Tiap bulan Ramadhan, Zainal menjalankan ibadah puasa sebagai mana tuntutan agamanya. Dia berpuasa hingga tuntas selama bulan Ramadhan. Melalui puasanya dia berharap beroleh pahala berlipat ganda dan ampunan dosa.
Beberapa tahun lalu Zainal mempelajari Wahyu Allah dan menemukan kebenaran yang membuka pikirannya. Kebenaran itu membimbingnya mendapatkan jaminan hidup kekal di surga. Pelajarilah kisahnya itu sebab menolong Anda beroleh kebahagiaan dan keselamatan kekal seperti dia.
Ajaran Wahyu Allah Soal Puasa dan Pahala
Zainal sering mendengar keutamaan orang yang berpuasa di bulan Ramadhan. Yaitu beroleh pahala berlipat-ganda, ampunan dosa, dan sebagainya. Karena itu dia giat berpuasa pada setiap bulan Ramadhan.
Namun, itu belum membuat hidupnya tenang dan bahagia. Ketakutan akan pahala tidak cukup dan penghukuman dosa di akhirat terus membayangi hidupnya. Mungkin Anda juga merasakan hal yang sama?
Tapi, dia sangat terkejut ketika mempelajari Wahyu Allah (Taurat, Zabur/Mazmur, dan Injil). Sebab Wahyu Allah itu tidak pernah mengajarkan pahala untuk beroleh surga. Ibrahim, Musa, dan, Isa Al-Masih tidak pernah berpuasa guna mendapatkan pahala agar bisamasuksurga.
Dari pembelajaran itu dia mengerti bahwa ajaran berpuasa untuk beroleh pahala hanyalah ajaran Islam. Itu membuatnya semakin gelisah dan berpikir, “Apakah ajaran pahala ini cocok dengan tujuan penciptaan manusia?”Semoga itu juga menjadi pertanyaan Anda.
Apakah Tujuan Penciptaan Mendukung Ajaran Pahala?
Al-Quran mengajarkan bahwa Allah menciptakan manusia agar mengabdi kepada-Nya (Qs 51:56). Itu artinya manusia harus menaati semua perintah dan semua larangan Allah. Atau menaati Dia secara sempurna.
Ketika mempelajari Kitab Taurat, Zainal menemukan ajaran bahwa tujuan Allah menciptakan Adam dan Hawa untuk mengenal Dia dan kasih-Nya. Maka hasilnya ialah kita menaati Allah karena kasih-Nya itu. Karena itu Allah menghukum mereka berdua ketika melanggarnya. Allah ingin manusia hidup suci tanpa dosa satupun (Taurat, Kejadian 1-3).
Karena itu, berpuasa dan berbuat baik guna beroleh pahala tidaklah sesuai dengan tujuan penciptaan itu. Sebab ketaatan kepada Allah adalah kewajiban manusia.
Puasa, pahala, dan kebaikan kita tidak menentukan jika kita akan masuk surga. Berkat keselamatan dan hidup kekal ada dalam kesucian atau ketaatan yang sempurna kepada Allah. Yang semakin menyedihkan, kita tidak dapat menaati Allah secara sempurna.
Zainal pun mengerti bahwa ajaran puasa guna beroleh pahala untuk masuk surga tidak sesuai dengan maksud penciptaan manusia. Apakah Anda juga menyadari hal itu? Bagaimanakah caranya agar Anda dapat beroleh jaminan hidup kekal?
Hukuman Bagi Manusia yang Rusak/Berdosa
Akibat dosa Adam, semua manusia tidak dapat hidup normal/suci tanpa dosa. Sebaliknya, mereka selalu berbuat dosa dengan melanggar firman-Nya. Fakta ini mengingatkan Zainal akan ayat Al-Quran yang berbunyi,“Barangsiapa berbuat dosa . . . mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya” (Qs 2:81).
Zainal melihat bahwa Injil Allah telah menegaskan akibat dosa itu bagi manusia. “Sebab upah dosa ialah maut” (Injil, Surat Roma 6:23). Maut adalah hukuman kekal di neraka karena dosa-dosa manusia. Jelas, kita tidak ingin menderita di nereka kekal itu.
