“Rida Allah terletak pada rida orang tua.” Kalimat tersebut merupakan kutipan dari HR. Baihaqi. Menurut pengajaran banyak agama dan nilai norma masyarakat Indonesia, menghormati orang tua merupakan kewajiban seorang anak, bahkan termasuk berbakti kepada orang tua non Muslim sekalipun.
Kita tahu bagaimana seorang ibu mempertaruhkan nyawanya saat melahirkan dan ayah yang bekerja keras menafkahi keluarga. Namun, jika satu saat orang tua kita berbeda kepercayaan, apa yang harus dilakukan? Bagaimana cara menghormati orang tua yang berbeda agama dengan kepercayaan kita?
Ajaran Islam dan Nasrani Tentang Menghormati Orang Tua
Ayat Al-Quran tentang menghormati orang tua dalam Qs 17:23-24 berkata, adalah kewajiban seorang Muslim untuk menghormati orang tua. Juga bertanggung-jawab merawat orang-tuanya. Hal ini juga tertulis dalam hadits Bukhari dan Muslim.
Pengajaran ini tidak berbeda dengan ayat Alkitab yang mengajarkan tentang menghormati orang tua, Ulangan 5:16. Allah berkenan kepada orang yang menghormati orang-tuanya dan akan memberikan umur panjang.
Isa Al-Masih dan Ibu-Nya
Isa Al-Masih memberi teladan tentang bagaimana bertanggung-jawab kepada orang tua. Saat disalib, Ia berkata kepada murid-Nya, Yohanes, untuk merawat ibu-Nya, Siti Maryam.
Isa melakukannya karena Dia tahu akan kembali ke sorga. Sehingga Ia tidak bisa merawat ibu-Nya. Maka Dia meminta murid-murid-Nya untuk merawat Siti Maryam.
Kisah Anak Yang Menolak Berbakti Kepada Orang Tua Non Muslim
Nurul (68), seorang wanita tua yang tinggal di panti jompo memutuskan untuk menjadi pengikut Isa Al-Masih setelah suaminya meninggal. Awalnya anak-anak Nurul bersedia merawatnya. Tapi setelah mengetahui bahwa Nurul beriman kepada Isa Al-Masih, mereka membatalkannya. Anak anak Nurul merasa takut mereka akan dipandang mengingkari Allah, jika mereka berbakti kepada orang tua non Muslim.
Memang sedih rasanya, ucap Nurul. Namun, tetap ada sukacita dalam mempertahankan iman. Dia tidak membenci anak-anaknya dan terus mendoakan mereka.
Nurul bahagia karena Isa telah menebusnya dari hukuman dosa dan memperoleh hidup yang kekal. Apakah Anda merasakah hal yang sama seperti Nurul? Silakan hubungi staff kami.
Cara Menghormati Orang Tua yang Berbeda Agama
Al-Quran mengajarkan untuk berbakti kepada orang tua (Qs 17:23-24), demikian juga ajaran Injil (Efesus 6:1-3). Cara kita menghormati orang tua yang berbeda agama adalah: tetap berkomunikasi dengan mereka, peduli, merawat, memperhatikan dan tetap bersikap sopan.
Seorang anak harus merawat orang-tuanya sekalipun sudah jompo. Seperti kisah Nurul, seharusnya anak-anak merawatnya, terutama saat dia sudah jompo. Bukan sebaliknya, menelantarkan.
Isa Al-Masih memberi satu teladan tentang bagaimana merawat orang tua. Kita harus bertanggung-jawab untuk merawat orang tua meskipun berbeda agama. Hal ini menjadi bagian penting bagi seorang yang beriman. “Tetapi jika ada seorang yang tidak memeliharakan . . . seisi rumahnya, orang itu murtad dan lebih buruk dari orang yang tidak beriman” (Injil, Surat 1 Timotius 5:8).
Jika ada perbedaan iman dalam keluarga dan menyebabkan perpecahan, maka umat-Nya harus tetap teguh dalam mempertahankan imannya. Juga tetap melakukan tanggung jawab sebagai seorang anak. Tetap hormatilah orang tua Anda!
Anda Boleh Menjadi Keluarga Allah!
Isa Al-Masih mengasihi dan meridhoi semua orang. Terkhusus bagi mereka yang beriman kepada-Nya, Ia memberikan suatu jaminan keselamatan dan hidup yang kekal. Bahkan suatu kehormatan untuk menjadi bagian dari keluarga Allah di surga.
Setiap anggota keluarga Allah memiliki warisan yang kekal, dijamin, dan tidak fana di surga. Silakan hubungi staff kami jika Anda ingin menjadi keluarga Allah.
