa mereka dan segera bertobat. Sayangnya bangsa Israel menolak untuk bertobat, maka Allah menghukum mereka dengan menjadikan mereka sebagai bangsa yang ditawan dan dibuang.
Namun, Allah tetap mengingat kasih-Nya sehingga Allah sendiri turun tangan membebaskan bangsa Israel dari penawanan. Karena “tidak selalu Ia menuntut, dan tidak untuk selama-lamanya Ia mendendam” (Zabur, Kitab Mazmur 103:9).
Jadi Allah tidak pernah menghukum bangsa Israel menjadi kera seperti yang tertulis dalam Qs 2:65.
~
Slamet
~
Kepada Nasrani,
Semua ayat yang kalian kutip baik perkataan, ajaran dan semua kisah Yesus di dalam Alkitab, adalah tulisan Paulus.Trinitas kalian kenal melalui Alkitab karena ditulis Paulus. Roh kudus tidak pernah ada dihati kalian, karena kalian baru mengenalnya setelah kalian membaca Alkitab tulisan Paulus. Semua yang ditulis Paulus di dalam Alkitab kalian percaya. Iman kalian sesungguhnya bukanlah kepada Yesus, tetapi kepada Paulus. Masih mau membantah kalau kalian bukanlah pengikut Yesus melainkan pengikut ajaran Paulus?
~
Saudara Agus Winanto,
Terimakasih atas informasi yang saudara sampaikan bahwa orang Kristen adalah bukanlah pengikut Isa Al-Masih melainkan pengikut Paulus.
Namun yang menjadi pertanyaan bagi kami, dari mana asalnya saudara mendapat ide semacam ini? Pada hal Paulus sendiri mengatakan, “Adakah Kristus terbagi-bagi? Adakah Paulus disalibkan karena kamu? Atau adakah kamu dibaptis dalam nama Paulus?” (Injil, Surat 1 Korintus 1:13).
Jelas orang Kristen bukan pengikut Paulus, melainkan pengikut Isa Al-Masih. Dan menurut Al-Quran pengikut Isa Al-Masih ini adalah orang-orang yang ditinggikan oleh Allah pada hari kiamat, bukan?
Apabila saudara ingin dimuliakan Allah, jadilah pengikut Isa Al-Masih!
~
Slamet
~
Saudara Agus Winanto dan Usil,
Sebelumnya mohon maaf, kalau kami terpaksa menghapus komentar saudara. Karena komentar saudara tidak berhubungan dengan topik ini.
Apabila saudara berkenan untuk berdiskusi tentang keselamatan, saudara dapat menuliskan komentar pada link http://tinyurl.com/mwp7tq3
Demikian harap makhlum dan terima kasih.
~
Slamet
~
Barometer mutlak untuk mengukur kebenaran Al-Quran dan Alkitab adalah pengetahuan. Karena pengetahuan berasal dari pengamatan tentang alam dan alam adalah ciptaan Tuhan. Karena pada hakikatnya berasal dari yang satu yaitu Tuhan, Al Quran dan Alkitab tidak mungkin bertentangan dengan pengetahuan.
Seorang ilmuwan beragana Nasrani menyatakan bahwa: Alkitab telah dipalsukan sebagai firman karena bertentangan dengan pengetahuan dan Al-Quran. Dan Al-Quran murni sebagai firman Tuhan karena selaras dengan pengetahuan (Dr.Maurice Bucaille: Injil, Al-Quran dan Sains modern).
~
Saudardar Netral,
Apabila benar menurut Dr.Maurice Bucaille bahwa Injil telah dipalsukan, mengapa Al-Quran justru mengatakan bahwa dalam Injil terdapat petunjuk dan cahaya yang menerangi.
“…Dan Kami telah memberikan kepadanya Kitab Injil sedang didalamnya (ada) petunjuk dan dan cahaya (yang menerangi), dan membenarkan kitab yang sebelumnya, yaitu Kitab Taurat. Dan menjadi petunjuk serta pengajaran untuk orang-orang yang bertakwa”(Qs 5:46)?
Bahkan lebih lagi, Al-Quran memerintahkan Muhammad untuk bertanya kepada orang-orang yang membaca kitab Injil dia berada dalam keragu-raguan (Qs 10:94).