Kebaikan manusia tidak sempurna dan tidak menjamin masuk surga. Sebaliknya dosa manusia mengakibatkan hukuman di neraka kekal. Bagaimana Anda dapat bebas dari hukuman neraka kekal?
Bagaimana Allah Menolong Manusia Berdosa?
Zainal melanjutkan pembelajarannya pada Kitab Injil. Dia melihatbahwa Allah dalam Injil sangat mengasihi manusia. Itu menggembirakan dia dan kita juga, sebab kita semua ingin beroleh kasih Allah di dunia dan akhirat.
Kasih-Nya itu dibuktikan dengan menyelamatkan manusia dari hukuman kekal di neraka. Caranya mengutus Kalimat/Firman-Nya, Isa Al-Masih ke dunia, menjadi manusia untuk mati disalib guna menghapus dosa dan hukumannya. Agar orang yang beriman kepada Isa disucikan-Nya sehingga layak masuk surga-Nya.
Lalu Isa bangkit dari kematian dan kembali ke surga-Nya.Isa berjanji, “Akulah kebangkitan dan hidup . . . setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya. Percayakah engkau akan hal ini?” (Injil, Rasul Besar Yohanes 11:25-26).
Akhirnya, Zainal mengerti Kabar Baik dalam Injil Allah itu. Lalu dia memutuskan untuk beriman kepada Isa Al-Masih, Sang Juruselamat. Dia pun beroleh jaminan masuk surga dan kebahagiaan hidup.
Anda pun dapat beroleh kesalamatan dan kebahagiaan seperti itu jika beriman kepada Isa Al-Masih Juruselamat sekarang juga.
Artikel Terkait
Berikut ini link-link yang berhubungan dengan artikel di atas. Jika Anda berminat, silahkan klik pada link-link berikut:
- Tujuan Puasa Ramadan Untuk Hati Yang Bersih
- Banyak Peraturan Membatalkan Puasa Ramadhan, Mampukah Menunaikannya?
- Puasa Karena Taat Perintah Allah Atau Mengharap Pahala?
- Isa Al-Masih Berkata, “Puasa Tidak Menyelamatkan!”
Video:
Untuk menolong para pembaca, kami memberi tanda ***** pada komentar-komentar yang kami rasa terbaik dan paling menolong mengerti artikel di atas. Bila bersedia, silakan juga mendaftar untuk buletin mingguan, “Isa, Islam dan Al-Fatihah.”
Fokus Pertanyaan Untuk Dijawab Pembaca
Staf IDI berharap Pembaca hanya memberi komentar yang menanggapi salah satu pertanyaan berikut:
- Menurut artikel di atas mengapa konsep pahala harus kita tolak?
- Mengapa Allah tidak harus memberi kita pahala ketika menaati Dia?
- Apakah alasannya bahwa Isa Al-Masih dan bukan pahala yang menjamin manusia masuk sorga?
Komentar yang tidak berhubungan dengan tiga pertanyaan di atas, walaupun dari Kristen maupun Islam, maaf bila terpaksa kami hapus.
Apabila Anda memiliki tanggapan atau pertanyaan atas artikel “Puasa Dan Pahala Ditinjau Dari Tujuan Penciptaan Manusia”, silakan menghubungi kami dengan cara klik link ini. Atau SMS/WA ke: 081281000718
~
Sebelumnya saya luruskan terlebih dahulu, bahwa tujuan berpuasa itu sesuai dengan Qs 2:183, yaitu agar mencapai taqwa. Mengenai pahala adalah konsekwensi logis atas perbuatan baik. Karena Allah adalah maha adil, yang jahat diganjar dengan dosa dan tempatnya di neraka, sedangkan yang berbuat baik, termasuk melaksanakan kehendak Allah (berpuasa) akan memperolehnya pahala dan akan ditempatkan di sorga. Bukankan dalam Matius 7:21 juga mengabarkan ini?
~
Saudara Gandhi,
Kami sependapat dengan saudara bahwa hanya orang yang melakukan pekerjaan yang kehendaki Allah saja yang dapat masuk ke sorga.