[Staf Isa dan Islam – Untuk masukan atau pertanyaan mengenai artikel ini, silakan mengirim email kepada Staff Isa dan Islam.]
Fokus Pertanyaan Untuk Dijawab Pembaca
Staf IDI berharap Pembaca hanya memberi komentar yang menanggapi salah satu pertanyaan berikut:
- Apakah Saudara mempunyai pengalaman tentang berbeda agama dalam keluarga? Coba ceritakan.
- Menurut pendapat Saudara, bagaimana cara menghormati orang tua yang berbeda agama dengan Saudara?
- Apa yang Allah perintahkan dalam menciptakan keharmonisan dalam keluarga?
Komentar yang tidak berhubungan dengan tiga pertanyaan di atas, walaupun dari Kristen maupun Islam, maaf bila terpaksa kami hapus.
Artikel Terkait
Berikut ini link-link yang berhubungan dengan artikel “Cara Menghormati Orang Tua yang Berbeda Agama dengan Kita” Jika Anda berminat, silakan klik pada link-link berikut:
- Surat Warisan Dari Allah
- Mengapa Maryam “Di Atas Segala Wanita Di Dunia?”
- Apakah Isa Al-Masih Tidak Menghormati Ibu-Nya?
- Orang Muslim Paris – “Islam Agama Kasih!”
- Bagaimana Ajaran Kasih Dalam Islam Dan Injil?
Untuk menolong para pembaca, kami memberi tanda ***** pada komentar-komentar yang kami rasa terbaik dan paling menolong mengerti artikel di atas. Bila bersedia, silakan juga mendaftar untuk buletin mingguan, “Isa, Islam dan Al-Fatihah.”
Apabila Anda memiliki tanggapan atau pertanyaan atas artikel “Cara Menghormati Orang Tua yang Berbeda Agama dengan Kita“, silakan menghubungi kami dengan cara klik link ini. Atau SMS ke: 0812-8100-0718
~
No comment, sungguh betul!
~
Saudara Handsome,
Kami menyampaikan terima kasih apabila saudara dapat memberikan komentar yang ada hubungannya dengan artikel yang disampaikan.
Namun demikian kami juga tetap menghargai akan kunjungan saudara di situs ini.
~
Slamet
~
@Artikel,
Isa melakukannya karena Dia tahu akan kembali ke sorga. Sehingga Ia tidak bisa merawat ibu-Nya. Maka Dia meminta murid-murid-Nya untuk merawat Siti Maryam.
Respon: Pernyataan yang salah! Yesus itu tuhan langit dan bumi, mahakuasa ke atas tiap-tiap sesuatu. Masak Tuhan tidak bisa merawat ibunya dari sorga! Jika benar Yesus meminta murid-murid-Nya untuk merawat ibunya Siti Maryam, bermakna Yesus itu adalah manusia biasa bukan Tuhan!
~
Saudara Handsome,
Perlu saudara ketahui Yesus Kristus adalah Allah dan manusia. Tentunya dalam ke-Allahan-Nya, Dia berkuasa menjaga dan memelihara ciptaan-Nya.“Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu. Karena Allah telah berfirman: “Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau” (Injil, Surat Ibrani 13:5)
Dia adalah Allah yang berkuasa atas manusia.
Namun sebagai manusia, Isa Al-Masih sangat menghargai batasan-Nya sebagai manusia. Dan Isa sebagai anak yang dilahirkan oleh Maria, tentunya Dia juga menghormati Maria ibu-Nya. Oleh karena itu saat menjelang kematian-Nya, Dia sangat peduli akan nasib ibu-Nya. “Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya di sampingnya, berkatalah Ia kepada ibu-Nya: “Ibu, inilah, anakmu!” (Injil, Rasul Besar Yohanes 19:26).
Demikian dan semoga saudara dapat mengalami pencerahan dari Allah.
~
Slamet
~
Salam untuk semua Admin: Purnama, Noni, Yuli, Slamet, Solihin, Daniar!
Dari Group 19 in 1
UFO
~
Saudara UFO,
Bagaimana kabarnya? Harapan kami semoga saudara tetap sehat dan selalu dalam lindungan Allah.
Kami menyambut dengan senang hati apabila saudara bersedia untuk berdikusi kembali.
Dan atas kesediaan saudara meluangkan waktu untuk mengunjungi situs ini, kami juga sampaikan terima kasih.
Salam kembali untuk Saudara UFO (mohon maaf dan harap maklum kalau kami terpaksa menghapus komentar saudara).
