Haji Sholeh masih merasa gelisah, kuatir, dan takut berkaitan hubungannya dengan Allah. Ia takut Allah menolaknya karena kurang beramal baik. Apakah Anda merasakan hal yang sama?
Umat beragama percaya bahwa relasi karib dengan Allah sangat penting. Apakah kita harus berusaha keras agar dikasihi Allah? Apakah kita bisa punya hubungan dekat dengan Allah? Bagaimana caranya?
Dengan membaca artikel ini, Anda akan tahu cara untuk sungguh-sungguh mengenal Allah.
Hubungan Mukmin dengan Allah
Ustaz Miftahudin menjelaskan hubungan manusia diciptakan Allah sebagai hamba. Ia mengutip surah az-Zariyat ayat 56, “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.”
“. . . kita disiapkan Allah menjadi hamba . . . untuk mengabdi kepada Pencipta . . . Bertakwa agar manusia mendapatkan keuntungan hingga akhirat nanti,” tambahnya.
Apakah dengan menjadi seorang hamba Allah, kita akan mempunyai relasi karib dengan Allah?
Islam dan Nasrani Mengajarkan Hal yang Sama?
Kami melihat ada perbedaan sangat mendasar antara bagaimana Al-Quran dan Kitab Taurat, Zabur, serta Injil memandang manusia dalam hubungannya dengan Allah.
Untuk menjelaskan kesaksian Kitab Allah tentang hubungan orang Nasrani dengan Allah, kami memakai metafora seorang Bapa yang mengasihi anak-anak-Nya. Namun, rupanya Al-Quran mengajarkan bahwa Allah seperti Tuan Besar yang memandang kita sebagai budak-budak.
Hubungan Manusia dengan Allah Menurut Injil
Hubungan manusia dengan Allah menurut Alkitab bagaikan seorang Bapa yang memandang kita sebagai anak-anak-Nya yang boleh duduk di pangkuan-Nya. Juga boleh berbicara kepada-Nya, mengeluarkan isi hati dan permintaan kita kepada-Nya, dan dapat menyatakan bahwa kita mengasihi-Nya.
Kitab Allah menyaksikan, “Sebab kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru: ‘ya Abba, ya Bapa!’ . . . Dan jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris, maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah, yang akan menerimanya bersama-sama dengan Kristus [Isa Al-Masih], . . . supaya kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia” (Injil, Surat Roma 8:15-17).
Dengan penjelasan ini, dapat kita pahami seperti hubungan orang tua dan anak, demikianlah hubungan orang Nasrani dengan Allah.
Hubungan yang dekat dengan Allah akan menolong kita dapat mengenal Allah dengan baik dan benar. Hanya dengan beriman kepada Isa Al-Masih yang begitu mengasihi manusia dan menanggung hukuman dosa, maka Allah pasti menerima kita sebagai anak-anak-Nya.
Keuntungan Akhirat Sebagai Anak Allah
Seorang hamba Allah dinilai berdasarkan amal baiknya. Itu mengakibatkan ketidak-pastian relasi intim dengan Allah dan mengakibatkan takut dan kuatir ditolak.
Sebaliknya, keuntungan menjadi anak-anak Allah adalah memiliki relasi yang karib dengan Allah. Allah mendengar doa-doa kita dan sangat mengasihi kita. Kita menerima janji-janji Allah akan kebahagiaan kekal di surga-Nya.
Allah pasti akan menerima Anda dan mendengar doa Anda jika percaya kepada Isa Al-Masih. Maka Allah akan menerima Anda sebagai anak-anak-Nya, yang selalu dekat dengan-Nya!
Fokus Pertanyaan Untuk Dijawab Pembaca
Staf IDI berharap Pembaca hanya memberi komentar yang menanggapi salah satu pertanyaan berikut:
- Apa yang kurang jika hanya punya hubungan dengan Allah sebagai hamba?
- Mengapa pandangan Alkitab tentang manusia dan hubungannya dengan Tuhan itu relasi terbaik? Jelaskan alasannya!
- Bagaimankah agar pasti kita beroleh hubungan yang baik dan keuntungan di dunia-akhirat?
Artikel Terkait
Berikut ini link-link yang berhubungan dengan artikel tentang di atas. Jika Anda berminat, silakan klik pada link-link berikut:
- Pewaris Surga: Untuk “Hamba Allah” (Islam) Atau “Anak Allah” (Kristen)?
- Salah Satu Mukjizat Isa: Memulihkan Hubungan Kita dengan Allah
- Dapatkah Ketakwaan Dalam Islam Menjamin Masuk Sorga?
Video:
Untuk menolong para pembaca, kami memberi tanda ***** pada komentar-komentar yang kami rasa terbaik dan paling menolong mengerti artikel di atas. Bila bersedia, silakan juga mendaftar untuk buletin mingguan, “Isa, Islam dan Al-Fatihah.”
Apabila Anda memiliki tanggapan atau pertanyaan atas artikel ini, silakan menghubungi kami dengan cara klik link ini. Atau SMS/WA ke: 081281000718.
PEDOMAN WAJIB MEMASUKAN KOMENTAR
Bagi Pembaca yang ingin memberi komentar, kiranya dapat memperhatikan hal-hal berikut ini:
1. Komentar harus menggunakan bahasa yang jelas, tidak melanggar norma-norma, tidak kasar, tidak mengejek dan bersifat menyerang.
2. Hanya diperbolehkan menjawab salah satu pertanyaan fokus yang terdapat di bagian akhir artikel. Komentar yang tidak berhubungan dengan salah satu pertanyaan fokus, pasti akan dihapus. Harap maklum!
Komentar-komentar yang melanggar aturan di atas, kami berhak menghapusnya. Untuk pertanyaan/masukan yang majemuk, silakan mengirim email ke: .