Pertanyaannya, apakah pekerjaan yang dikehendaki oleh Allah? Isa Al-Masih memberikan jawaban dengan tegas. “Inilah pekerjaan yang dikehendaki Allah, yaitu hendaklah kamu percaya kepada Dia yang telah diutus Allah” (Injil, Rasul Besar Yohanes 6:29).
Percayakah saudara kepada Isa Al-Masih sebagai Juruselamat saudara?
~
Slamet
~
Kepada Nasrani,
Yang dapat menyucikan dan menyelamatkan manusia adalah Allah.Amal perbuatan,hukum dan ajaran hanyalah alat dan sarana Allah,yang melaluinya Allah menyelamatkan manusia dengan (wudhu, sholat ) sebagai bentuk kerendahan hati. Penyatuan diri (haji) dll ritual dalam Islam sebagai sistem agama, sebagai bentuk penyerahan diri kepada Nya. Dengan doa yang diajarkannya (Alfatihah) agar melaluinya,didalam penyerahan diri kepadaNya. Manusia terus dibimbingNya ke jalan yang lurus.
Hukum dan ajaran Allah turun kemuka bumi ,dari mulai Zabur,Taurat dengan perintah dan larangannya (kewajiban bersunat,berhijab,larangan makan babi) agar kalian mematuhinya,di dalam penyerahan diri kepada Nya, dengan kesempurnaan di dalam Al-Quran.
~
Saudara Usil,
Kami menyampaikan terima kasih atas peringatan yang saudara sampaikan. Dan kami setuju bahwa sebagai manusia kita harus bersandar kepada Allah.
Mari kita perhatikan firman Allah ini, “Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri” (Zabur, KItab Amsal 3:5).
~
Slamet
~
Kesimpulan dari diskusi ini: Yesus bukan Allah dan karena Ia bukan Allah. Ia tidak dapat menyelamatkan manusia!
~
Saudara Usil,
Terima kasih atas komentar saudara.
Kalaupun saudara saat ini belum dapat mengenal Isa Al-Masih sebagai Tuhan dan Juruselamat, tidak apa-apa. Tetapi kami mendokan saudara kepada Allah supaya suatu saat saudara dan semua pembaca dapat percaya bahwa Isa Al-Masih satu-satunya Juruselamat dunia.
Karena hanya melalui Isa Al-Masih saja orang diselamatkan. Sebab di seluruh dunia di antara manusia tidak ada seorang lain pun yang mendapat kekuasaan dari Allah untuk menyelamatkan kita.
~
Slamet
~
Kepada Nasrani,
Yang dapat menyucikan dan menyelamatkan manusia adalah Allah. Amal perbuatan, hukum dan ajaran hanyalah alat dan sarana Allah, yang melaluinya Allah menyelamatkan manusia, dengan (wudhu ,sholat,haji ) sebagai bentuk kerendahan hati, penyatuan diri,dalam penyerahan diri manusia kepada Allah, dalam Islam sebagai sistem agama ,dengan selalu memanjatkan doa yang diajarkannya (Alfatihah),agar melalui-Nya,didalam penyerahan diri kepadaNya, manusia terus dibimbingNya ke jalan yang lurus.
Dan kalian Nasrani tidak tahu kemana Allah tempat kalian harus berserah diri Esa sebagai jalan dan tujuan. Ketika Yesus hanya menjadi jalan menuju Bapa sehingga hanya bisa mempertuhankannya mengikuti ajaran gereja.
~
Saudara Zakir Naik,
Apabila saudara benar-benar menghayati Al-Fatihah yang diserukan oleh saudara setiap kali berdoa, tentunya saudara telah menemukan jalan lurus. Sehingga setiap kali berdoa saudara tidak lagi meminta kepada Allah, “Tujukkanlah kami jalan yang lurus” Mengapa?
Isa Al-Masih sendiri telah menyatakan, “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku” (Injil, Rasul Besar Yohanes 14:6).