~
Slamet
~
@Slamet,
Namun sebagai manusia, Isa Al-Masih sangat menghargai batasan-Nya sebagai manusia. Dan Isa sebagai anak yang dilahirkan oleh Maria, tentunya Dia juga menghormati Maria ibu-Nya.
Respon: Betul! Semua manusia (termasuk Yesus) wajib menghormati ibu yang melahirkannya. Tapi Yesus bukan manusia biasa, Dia adalah 100% Tuhan apabila sudah kembali ke sorga. Anehnya mengapa perlu Dia berpesan meminta murid-murid-Nya untuk merawat Maria selepas kematiannya! Apakah Yesus tidak berupaya merawat ibu kesayangannya apabila Dia sudah berada di sorga?
Itu pertanyaan asal saya. Sepatutnya jika Yesus memang Tuhan dia tidak perlu berpesan apa-apa. Tidakkah semua manusia di bumi (termasuk Maria) di bawah kekuasaannya!
~
Saudara Handsome,
Sebenarnya Isa Al-Masih sebagai manusia tidak ada yang salah dengan Isa Al-Masih kalau Dia meminta kepada murid yang dikasihi-Nya, Yohanes, agar merawat ibu-Nya. Isa Al-Masih sebagai manusia memperlihatkan kepedulian-Nya kepada sang ibu yang telah melahirkan dan membesarkan-Nya walaupun pada saat itu Ia sedang dalam penderitaan yang teramat sangat di kayu salib.
Dan tentunya dalam ke-Allah-Nya, Isa Al-Masih pasti sanggup memelihara bukan hanya ibu-Nya tetapi semua ciptaan-Nya. Karena “… bagi kita hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa, yang dari pada-Nya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup, dan satu Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus, yang oleh-Nya segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia kita hidup” (Injil, Surat 1 Korintus 8:6).
Pertanyaan sejenis yang dapat saudara renungkan, jika Isa Al-Masih itu Tuhan mengapa Dia memberikan “Amanat Agung” kepada setiap murid-Nya? Apakah Isa Al-Masih dengan maha kuasa-Nya, tidak dapat membuat orang seluruh dunia menjadi murid-Nya?
“Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman” (Injil, Rasul Besar Matius 28:19-20).
~
Slamet
~
@Slamet,
Pertanyaan sejenis yang dapat saudara renungkan, jika Isa Al-Masih itu Tuhan mengapa Dia memberikan “Amanat Agung” kepada setiap murid-Nya? Apakah Isa Al-Masih dengan maha kuasa-Nya, tidak dapat membuat orang seluruh dunia menjadi murid-Nya?
Respon: Tentu bisa jika Yesus adalah Tuhan semesta alam. Tapi Yesus bukan Tuhan. Itu sebabnya dia meminta murid-muridnya untuk merawat Maria (si ibu) apabila dia sudah tiada di dunia ini. Inilah bukti jelas bahwa Yesus adalah manusia biasa yang tidak punyai apa-apa kodrat (atas manusia di bumi) selepas diangkat ke sorga. Itu pandangan saya.
~
Saudara Handsome,
Sikap Isa Al-Masih kepada Ibu-Nya sangatlah baik, seharusnya dijadikan teladan karena kepedulian-Nya. Namun juga perlu dipertimbangkan bahwa Pesan Isa kepada murid-murid-Nya untuk merawat ibu-Nya tidak dapat dijadikan alasan Isa bukan Tuhan. Karena bukti-Nya Isa tetap menyatakan bahwa penyertaan-Nya sampai akhir zaman, Isa berkuasa di dunia dan di akhirat (Injil, Rasul Besar Matius 28:18-20). Hal itu diakui Al-Quran, Isa terkemuka di dunia dan di akhirat (Qs 3:45).
Pertanyaannya adalah jika Isa hanya manusia biasa, mengapa Dia berada di sorga dan berkuasa atas dunia dan akhirat? Bagaimana menurut saudara?
~
Purnama
~
@Purnama,
Sikap Isa Al-Masih kepada Ibu-Nya sangatlah baik, seharusnya dijadikan teladan karena kepedulian-Nya. Namun juga perlu dipertimbangkan bahwa pesan Isa kepada murid-murid-Nya untuk merawat ibu-Nya tidak dapat dijadikan alasan Isa bukan Tuhan. Karena bukti-Nya Isa tetap menyatakan bahwa penyertaan-Nya sampai akhir zaman, Isa berkuasa di dunia dan di akhirat (Matius 28:18-20). Hal itu diakui Al-Quran, Isa terkemuka di dunia dan di akhirat (Qs 3:45).
