Umat Islam selalu bersukacita ketika menyambut bulan Ramadhan. Mereka mengimani bahwa tujuan utama puasa Ramadhan agar Mukmin mendapat berkah penuh dari Allah. Sehingga, salah satu cara memperoleh berkah adalah dengan berpuasa saat Ramadan.
Mukmin meyakini ada banyak tujuan dan manfaat puasa. Salah satunya adalah mendapatkan pengampunan atas dosa.
Namun, yakinkah Anda berpuasa selama satu bulan dapat benar-benar menghapus dosa? Apa tujuan utama puasa Ramadhan? Dengan membaca artikel ini, Anda akan dapat berpuasa dengan motivasi yang benar sehingga puasa Anda tidak akan menjadi sia-sia.
Muslim: Bulan Ramadhan Penuh Berkah
Bagi umat Islam, Ramadhan adalah bulan yang istimewa. “Barangsiapa yang berpuasa Ramadan karena iman dan mengharapkan pahala, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu” (HR. Bukhari dan Muslim). Ramadhan membuka kesempatan kepada Mukmin untuk mengumpulkan pahala sebagai tabungan di akhirat.
Selain berkat rohani, ada juga berkat jasmani. Para pakar kesehatan setuju bahwa berpuasa dapat memperbaiki sistem yang ada di dalam tubuh dan mencegah penyakit.
Tetapi, tujuan utama puasa melebihi semua berkat itu.
Tujuan Utama Puasa Ramadhan Menurut Islam
Al-Quran mencatat bahwa berpuasa adalah perintah Allah. Maka, setiap orang yang menjalankan ibadah puasa menjalankan perintah Allah.
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa” (Qs 2:183).
Menurut ayat itu, tujuan utama puasa Ramadhan adalah bertakwa. Bertakwa berarti mematuhi segala perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Islam mengajarkan bahwa dengan berpuasa, manusia dapat mengendalikan nafsu dari perbuatan yang melanggar peraturan Allah.
Maka dari itu slogan “kembali putih” sering muncul pada saat bulan Ramadhan. Slogan ingin menunjukkan harapan agar para Mukmin bebas dari dosa setelah melakukan puasa Ramadhan. Tujuannya adalah agar manusia dapat menjadi suci dan bertakwa sepenuhnya kepada Allah.
Sayangnya, tidak seorang pun mampu menjamin dirinya “selalu putih” setelah berpuasa. Karena manusia hidup dalam dunia yang berdosa. Apakah puasa cukup untuk menyucikan hati?
Masalah Kesucian Hati Manusia
Suci berarti benar-benar bersih dan tidak bernoda. Namun, setiap hari kita berdosa. Dosa, sekecil apa pun dapat mengotori hati.
Pada bulan Ramadhan, mukmin rentan terhadap dosa kesombongan karena sudah berpuasa penuh. Bergosip karena tetangga tidak berpuasa juga cukup menggoda. Bisa juga iri terhadap menu buka puasa orang lain. Atau bahkan serakah ketika mengantri takjil.
Saat berpuasa, kita menahan lapar, haus dan emosi negatif. Namun, jika sesuatu yang tidak menyenangkan terjadi, ada godaan untuk marah. Mungkin memang amarah tidak keluar dari mulut, namun tersimpan di hat
Bukankah setiap hari manusia melakukan dosa? Menjaga kesucian hati sangatlah sulit. Manusia tidak dapat mengusahakannya sendiri.
Manusia Butuh Pertolongan!
Kitab Allah menegaskan bahwa, “. . . manusia lebih menyukai kegelapan dari pada terang . . .” (Injil, Yohanes 13:19). Karena dunia sudah penuh dengan perbuatan dosa, maka sangat sulit menghindarinya. Dosa bisa muncul melalui perkataan, pemikiran maupun tindakan.
Tidak ada seorang pun yang mampu hidup benar-benar suci meski sudah berusaha sekuat tenaganya. Maka dari itu manusia butuh bantuan dari Allah untuk menyucikan hati.