~
Slamet
~
Saudara Zakir,
Mohon maaf kalau kami harus menghapus komentar saudara yang lain. Karena saudara memberikan komentar yang menyimpang dari topik artikel yang sedang didiskusikan. Bahkan saudara hanya melakukan ‘copy paste’ komentar yang sama pada artikel yang berbeda tanpa memperhatikan topik artikel.
~
Slamet
~
1. Sebab Allah di dalam Yesus Kristus tidak memberikan pahala kepada umat berpuasa, karena puas bukanlah wajib hukumnya.
2. Sebab pahala ataupun perbuatan baik itu hanya Yesus Kristus sebagai Hakim Adil di dunia dan akhirat.
3. Sesuai dengan kalam Allah Yesus Kristus berkata: “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman, itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu, jangan ada orang yang memegahkan diri” (Inji,Surat Efesus 2:8-9).
~
Saudara Jhon,
Terima kasih untuk komentar saudara.
KitabTaurat, Zabur, dan Injil memiliki pesan inti yang sama yakni keselamatan dalam Isa Al-Masih.
Oleh karena itu kita hanya perlu beriman kepada anugerah Allah yang disediakan bagi kita di dalam Isa Al-Masih.
~
Slamet
~
Yesus mengajarkan kepada murid-murid-Nya untuk memperbanyak pahala dengan berbuat baik, perhatikan ayat ini.
“Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya” (Injil, Rasul Besar Matius 6:20).
~
Saudara Bileam,
Kami setuju dengan komentar saudara. Memang benar orang Kristen itu wajib berbuat baik, bukan untuk keselamatannya, tapi sebagai tanda bahwa mereka telah diselamatkan.
‘Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya” (Injil, Surat Efesus 2:10).
~
Slamet
~
Mungkin yang dimaksud dalam ajaran agama Islam adalah mentaati perintah Allah akan diselamatkan, yaitu disucikan dari dosa apabila puasanya sungguh-sungguh.
~
Saudara
Tujuan puasa sebenarnya bukan berkaitan dengan aktivitas tidak makan, tetapi latihan melepaskan hasrat kita dari hal-hal duniawi dan berpusat kepada Allah.
Kitab Suci Allah memperkenalkan puasa itu sebagai sesuatu yang baik, berguna dan perlu dilakukan. Bahkan orang Kristen perlu berdoa dan berpuasa sebelum mereka mengambil keputusan-keputusan penting dalam hidup ini.
“Maka berpuasa dan berdoalah mereka, dan setelah meletakkan tangan ke atas kedua orang itu, mereka membiarkan keduanya pergi” (Injil, Surat Kisah Para Rasul 13:3).
~
Slamet
~
Untuk Staff IDI,
Menurut anda apakah orang yang pada masa hidupnya di dunia ia percaya kepada Tuhan namun terus melakukan kerusakan di muka bumi dan perbuatan tercela (berzinah, membunuh dan lain-lain) layak masuk kedalam surga?
~
Saudara David,
Iman dan pertobatan merupakan dua aspek yang paling utama di dalam hal anugerah keselamatan manusia melalui Isa Al-Masih
Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat (Injil, Surat Ibrani. 11:1).
Dan pertobatan merupakan suatu perubahan dari cara hidup yang lama kepada cara hidup yang baru.
“Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang” (Injil, Surat 2 Korintus 5:17.
Jadi, antara iman dan pertobatan merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Ketika Allah menganugerahkan iman di dalam hati setiap manusia sesuai dengan kehendak-Nya, maka pasti mereka menanggapinya dengan cara hidup yang baru.
~
Slamet
~
Sdr Slamet,
Berulang kali lslam menyatakan bahwa umat Muslim beriman kepada nabi dan rasul. Termasuk lsa Al-Masih sebab ini termasuk salah satu rukun iman.
Perlu sekali saudara ketahui bahwa pekerjaan sekecil apapun bila dikerjakan niat karena Allah, merupakan ibadah disisi-Nya. Apalagi mengerjakan hal-hal yang lain. Kita kerjakan segala suruhan-Nya dan jauhi larangan-Nya. Allah sangat murka kepada orang-orang yang mempersekutukan-Nya.