Respon: Usah libatkan sabda-sabda Alkitab yang lain atau firman Tuhan di Al-Quran. Ianya tidak relevan. Ingat! Jika PB benar wahyu Tuhan yang otentik dan terpelihara, setiap sabda Yesus di PB pasti mendukung sifat ketuhanannya, bukan yang sebaliknya.
~
Saudara Handsome,
Saudara juga perlu mengingat bahwa Isa Al-Masih itu adalah Allah yang manjadi manusia, oleh karena itu dalam Alkitab ayat-ayat tentang ke-Allah-an dan ke-Manusia-an Isa Al-Masih tidak dapat dipisahkan. Namun ayat-ayat tentang ke-Allah-an Isa Al-Masih tidak boleh dibenturkan dengan ayat tentang kemanusiaan-Nya. Bahkan kalau saudara bersedia meneliti Al-Quran dengan hati yang ikhlas, saudara juga menemukan hal yang sama. Di dalam kitab saudara juga ada cukup banyak yang menunjukkan Isa Al-Masih itu ilahi.
Demikian semoga bermanfaat untuk direnungkan.
~
Slamet
~
Nabi Isa tidak berkuasa dunia maupun akhirat, tapi dimuliakan dunia dan akhirat. Bedakan berkuasa dengan dimuliakan. Anda sendiri bilang, Isa itu mati dan dibangkitkan itu artinya Isa bukan Tuhan dan tidak berkuasa.
Yesus sendiri mengakui di dalam Alkitab, Allah itu Tuhan yang patut disembah dan Dia hanya diutus kaum bani Israel. Dan anda bilang Yesus dilahirkan, berarti bukan Tuhan. Lalu apa salah satu cirinya Tuhan? Tidak dilahirkan, bapak.
Jadi Tuhan itu Yesus atau Allah? Jawabannya Allah. Tidak mungkin jawabannya dua-duanya, tapi pilih salah satunya. Aqidah ummat Islam jelas, bukan abu-abu. Ajaran anda itu benar-benar tidak jelas, anda tidak paham Alkitab, anda cuma didoktrin saja.
~
Saudara Hakkullah,
Saudara memberikan sebuah pertanyaan bagi kami yanb baik sekali. Oleh karena itu pada kesmpatan ini kami ingin menanggapi pertanyaan tersebut.
Tuna itu Yesus atau Allah?
Sebenarnya Isa Al-Masih bukan ciptaan Allah. Dia adalah Kalimat Allah yang menjadi manusia. Dengan kata lain Isa Al-Masih itu adalah Allah yang nuzul ke dunia dan menjadi manusia (Injil, Rasul Besar Yohanes 1:1, 14). Dengan nuzul-Nya ke dunia ini , menunjukkan kemahakuasaan-Nya. Tentunya bagi Allah yang maha kuasa, menjelma menjadi manusia itu tidak menjadi masalah, bukan?
Jadi Tuhan pencipta alam semesta itu sebenarnya Allah yang telah menjadi manusia dalam pribadi Isa Al-Masih.
~
Slamet
*****
1. Apakah Anda mempunyai pengalaman tentang berbeda agama dalam keluarga? Coba ceritakan
Ya, keluarga ibu saya ada yang Muslim, sewaktu lajangnya Kristen, namun dia menikah dengan seorang wanita Muslim masuk Islam, setelah dia masuk Islam, saya sangat heran karena fanatiknya luar biasa, tidak lagi mau makan dan minum dirumah saudaranya yang Kristen, padahal sewaktu kami berkunjung kerumahnya masa itu lebaran, kami tidak sungkan untuk memakan-makanan yang dia suguhkan, namun ketika Natal dan Tahu Baru, dia dan keuarganya tidak meyentuh makanan dan minuman yang kami hidangkan, mulai itulah saya dan keluarga mulai ada jarak dan tidak lagi yang namanya jabatan tangan.
~
Saudara Bravo,
Kenyataannya hubungan dengan sesama dapat menjadi rusak dikarenakan ajarannya yang berbeda. Dalam Islam ada larangan-larangan yang mereka tidak boleh makan dan minum dan aturan yang lain, itu yang menyebabkan hubungan bisa menjadi tidak harmonis. Namun, perbedaan sebenarnya bukan menjadi alasan dan penghambat untuk kita menjalin dan menjaga hubungan dengan sesama. Karena Isa menyatakan untuk mengasihi sesama. Tetaplah menjalin silahturahmi, dan menjadi berkat. Terima kasih untuk komentarnya saudara Bravo.
