Umat Muslim mengakui bahwa Allah telah menurunkan banyak pewahyuan termasuk Perjanjian Lama dan Baru. Mereka juga mempercayai bahwa pewahyuan-pewahyuan tersebut digantikan oleh Al-Quran.
Tetapi, orang-orang Muslim hanya mengakui Al-Quran sebagai Firman Allah. Menurut mereka, orang-orang Yahudi telah mengubah isi Alkitab. Semuanya bertentangan dengan Al-Quran. Walaupun Al-Quran sendiri telah menyatakan dengan jelas bahwa Injil dan Taurat adalah “petunjuk, cahaya, serta pengajaran dari Allah” (Qs 5:46). Lalu, bagaimana dengan dua bagian Al-Quran yang bertolak-belakang?
Dua Bagian Al-Quran, Mekah dan Madinah
Menurut sumber-sumber Islam, Muhammad pertama kali menerima pewahyuan di Mekah pada 610 M. Pewahyuan ini bernada damai dan agamawi. “Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam) . . .” (Qs 2:256). Orang Yahudi dan Kristen (penerima pewahyuan Allah mula-mula) juga disebut sebagai “Ahli Kitab.”
Perubahan pun muncul ketika Muhammad hijrah ke Madinah pada satu dekade kemudian. Di sini ia menerima pewahyuan yang kadang kala disebut “Al-Quran kedua.” Dalam pewahyuan ini, orang-orang Yahudi dibandingkan dengan kera dan babi (Qs 2:65; 5:60; 7:166). Muhammad juga salah paham dengan istilah “Anak Allah.” Walau ini kata kiasan nabi Islam mengartikannya secara literlik. Akibatnya ia mengutuk mereka yang mempercayai Isa Al-Masih sebagai Anak Allah (Qs 9:30).
Setelah Muhammad wafat, para pengikutnya menggabungkan kedua pewahyuan tersebut ke dalam satu buku. Tetapi ketiadaan konteks dan kronologi. Jadi ada kesulitan dalam memahami Al-Quran jika tanpa mempelajari Sunah. Bagaimana orang-orang Muslim mengatasi dua bagian Al-Quran yang bertentangan itu?
Doktrin Pembatalan
Jika ada dua bagian bertentangan, bagian yang lebih baru “membatalkan” atau “mengesampingkan” bagian yang awal. Doktrin ini membuat lebih banyak permasalahan daripada penyelesaian. Contoh, satu ayat dalam Al-Quran menegaskan doktrin pembatalan (Qs 2:106), tetapi ayat lain sebelumnya mengatakan “tidak terdapat perubahan dalam Firman Allah.”
Sebagian orang Muslim mendebat bahwa Alkitab juga mengajarkan pembatalan. Contohnya, hukum Musa yang memerintahkan untuk merajam seorang pezina (Taurat, Imamat 20:10). Tetapi Yesus membebaskan seorang wanita yang tertangkap berzinah (Injil, Rasul Besar Yohanes 8:2-11).
Sifat Alkitab dan Al-Quran Berbeda
Sifat dari Alkitab tidak sama dengan Al-Quran. Alkitab adalah pewahyuan Allah yang progresif. Setiap ayat, bagian, dan buku saling berhubungan dan saling memberikan pengertian.
Pemakaian kata-kata figuratif dalam Alkitab, terkadang membuat orang yang membacanya salah mengerti. Untuk itu, seorang yang membaca Alkitab, perlu memperhatikan konteks dari ayat yang sedang dibacanya.
Otoritas Isa Al-Masih Mengampuni Dosa
Pada contoh di atas kita membaca bahwa menurut hukum Musa, seorang wanita yang kedapatan berzinah harus dirajam. Tapi mengapa Isa Al-Masih justru membebaskannya dari hukuman? Hal ini dikarenakan Isa Al-Masih benar-benar mengerti maksud hukum Musa – menjadi penuntun sampai Ia datang. Sebagaimana Kitab Suci Injil menuliskan, “Jadi hukum Taurat adalah penuntun bagi kita sampai Kristus datang, supaya kita dibenarkan karena iman” (Injil, Surat Galatia 3:24).
Sebagai Pencipta, Pemelihara, dan Penyelamat dunia, Isa Al-Masih memiliki otoritas berdaulat untuk mengampuni dosa. Dia adalah penebus jiwa.
(Artikel ini pertama kali dipublikasikan pada jurnal berita The Pathway, Konvensi Baptis Missouri, 29 July 2014.)
Fokus Pertanyaan Untuk Dijawab Pembaca
Staf IDI berharap Pembaca hanya memberi komentar yang menanggapi salah satu pertanyaan berikut:
- Mengapa terdapat dua bagian Al-Quran yang berbeda?
- Bagaimana doktrin pembatalan berlaku pada Al-Quran?
- Bagaimana kita dapat menjelaskan hal-hal yang terlihat bertentangan pada Alkitab?
Komentar yang tidak berhubungan dengan tiga pertanyaan di atas, walaupun dari Kristen maupun Islam, maaf bila terpaksa kami hapus.
Untuk menolong para pembaca, kami memberi tanda ***** pada komentar-komentar yang kami rasa terbaik dan paling menolong mengerti artikel di atas. Bila bersedia, silakan juga mendaftar untuk buletin mingguan, “Isa, Islam dan Al-Fatihah.”
Apabila Anda memiliki tanggapan atau pertanyaan atas artikel ini, silakan menghubungi kami dengan cara klik link ini. atau SMS ke: 0812-8100-0718
PEDOMAN WAJIB MEMASUKAN KOMENTAR
Bagi Pembaca yang ingin memberi komentar, kiranya dapat memperhatikan hal-hal berikut ini:
1. Komentar harus menggunakan bahasa yang jelas, tidak melanggar norma-norma, tidak kasar, tidak mengejek dan bersifat menyerang.
2. Hanya diperbolehkan menjawab salah satu pertanyaan fokus yang terdapat di bagian akhir artikel. Komentar yang tidak berhubungan dengan salah satu pertanyaan fokus, pasti akan dihapus. Harap maklum!
Komentar-komentar yang melanggar aturan di atas, kami berhak menghapusnya. Untuk pertanyaan/masukan yang majemuk, silakan mengirim email ke: .