Sebagaimana yang terdapat dalam Qs 112:1-4.
Isa Al-Masih adalah masa lalu, sekarang dilanjutkan oleh Muhammad sebagai penerus dan menyempurnakan ajaran agama yang lalu.
~
Terima kasih untuk komentar saudara.
Jelas orang Kristen sama sekali tidak pernah menyekutukan Allah dengan manusia.
Apabila tuduhan saudara benar, umat Kristen itu mengangkat manusia menjadi Allah tentunya Al-Quran tidak akan mengakui bahwa pengikut Isa Al-Masih akan mendapat tempat jauh melebihi orang-orang kafir hingga hari kiamat, bukan?
Al-Quran berkata, “dan menjadikan orang-orang yang mengikuti kamu [yaitu Isa Al-Masih] di atas orang-orang yang kafir hingga hari kiamat. Kemudian hanya kepada Akulah kembalimu, lalu Aku memutuskan di antaramu tentang hal-hal yang selalu kamu berselisih padanya” (Qs 3:55).
Bagaimana menurut saudara?
~
Slamet
~
1. Wajib ditolak, sebab berpuasa adalah Kuasa Allah Yesus Kristus untuk menciptakan manusia, bukan manusia berpuasa mendapat pahala, amal sedekah.
2. Karena Allah Yesus Kristus adalah Pencipta. Wajiblah kita bersyukur apa pemberiannya, dan marilah kita muliakan dia, sebagai ucapan syukur atas pemberian kita hidup.
3.Sebab semuanya itu adalah Kasih Karunia Allah Yesus Kristus, Tuhan Allah Kita. Sebagai Pencipta, sesuai dengan Kalam-Nya: “Sebab karena Kasih Karuniakemu diselamatkan oleh iman, itu bukan usahamu, tetapi pemberian Allah” (Injil, Surat Efesus 2:8).
~
Saudara Natal,
Terima kasih untuk komentar saudara, semoga dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.
~
Slamet
~
1. Konsep pahala (upah) tidak berlaku dalam keluarga Kerajaan Allah. Sebagai kepala keluarga adalah Allah sendiri dan kita anak-anak-Nya. Sehingga setiap anak pasti mengasihi orang tuanya dan tidak pernah mencari-cari pahala.
Kita wajib melakukan perintah Allah dan menjauhi larangannya seperti layaknya dalam kehidupan keluarga di dunia, tidak ada anak mencari-cari upah. Yang mencari upah adalah orang luar, hamba, pembantu.
~
Saudara Realita,
Umat Islam memang selalu berusaha untuk mendapatkan pahala dari Allah. Tampaknya dalam Islam, hubungan antara Allah dan manusia, seperti relasi tuan dan hamba. Allah selalu menyebut orang Muslim hamba.
“Maha suci Allah yang telah menurunkan Al Furqaan (Al Quran) kepada hamba-Nya” (Qs 25:1).
Dalam agama Kristen relasi Allah dan umat-Nya seperti Bapa dan anak. Allah mengasihi manusia tanpa batas dan tanpa syarat. Allah selalu ingin yang terbaik untuk anak-anak-Nya. Karena “Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus Anak-Nya [Isa Al-Masih/Kalimatullah] sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita” (Injil, Surat 1 Yohanes 4:9-10).
~
Slamet
~
Allah tidak harus memberi pahala (upah) ketika kita menaatiNya sebab kita adalah anak-anak Allah, pewaris kerajaan Allah. Seperti bapa di dunia berkata kepada anaknya, apa yang aku punya adalah engkau punya. Seorang anak mengikuti perintah bapanya dengan senang hati bukan karena terpaksa. Dan mengasihi bapaknya sehingga tidak mau melakukan yang dilarangnya. Sebab seorang bapak pasti memberi yang terbaik buat anaknya.
Demikian juga Allah kepada umat-Nya sehingga Yesus mengajarkan bahwa hubungan Allah kepada kita adalah seperti bapak dan anak. Inilah kehendak Allah yang disampaikan Yesus Kristus.