~
Purnama
*****
2. Bagaimana cara kita menghormati orang tua yang mempunyai perbedaan agama?
Saya dan orang tua saya, tidak ada perbedaan agama, untuk itu saya menghormati dan menyangi mereka, walaupun ayah saya sudah wafat bersama Yesus Kristus sekarang, tinggallah Ibu saya, dimasa tuanya, tepat ulang tahun kami sekeluarga merayakannya, dan pada saat Hari Natal dan Tahun Baru, kami juga berkunjung kerumah baik mertua dan orang tua kandung saya.
3. Apa yang Allah perintahkan dalam menciptakan keharmonisan dalam keluarga?
Yesus Kristus berkata : “Kasihilah sesamamu manusia, seperti engkau mengasihi dirimu sendiri”. Inilah yang menjadi pedoman hidup saya untuk keharmonisan dalam keluarga.
*****
Saudara Bravo,
Terima kasih sudah menjawab pertanyaan kami. Semoga pengalaman saudara dapat menjadi cotoh bagi pengikut Isa Al-Masih yang lain. Memang Isa Al-Masih sangat perduli dengan hubungan antar sesama manusia, Isa menghendaki kedamaian bagi semua orang, dan hal itu indah bila dimulai dari dalam keluarga.
~
Purnama
~
@Slamet
Saudara juga perlu mengingat bahwa Isa Al-Masih itu adalah Allah yang manjadi manusia, oleh karena itu dalam Alkitab ayat-ayat tentang ke-Allah-an dan ke-Manusia-an Isa Al-Masih tidak dapat dipisahkan. Namun ayat-ayat tentang ke-Allah-an Isa Al-Masih tidak boleh dibenturkan dengan ayat tentang kemanusiaan-Nya.
Res: Anda silap! Apabila Yesus telah kembali ke sorga maka dia sudah menjadi seratus persen Tuhan dan sifar manusia. Tiada batasan lagi baginya untuk berbuat apapun. Jadi mengapa Yesus masih mengharapkan murid-muridnya yang berada di bumi bagi merawat ibunya sedangkan dia berupaya berbuat demikian dari sorga. “Anak” yang baik akan sentiasa merawat ibunya baik di bumi atau di sorga!
~
Saudara Handsome,
Kami kira tidak ada salahnya jika Isa menyatakan kepada murid-murid-Nya untuk merawat ibu-Nya, dan juga ketika Isa menyatakan hal itu, tidak berarti Dia tidak dapat merawat ibu-Nya hanya karena Dia berada di sorga. Sebagai manusia Isa adalah anak yang peduli kepada Ibu-Nya, demikian juga ketika Dia kembali pada hakikat-Nya yaitu Tuhan, Dia peduli pada Maryam dan juga kepada saudara.
~
Purnama
~
@admin (Injil, Rasul Besar Yohanes 1:1, 14),
Pemahaman anda tidak mendasar dan tidak mengandung makna nuzul, tapi kalimat berubah menjadi manusia. jadi, anda memaknai Allah itu berwujud kalimat, sedang dalam Islam maknanya, Allah tidak berwujud kalimat. Contoh lain, tangan Allah; maknanya juga bukan Allah berwujud tangan. Nabi Isa as lahir disebabkan adanya kalimat Allah, bukan Allah itu berwujud kalimat. Kalau artikan dengan ayat Alkitab itu, tangan itu adalah Allah. Apa maknanya kalau begitu? Masalahnya kalimat dengan tangan, pasti sudah beda.
“Yesus mengakui dirinya utusan dan Allah adalah Tuhannya, Yoh:17:3”. Jadi, apa maknanya ayat itu? Keyakinan Anda dibatalkan dengan ayat tersebut.
~
Saudara Hakkullah,
Terima kasih untuk komentar sdr. Kami harap sdr tidak mengalalihkan diskusi sesuai artikel di atas. Silakan sdr menaggapi sesuai topik, kami sudah memiliki pertanyaan yang sdr dapat tanggapi salah satunya.
1. Apakah Anda mempunyai pengalaman tentang berbeda agama dalam keluarga? Coba ceritakan.
2. Bagaimana cara kita menghormati orang tua yang mempunyai perbedaan agama?
3. Apa yang Allah perintahkan dalam menciptakan keharmonisan dalam keluarga?
Untuk menjawab tanggapan sdr silakan sdr membaca penjelasan artikel ini https://tinyurl.com/y953moz6 silakan klik, di sana mencatat secara jelas tentang Kalimat Allah. Terima kasih untuk pengertian sdr.
~
Purnama
~
To Admin Purnama,
Isa bukan Tuhan. Itu sebab dia meminta murid-muridnya menjaga Maria (si ibu) apabila dia sudah tiada di dunia. Urusan dunia telah terputus sepenuhnya apabila manusia sudah kembali kepada Tuhannya. Lihat dialog Isa dan Ar-Rahman di Perjanjian Akhir (Al-Quran) setelah Isa diangkat ke sorga.