Menurut saudara manakah yang benar? Apakah perkataan Dr.Maurice Bucaille yang menyatakan Injil palsu, atau perkataan Al-Quran yang mengatakan Injil adalah petunjuk dan cahaya?
~
Slamet
~
Saudara Anton,
Staf IDI mengucapkan terimakasih untuk setiap komentar yang diberikan. Kami berharap agar komentar yang masuk hanya menanggapi tiga pertanyaan di bawah ini:
1. Mengapa terdapat dua bagian Al-Quran yang berbeda?
2. Bagaimana doktrin pembatalan berlaku pada Al-Quran?
3. Bagaimana kita dapat menjelaskan hal-hal yang terlihat bertentangan pada Alkitab?
Komentar yang tidak berhubungan dengan tiga pertanyaan di atas, maaf bila terpaksa kami hapus. Dan bila saudara ingin memberi komentar yang berbeda, silakan mengirim lewat email ke alamat eamail: .
Demikian, kami harap diskusi kita akan menjadi semakin terarah dan tidak keluar dari topik artikel.
Terimakasih.
~
Slamet
~
Tolong dijawab dulu apa makna, teks dan konteks dari ayat Alkitab berikut ini:
“Sampaikan salam kepada Priskila dan Akwila, teman-teman sekerjaku dalam Kristus Yesus. Salam juga kepada jemaat di rumah mereka. Salam kepada Epenetus, saudara yang kukasihi, yang adalah buah pertama dari daerah Asia untuk Kristus. Salam kepada Maria, yang telah bekerja keras untuk kami. Salam kepada Andronikus dan Yunias, saudara-saudaraku sebangsa, yang pernah dipenjarakan bersama-sama dengan aku, yaitu orang-orang yang terpandang di antara para rasul dan yang telah menjadi Kristen sebelum aku”(Injil, Surat Roma 16:3-7).
~
Saudara Usil,
Tidak ada yang salah apabila Rasul Paulus mengakhiri suratnya ini dengan salam (Injil, Surat Roma 16:1-12), seperti apa yang layak surat biasa menurut kebudayaan Yunani. Salam biasa ini diisi dengan theologia dan missiologi yang padat sekali
Walaupun ia memakai pola umum sebagai dasar dari salam surat ini, tetapi Paulus berhasil menyampaikan suatu kesan yang akrab dan sekaligus resmi.
Dan pada akhirnya ia menyampaikan pujian bagi Allah, yang telah mewujudkan rencana-Nya untuk menyelamatkan manusia melalui Isa Al-Masih.“Bagi Dia, yang berkuasa menguatkan kamu, –menurut Injil yang kumasyhurkan dan pemberitaan tentang Yesus Kristus, sesuai dengan pernyataan rahasia, yang didiamkan berabad-abad lamanya, tetapi yang sekarang telah dinyatakan dan yang menurut perintah Allah yang abadi, telah diberitakan oleh kitab-kitab para nabi kepada segala bangsa untuk membimbing mereka kepada ketaatan iman– bagi Dia, satu-satunya Allah yang penuh hikmat, oleh Yesus Kristus: segala kemuliaan sampai selama-lamanya! Amin” (Injil, Surat Roma 16:25-27).
~
Slamet
~
Tuhan memberi salam kepada manusia,yang benar manusia memberi salam kepada manusia, bukan?
~
Saudara Usil,
Kitab Suci Injil mencatat,”Damai sejahtera bagi kamu!”(Injil, Rasul Lukas 24:36). Demikian salam yang disampaikan Isa Al-Masih yang bangkit kepada para murid-Nya. Dalam sapaan itu tampak jelas bahwa damai sejahtera bukanlah berasal dari bukan dari para murid. Juga bukan timbul dari dalam hati manusia.
Damai sejahtera berasal dari Isa Al-Masih yang telah bangkit. Jelas damai sejahtera yang berasal dari anugerah Allah sendiri. Jika Allah yang menyatakan dan memberikan damai sejahtera-Nya sendiri mengapa kita tidak bersedia membuka hati dan menerima-Nya?
Apabila saudara menginginkan damai sejahterah Allah, terimalah Isa Al-Masih sebagai Tuhan dan Juruselamat.