~
Saudara Realita,
Jelas anak-anak adalah anggota keluarga dan pasti mendapatkan warisan dari orang-tuanya. Kasih dan kepercayaan adalah dasar untuk hubungan antara ayah dan anak.
Kalaupun anak mematuhi perintah-perintah Bapaknya bukan agar Bapaknya mengasihinya. Tapi karena Bapaknya sudah mengasihinya. Bapak akan menghukum anaknya, tapi itu terjadi karena Bapak ingin yang terbaik untuk anak tersebut.
Demikian juga halnya tentang hubungan Allah dengan umat manusia milik-Nya. “Kita mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengasihi kita” (Injil, Surat 1 Yohanes 4;19).
~
Slamet
~
Kepada Staff lDA,
Konsep pahala sangat diutamakan dalam agama lslam. Perlu kalian ketahui bahwa setiap perbuatan sekecil apapun bila didasarkan dengan niat karena Allah, merupakan suatu ibadah di sisi Tuhan dan Allah lah yang akan membalas amal kebaikanmya.
Allah arrahman/ arrahim. Allah tempat meminta QS : 112:2. Allah senang apa bila kita memohon kepada-Nya.
.
Injil, Rasul Besar Yohanes 5:3, Yesus tidak boleh berbuat satu apapun karena dia harus tunduk kepada Bapa. Yesus bukanlah Tuhan.
Injil, Rasul besar Yohanes 10:30, Aku dan Bapa adalah. Satu apanya yang satu. Tidak jelas.
Di ayat lain Yesus menyebutkan:”Kepadaku diserahkan Kuasa dilangit dan di bumi.”
~
Jelas ada perbedaan yang sangat kontras antara Anak dan hamba. Anak dengan sendirinya, ia akan mewarisi kekayaan orang tuanya. Sedangkan hamba hanyalah sekedar menerima upah dari majikannya.
Kitab Suci Allah juga memberikan kesaksian bahwa Anak Allah itu lebih mulia daripada Hamba Allah.
“Sebab Ia dipandang layak mendapat kemuliaan lebih besar dari pada Musa…Dan Musa memang setia dalam segenap rumah Allah sebagai pelayan untuk memberi kesaksian tentang apa yang akan diberitakan kemudian, tetapi Kristus setia sebagai Anak yang mengepalai rumah-Nya” (Injil, Surat Ibrani 3:3-6).
~
Slamet
~
“Jadi, antara iman dan pertobatan merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Ketika Allah menganugerahkan iman di dalam hati setiap manusia sesuai dengan kehendak-Nya, maka pasti mereka menanggapinya dengan cara hidup yang baru.”
Apakah yang anda maksud, jika seseorang masih melakukan kerusakan/perbuatan tercela (berzinah, dan lain lain) berarti taubatnya belum diterima dan belum termasuk orang yang beriman? Benarkah itu masudnya?
~
Saudara David,
Orang yang beriman kepada Allah tetapi ia tidak takut berbuat dosa, itu bukan iman yang dimaksud oleh Alkitab.
“Engkau percaya, bahwa hanya ada satu Allah saja? Itu baik! Tetapi setan-setanpun juga percaya akan hal itu dan mereka gemetar. Hai manusia yang bebal, maukah engkau mengakui sekarang, bahwa iman tanpa perbuatan adalah iman yang kosong?” (Injil, Surat Yakobus 2:19-20).
~
Slamet
~
Pahala secara bahasa=Reward/Hadiah.
Melakukan perbuatan yang dilarang Allah, mendapat “Dosa”. Melakukan perintah Allah dan kebaikan, mendapat “Pahala”. Sangat adil bukan?
Pahala dari Allah bisa membawamu ke dalam surga, dekat dengan Allah. Menaati perintah Allah merupakan kewajiban, menaati perintah Allah akan mendapat pahala, itu tandanya Allah ingin hambanya yang taat kepadaNya mendapat pahala dariNya dan masuk kedalam surga.