Qs 5:117, “Aku (Isa) tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku yaitu: “Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu”, dan adalah aku menjadi saksi terhadap mereka, selama aku berada di antara mereka. Maka setelah Engkau wafatkan (angkat) aku, Engkau-lah yang mengawasi mereka. Dan Engkau adalah Maha Menyaksikan atas segala sesuatu.”
Sekian, terima kasih.
~
Saudara Handsome,
Saudara memberikan penjelasan yang benar. Memang setiap manusia yang telah meninggalkan dunia dan kembali kepada Allah maka segala urusan duniawinya juga ia tinggalkan. Namun tidak demikian dengan Isa Al-Masih, Dia pergi meninggalkan dunia menuju sorga untuk mempersiapkan tempat tinggal bagi para pengikut-Nya. Mari kita pesan Isa Al-Masih kepada mereka,“Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. … Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu. Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku…” (Injil, Rasul Besar Yohanes 14:2-3).
Saudara Handsome, kalau Isa Al-Masih mampu memeliraha pengikut-pengikut-Nya dalam kekekalan di sorga, lalu apa sulit bagi Isa Al-Masih untuk menjaga Maria walaupun dengan perantara murid-Nya.
Bagaimana dengan nasib saudara setelah meninggalkan dunia ini? Mengapa saudara harus mendatangi neraka (Qs 19:71)? Semoga saudara bersedia merenungkan hal ini, selagi masih ada kesempatan.
~
Slamet
~
Kebaikan itu relatif, mungkin menurut anda tidak baik, mungkin menurut saya baik. Kenapa tidak? Kita diperintahkan berbuat baik sesuai dengan aturan-aturan-Nya. Yang bikin tidak harmonis, kan agama anda, Hindu, Budha atau agama selain Islam. Dalam Islam, kita diperintah mendahulukan Allah dan Rasul-Nya daripada orang tua. Contoh: orang tua ke gereja, anaknya (Muslim) diajak ke gereja. Anaknya tidak mau, dibilang tidak taat. Siapa yang tidak menghargai?
Pembahasan masalah ini, pun tidak akan selesai bahkan sampai 10 tahunpun belum tentu selesai. Saya katakan, kebaikan itu telatif, tidak perlu diperdebatkan. Yang perlu diperdebatkan, adalah tentang Tuhan. Satu hari saya jamin selesai.
~
Saudara Hakkullah,
Saudara memberikan pendapat yang tepat sekali. Memang setiap orang pasti pernah mendengar dan mengetahui kata baik dan bahkan menggunakannya. Namun benarkah manusia yang mengucapkan kata baik benar-benar mengerti makna yang sebenarnya, tidak bukan?
Mengapa? Dosa mengakibatkan manusia telah buta akan kebaikan sejati. Namun demikian Allah tidak membiarkan umat-Nya putus asa. Dengan kasih, Allah telah mengutus Kalimat Allah untuk menebus dosa-dosa umat-Nya. Allah menyatakan kembali arti kebaikan sejati melalui pribadi dan karya Isa Al-Masih.
“Dan supaya Ia menjadikan mata hatimu terang, agar kamu mengerti pengharapan apakah yang terkandung dalam panggilan-Nya: betapa kayanya kemuliaan bagian yang ditentukan-Nya bagi orang-orang kudus” (Injil, Surat Efesus 1:18).
~
Slamet
~
Slamet,
(1) Qs 5:117 adalah wahyu Tuhan di mana tertanam saksi dan bukti Tuhan di dalamnya (Qs 29:52 dan 74:30-37). Perjanjian akhir (Al-Quran) menjelaskan Isa bukan Tuhan, dia hanya manusia biasa yang diberi berbagai kelebihan dari sisi-Nya. Sesiapa yang masih berpegang pada taghut dan meninggalkan peringatan dari Ar-Rahman maka nerakalah yang menjadi tempat kekal bagi-nya.
(2) Mengikut Al-Quran corpus ( terjemahan tanpa influence, word by word), perkataan “اردها” pada Qs 19:71 bermaksud “mendekati/menghampiri” bukan “memasuki”. Yang menghampiri dan memasuki neraka adalah kafirin (Qs 19:72)!
Jumpa lagi!
~
Saudara Handsome,
Jika Isa Al-Masih hanya manusia biasa tentunya setelah meninggal dunia, maka Dia tidak akan bangkit. Sebagaimana nabi saudara, ia telah meninggal dunia kemudian dikuburkan dan ia masih ada di kuburannya hingga saat ini.