~
Slamet
~
Namun yang menjadi pertanyaan bagi kami, dari mana asalnya saudara mendapat ide semacam ini? Pada hal Paulus sendiri mengatakan, “Adakah Kristus terbagi-bagi? Adakah Paulus disalibkan karena kamu? Atau adakah kamu dibaptis dalam nama Paulus?” (Injil, Surat 1 Korintus 1:13).
Respons: Kalian mengutip kata-kata Paulus. Apa yang ditulis Paulus di dalam Alkitab, kalian imani. Masih mau membantah kalau kalian sesungguhnya adalah pengikut ajaran Paulus?
~
Saudara Usil,
Walaupun Rasul Paulus adalah salah satu dari 40 orang penulis Alkitab namun Umat Kristen bukan pengikut Paulus. Sebab Rasul Paulus tidak dapat memberi jaminan keselamatan. Umat Kristen adalah pengikut Isa Al-Masih, sebab Dia sanggup dan telah berjanji untuk memberikan keselamatan bagi siapa saja yang mau menerimanya, termasuk saudara!
“Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia [Isa Al-Masih], sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan” (Injil, Kisah Para Rasul 4:12).
~
Slamet
~
Bagaimana doktrin pembatalan berlaku pada Al-Quran? Saya tahu ada ayat yg di turunkan di Mekkah dan di Madinah, kalau anda melihat perbedaan, tolong beritahu saya
Bagaimana kita dapat menjelaskan hal-hal yang terlihat bertentangan pada Alkitab? Anda mengakui ada hal-hal yang bertentangan dalam Alkitab, satu hal yang pasti tidak bertentangan adalah Allah, Tuhan Maha Esa. Yang bertentangan/meragukan adalah ke-Tuhanan Yesus.
~
Saudara Malikul,
Walaupun Alkitab yang diakui sekarang memang memiliki beberapa terjemahan, tetapi di semua terjemahan isinya tidak ada yang saling bertentangan, hanya ada perbedaan terjemahan saja.
Penjelasan mengenai “Apakah Benar Taurat Dan Injil Yang Sekarang Tidak Murni? dapat saudara baca pada tinyurl.com/85hphcq
Terimakasih
~
Slamet
~
Buat: Malikul Kudis
Topik: Bagaimana kita dapat menjelaskan hal-hal yang terlihat bertentangan pada Alkitab?
Saudaraku, Firman Allah dalam Taurat, Zabur, Kitab Para Nabi, dan Injil, tidak ada yang bertentangan. Sebab semua firman Allah menyangkut Isa Al-Masih untuk menyelamatkan umat manusia ciptaan-Nya.
Isa Al-Masih adalah Jalan, Kebenaran, Memberi Hidup Yang Kekal [Sorga] bagi yang percaya.
Muhammad adalah memberi harapan hampa sorga, mendatangi neraka, baca Surat Maryam 19:71.
Amin, Ya Allahku Isa Al-Masih, Amin.
~
Saudara Natal,
Terima kasih atas komentar sdr di atas. Kiranya dapat menjadi pencerahan bagi pengunjung situs ini. Bahwa Kitab suci Allah tidak bertentangan, justru semuanya mempunyai benang merah yang sama. Semua saling berkaitan satu sama lain.
~
Daniar
~
Saya berkomentar untuk pertanyaan no 2 saja, Bagaimana doktrin pembatalan berlaku pada Al-Quran?
Karena:
Pertama: Kalau tidak dibatalkan maka hal ini akan menghambat pengembangan wilayah kekuasaan Muhammad dan antek-anteknya.
Kedua: Hal ini menunjukkan ketidak konsistenan Allah SWT sesembahan Muhammad.
Ketiga: Hal ini menunjukkan bahwa Allah SWT sesembahan Muhammad itu tidak sempurna atau penuh kekurangan sama seperti manusia sehingga bisa salah dalam memberikan firmannya.
~
Saudara Abraham,
Memang benar pembatalan ayat ini digunakan untuk menyelamatkan umat Muslim keluar dari segala kesulitan. Tapi tanpa disadari justru mengandung masalah bagi umat Muslim yang konsisten.
Misalnya umat Islam yang senang dengan ajaran cinta damai akan menemuikan masalah ketika membaca Surah Madina yang berbunyi “bunuhlah orang-orang musyrikin itu di mana saja kamu jumpai mereka” (Qs 9:5).
~
Slamet