Dosa akan membawamu ke dalam api neraka. Dan Allah berhak menghapus dosa hamba-Nya yang bertaubat dengan sungguh-sungguh tanpa harus mengorbankan apapun atau siapapun yang bisa membuat kesedihan. Karena Allah adalah Tuhan seluruh alam (Fakta Logis). Dia berhak melakukan apapun yang Dia kehendaki, termasuk memberi pahala.
~
Saudara David,
Anugerah adalah kebaikan yang tidak layak kita terima. Allah memberikan hal baik yang tidak pantas kita terima dan yang tidak pernah kita cari.
Keselamatan itu adalah anugerah Allah yang kita terima dengan iman.
Pahala adalah ganjaran Tuhan atas perbuatan baik manusia. Sebagai orang yang telah diselamatkan orang Kristen memang wajib berbuat baik, agar di sorga nanti ia memiliki mahkota. “Tiap-tiap orang yang turut mengambil bagian dalam pertandingan, menguasai dirinya dalam segala hal. Mereka berbuat demikian untuk memperoleh suatu mahkota yang fana, tetapi kita untuk memperoleh suatu mahkota yang abadi” (Injil, Surat 1 Korintus 9:25).
~
Slamet
~
Kepada Ayat2 Palsu,
Konsep pahala sangat diutamakan dalam agama Islam. Perlu kalian ketahui bahwa setiap perbuatan sekecil apapun bila didasarkan dengan niat karena Allah. Dan Allah lah yang akan membalas amal kebaikanya.
Saudaraku, anda hanya mengatakan amal saja, bagaimana dengan dosa. Allah seharusnya memperhitungkan dosa dan amal seseorang sekecil apapun itu.
~
Saudara Jhon,
Terima kasih untuk komentar saudara.
Allah itu memang kasih dan adil. Kasih Allah itu memberikan pengampunan dan anugerah agar manusia tidak dihukum. Kasih menuntut Allah untuk tetap memberkati dan memelihara orang yang beriman maupun juga orang kafir.
Dan keadilan Allah menuntut dosa sekecil apapun harus dihukum. Allah tidak pandang bulu, Dia akan menghukum orang-orang yang hidup dalam dosa. “Sebab murka Allah nyata dari sorga atas segala kefasikan dan kelaliman manusia, yang menindas kebenaran dengan kelaliman” (Injil, Surat Roma 1:18).
Inilah sifat-sifat yang dimiliki Allah Sang Pencipta langit dan bumi.
~
Slamet
~
Sdr.Slamet,
Sebelum kita membahas siapa lsa Al-Masih
yang sebenarnya. Saya akan bertanya kepada saudara apa bedanya arti dari “diutus” dan
“mengutus”.
Di antara kedua kata tersebut manakah posisinya yang lebih tinggi, yang mengutus atau yang diutus.?Jawab dengan jujur. Yesus bukanlah Tuhan, karena diutus. Dan yang mengutus adalah Bapa. Jadi posisi Bapalah yang lebih tinggi.
Maka Bapa adalah Tuhan yaitu Allah dan Yesus bukan Tuhan. Sekalipun saudara berpedoman kepada Injil, Rasul Besar Yohanes 10:30, “Aku dan Bapa adalah satu.”
~
Ketika Isa Al-Masih di dunia dalam wujud manusia, Dia memang adalah utusan Allah. Dia berada dalam batasan-batasan inkarnasi dan posisi Bapa saat itu adalah lebih besar. “Sebab Bapa lebih besar dari pada Aku” (Injil, Rasul Besar Yohanes 14:28).
Namun ketika Isa Al-Masih naik ke surga maka Dia yang adalah Allah itu sendiri kembali dalam pada eksistensiNya yang hakiki. Isa Al-Masih kembali kepada “kemuliaan yang Aku miliki bersama-sama-Mu sebelum dunia ini dijadikan” (Injil, Rasul Besar Yohanes 17:5).
Memang kami menyadari bahwa logika Allah mengutus Allah itu tidak dapat diterima oleh umat Muslim.
~
Slamet
~
Harus ditolak sebab tidak sesuai dengan disertasi yang diteliti dan diselidiki oleh para nabi.
~
Saudara Qatar,
Terima kasih untuk komentarnya.