Tidaklah demikian dengan Isa Al-Masih. Mengapa? Karena Dia adalah Allah yang nuzul menjadi manusia. Walaupun Dia mengalami kematian tetapi Dia tidak takluk pada maut. Dia kekal adanya, Dia datang dari sorga dan Dia kembali ke surga. Bagiaman kita bisa tahu?
Isa Al-Masih mengatakan, “Jangan takut! Aku adalah Yang Awal dan Yang Akhir, dan Yang Hidup. Aku telah mati, namun lihatlah, Aku hidup, sampai selama-lamanya dan Aku memegang segala kunci maut dan kerajaan maut” (Injil, Surat Wahyu 1:17-18).
~
Slamet
~
Boy,
Isa tetap suci hingga Ia disalib “untuk menanggung dosa banyak orang. Sesudah itu Ia akan menyatakan diri-Nya sekali lagi tanpa menanggung dosa untuk menganugerahkan keselamatan kepada mereka, yang menantikan Dia” (Injil, Surat Ibrani 9:28). Sehingga “Ia menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah” (Injil, Surat 2 Korintus 5:21).
Sebagai manusia yang tersalib, Ia tetap mengasihi ibunya.
Bahkan Isa akan menjadi saksi selama berada di dunia sebelum kembali ke surga QS 5:117? Berbeda dengan nabi saudara, lebih tahu dari Allah dengan mengatakan ibu (HR. Muslim, 976) dan bapaknya (HR. Muslim, 203) ada di neraka. Mengapa ia berkata demikian? Karena menganut pagan?
~
Saudara Park,
Memang syarat sebagai Juruselamat haruslah suci, karena orang berdosa tidak mungkin dapat menyelamatkan orang berdosa. Jadi Isa Al-Masih tetap suci untuk selama-lamanya, bahkan Kitab Islam juga mengakui Isa Al-Masih itu sudi adanya. “(Jibril) berkata, ‘Aku hanyalah utusan Tuhanmu untuk memberikan kepadamu seorang anak laki-laki yang suci'” (Qs 19:19).
~
Slamet
~
@Admin,
Bukan Allah yang datang kepada kita, tapi kita yang datang kepada Allah, maka Allah Maha Pengampun.
Coba definisi dosa itu apa? Dan bagaimana jalan solusinya? Penjelasan harus logis dan fakta dalam kehidupan. Hidup ini diciptakan Allah tersistem, jadi harus ikuti sistem Allah.
~
Hakkullah,
Jika Tuhan itu allah Al-Quran, mengapa mengajarkan moral yang buruk sekali? Bukankah hati nurani menjadi abu-abu? Apakah aqidah Islam, “Sekiranya Kami hendak membuat sesuatu permainan (istri dan anak), tentulah Kami membuatnya dari sisi Kami” (QS 21:17), apakah allah mempunyai anak berasal dari allah Al-Quran?
Menurut saudara apakah wahyu ini abu-abu? Sebenarnya jika kita mengetahui kebenaran maka masalah akan selesai. Kebenaran itu membuat hidup harmonis. Hanya Quran mengajarkan kebencian yang membuat keharmonisan menjadi abu-abu karena jika salah satu keluarga murtad, menjadi kewajiban keluarga Muslim untuk menjauhinya (Qs 9:23) dan meneriaki mereka kafir.
~
Saudara Park,
Tentunya kita mengetahui bahwa main-main itu adalah sifat manusia bukan Allah. Apalagi mempermainkan istri dan anak.
Kitab Suci Allah dengan jelas mengajarkan agar pengikut Isa Al-Masih menghargai sesama anggota keluarga. Seorang suami harus mengasahi istri, istri harus tunduk kepada suami, anak harus menghormati orang tua, dan orang tua tidak boleh menyakiti hati anak.
Semoga bermanfaat untuk saudara Hakkullah.
~
Slamet
~
Yang kita bicarakan aqidah, bukan perbuatan-Nya. Aqidah anda abu-abu. Kalau Allah melakukan apapun terserah Dia tidak ada urusan. Menghancurkan antum juga tidak masalah. Suka sukanya Dia. Yang akan ditanyakan itu dirimu, bukan perbuatan Allah.
Ayat di atas itu, mengajak kita berfikir, mustahil dan tidak akan terjadi, kalau hanya untuk permainan saja. Ternyata tidak, perbuatan manusia akan dipertanggung jawabkan.
Aqidah dulu dibenarkan. Perbuatan-Nya apa urusannya dengan saya. Yesus itu dilahirkan, benarkah itu? Harus paham definisi Tuhan itu apa? Pantaskah Yesus dikatakan Tuhan? Bisa saja orang jahat ditempatkan ke surga. Itu terserah Dia mungkin, kembali pada ayat itu paham?