Isa Al-Masih Mampu Menyucikan Orang Berdosa
Allah tahu bahwa manusia tidak mampu menyucikan diri sendiri. Untuk itulah Isa Al-Masih datang ke dunia untuk membantu manusia keluar dari arus dosa. “Sebab Anak Manusia [Isa Al-Masih] datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang”(Injil, Lukas 19:10).
Isa Al-Masih menyelamatkan bukan berdasarkan banyaknya puasa maupun perbuatan baik. Ia menyelamatkan karena kasih-Nya kepada manusia. Ia mengampuni dosa setiap orang yang dengan rendah hati mengaku bahwa dirinya butuh pertolongan Allah.
Jika kita mempercayakan hidup kepada Isa maka Ia akan membersihkan hati kita. Dengan demikian kita dapat beribadah kepada Allah dengan penuh ketakwaan. Allah pasti akan menerima ibadah seperti ini.
Perlukah Saya Berpuasa?
Iya, tentu saja perlu! Bahkan banyak nabi-nabi Allah berpuasa. Isa Al-Masih, berpuasa selama 40 hari penuh. Puasa, bukan hanya sekedar menahan nafsu duniawi. Tapi saat dimana kita lebih dekat lagi dengan Allah.
Jadi, sebagai pengikut Isa, kita tidak wajib puasa selama satu bulan penuh setiap tahun. Tapi kita dapat berpuasa kapan pun kita mau dan ingin lebih dekat dengan Allah.
Datanglah pada Isa, maka Ia akan menyelamatkan Anda dari dosa. Ia mampu memuaskan hati Anda menjadi penuh ketakwaan. Anda tidak akan berpuasa dengan harapan Allah akan mengampuni dosa. Anda akan berpuasa dengan rasa syukur karena Isa Al-Masih sudah mengampuni dosa Anda! Dengan demikian Ia menyiapkan tempat bagi Anda di surga!
Artikel Terkait
Berikut ini link-link yang berhubungan dengan artikel “Apakah Tujuan Utama Puasa Ramadhan yang Allah akan Terima?” Jika Anda berminat, silakan klik pada link-link berikut:
- Apakah Pengertian Puasa Ramadhan Yang Benar?
- Bagaimana Mendekatkan Diri Kepada Allah pada Bulan Puasa?
- Apakah Allah Menerima Puasa Kita?
- 3 Kunci Berhasil Puasa Menurut Isa Al-Masih
Video:
Fokus Pertanyaan Untuk Dijawab Pembaca
Staf IDI berharap Pembaca hanya memberi komentar yang menanggapi salah satu pertanyaan berikut:
- Apa kira-kira tujuan puasa utama apa bagi Saudara?
- Bagaimana pendapat Saudara bahwa ibadah manusia ada batasannya, jauh dari sempurna?
- Pernahkah Saudara mendengar Isa Al-Masih bisa menyucikan hati manusia? Jelaskan jawaban Saudara.
Komentar yang tidak berhubungan dengan tiga pertanyaan di atas, maaf bila terpaksa kami hapus.
Untuk menolong para pembaca, kami memberi tanda ***** pada komentar-komentar yang kami rasa terbaik dan paling menolong mengerti artikel di atas. Bila bersedia, silakan juga mendaftar untuk buletin mingguan, “Isa, Islam dan Al-Fatihah.”
Apabila Anda memiliki tanggapan atau pertanyaan atas artikel ini, silakan menghubungi kami dengan cara klik link ini. Atau SMS/WA ke: 081281000718.
PEDOMAN WAJIB MEMASUKAN KOMENTAR
Bagi Pembaca yang ingin memberi komentar, kiranya dapat memperhatikan hal-hal berikut ini:
1. Komentar harus menggunakan bahasa yang jelas, tidak melanggar norma-norma, tidak kasar, tidak mengejek dan bersifat menyerang.
2. Hanya diperbolehkan menjawab salah satu pertanyaan fokus yang terdapat di bagian akhir artikel. Komentar yang tidak berhubungan dengan salah satu pertanyaan fokus, pasti akan dihapus. Harap maklum!
Komentar-komentar yang melanggar aturan di atas, kami berhak menghapusnya. Untuk pertanyaan/masukan yang majemuk, silakan mengirim email ke: .