Umat Muslim bahwa salah satu cara untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dan mendapatkan pahala dari Allah adalah berpuasa.
Sebenarnya puasa itu tidak menjadikan manusia dekat dengan Allah bila ia belum diperdamaikan. Hanya Isa Al-Masih yang dapat memperdamaikan manusia dengan Allah.
Isa Al-Masih berfirman, “Supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal” (Injil, Rasul Besar Yohanes 3:15).
Keselamatan didalam Isa Al-Masih inilah yang telah diselidiki oleh para nabi. “Keselamatan itulah yang diselidiki dan diteliti oleh nabi-nabi, yang telah bernubuat tentang kasih karunia yang diuntukkan bagimu” (Injil, Surat 1 Petrus 1;10).
~
Slamet
~
Buat Sdr Non lslam, dan Staff lDA
Sebetulnya antara agama lslam dan agama Kristen itu berbeda dalam konsep. Mulai dari masalah ketuhanan, nabi/rasul/ kitab sucinya serta istilah-istilah.
Apalagi forum ini berasal dari staff lDA dan bukan keinginan dari umat lslam Mengingat tujuan semula untuk memperkenalkan lsa Al-Masih versi Kristen. Sedangkan dalam agama lslam sendiri sudah ada.
Menurut agama Kristen, merekalah yang benar, sedang menurut Muslim, lslam-lah yang benar. Sedang forum ini sudah berjalan bertahun-tahun akan tetapi hasilnya nol. Maksud dan tujuan dari staff lDA tidak mencapai sasaran. Baik dialog, diskusi maupun debat adalah sia-sai belaka. Alangkah baik ditukar dengan lebih bermutu. Salam
~
Saudara Usul,
Kami menghargai usul yang saudara sampaikan.
Memberitakan keselamatan di dalam Injil, tidak pernah menjadi sia-sia. Karena Injil adalah “…kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya,… Sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman, seperti ada tertulis: ‘Orang benar akan hidup oleh iman” (Injil, Surat Roma 1:16-17).
Bahkan Allah sendiri memberikan jaminan bahwa firman-Nya tidak akan kembali dengan sia-sia. “demikianlah firman-Ku yang keluar dari mulut-Ku: ia tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kukehendaki, dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya” (Kitab Nabi Yesaya 55:11).
~
Slamet
~
Untuk seluruh umat manusia,
Untuk umat Islam, Kristen, dan lainnya. Bacalah kitab suci yang anda percayai beserta “bahasa aslinya”. Pastikan bahwa terjemahannya sudah benar sesuai makna yang dimaksudkan. Jangan langsung percaya terhadap terjemahan! Periksa dan pastikan kesesuaian terjemahan kitab suci versi terjemahan dan versi bahasa asli dari kitab suci tersebut!
Jangan percaya revisi-revisi atau tambahan yang dibuat oleh tangan-tangan manusia biasa. Maka dari itu berkiblatlah pada bahasa asli dari kitab suci kalian, jangan langsung percaya dengan terjemahan bahasa Indonesia/Inggris! pastikan dulu keasliannya!
~
Saudara David,
Sangat baik sekali apabila kita dapat membaca dan memahami kitab suci dalam bahasa aslinya. Namun perlu diperhatikan meskipun dewasa ini ada orang bisa berbahasa asli kitab suci, bahasa yang sekarang sangat berbeda dengan bahasa pada waktu kitab suci ditulis.
Misalnya orang yang berbahasa Yunani dewasa ini merasa sulit untuk mengerti bahasa Yunani Injil dengan benar. Ini karena kata-kata baru telah ditambahkan ke bahasa tersebut, menggantikan istilah-istilah yang lebih tua, dan banyak kata yang masih ada memiliki makna yang berbeda.
Seandainya seseorang telah belajar bahasa Yunani modern, tidak berarti ia akan memahami Injil dengan lebih akurat dalam bahasa aslinya. Ia masih memerlukan kamus dan buku tata bahasa untuk mengetahui bagaimana bahasa-bahasa tersebut digunakan ketika buku-buku Injil pertama kali dibuat dalam bentuk tulisan.
~
Slamet