~
Saudara Hakkullah,
Jelas Allah dalam Alkitab tidak pernah mempermainkan ciptaan-Nya, baik dalam aqidah maupun dalam perbuatan.
Apa buktinya? Mari kita perhatikan firman-Nya, “Ketahuilah, Allah itu perkasa, namun tidak memandang hina apapun, Ia perkasa dalam kekuatan akal budi” (Kitab Nabi Ayub 36:5).
Allah tentu akan memberikan wahyu kepada malaikat utusan-Nya kalau benar bahwa Yesus itu bukan Tuhan. Faktanya kita mengetahui justru malaikat Allah yang mengatakan Yesus Kristus itu Tuhan. “Lalu kata malaikat itu kepada mereka: ‘Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan di kota Daud” (Injil, Rasul Lukas 2:10-11).
~
Slamet
~
coba anda buktikan ayat sebelum dan sesudahnya 16-20, itu sekalian bantahan buat anda yang mengatakan Allah berubah jadi manusia. Dari 5 ayat itu, adakah yang bertentangan ayat yang satu dengan yang lain? Ditegaskan di dalam ayat lain: “Kalau sekiranya Allah hendak mengambil anak, tentu Dia akan memilih apa yang dikehendaki-Nya di antara ciptaan-ciptaan yang telah diciptakan-Nya, Mahasuci Allah. Dialah Allah Yang Maha Esa lagi Maha Mengalahkan” (Az-Zumar: 4).
Adapun Injil, Rasul Lukas 2:10-11 dibantah dengan Yohanes 17:3. Lalu pengakuan siapa yang lebih kuat Yesus atau Malaikat? Walaupun begitu, ciri dikatakan Tuhan salah satunya tidak dilahirkan. Pantaskah Yesus dikatakan Tuhan?
~
Saudara Hakkullah,
Kesaksian malaikat utusan Allah yang mengatakan Yesus Kristus itu Tuhan dan Juruselamat (Injil, Rasul Lukas 2:10-11) tidak pernah dibantah oleh Yesus. Mari kita perhatikan pengakuan Yesus Kristus yang terdapat dalam Injil Rasul Besar Yohanes 14:9), “Kata Yesus kepadanya: ‘Telah sekian lama Aku bersama-sama kamu, Filipus, namun engkau tidak mengenal Aku? Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa; bagaimana engkau berkata: Tunjukkanlah Bapa itu kepada kami.'”
Perlu saudara ketahui bahwa Yesus itu adalah Allah yang menjadi manusia. Tentu dalam keadaan sebagai manusia tidak salah jika Dia juga menyatakan diri sebagai utusaan Allah seperti yang tetulis pada Injil Rasul Besar Yohanes 17:3, “Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus.”
Demikian semoga bermanfaat.
~
Slamet
~
Saya tidak butuh kesaksian, tapi saya lebih suka metode logika. ”barangsiapa melihat aku, sama seperti melihat bapa”, tidak mengandung makna Allah berwujud manusia.
Coba jelaskan maknanya apa? Jika makna secara hakikat, maka ayat yang lain ikut bertentangan. Dari dulu, sebelum Nabi Adam, memang Allah tidak terlihat. Kita harus punya pondasi dulu, benarkah Allah ada dalam diri Yesus? Alkitab ini palsu dan tidak dapat dipercayai. Memang tidak ada informasi dari kitab-kitab sebelumnya. Coba anda buktikan Alkitab anda asli tidak campur fikiran manusia?. Sampai sekarang belum ada buktinya berikan contoh kepada saya, adakah Yesus mendatangi para nabi? Buktikan pengakuan anda.
~
Hakkullah,
Saudara memberikan penjelasan yang tepat sekali, memang sejak dahulu tidak ada seorang prun ayang dapat melihat Allah. Nabi saudara yang sangat dekat dengan Allah, “Dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya” (Qs 50:16), juga tidak pernah melihat Allah.
Tidak demikian dengan Isa Al-Masih, hanya Dia satu-satunya pribadi yangdapat melihat Allah. Dan hanya Dia saja yang dapat menyatakan Allah kepada manusia. “Tidak seorangpun yang pernah melihat Allah; tetapi Anak Tunggal Allah, yang ada di pangkuan Bapa, Dialah yang menyatakan-Nya” (Injil, Rasul Besar Yohanes 1:18).
Bagaimana dengan saudara? Dapatkah saudara kalau Alkitab telah campur tangan manusia. Bukaankah tuduhan tanpa bukti adalah fitnah?
~
Slamet