Seorang Muslim bertanya kepada ustad, “Bagaimana kita tahu agama kita paling benar?” Ustad menjawab, “Kita harus menyakini bahwa agama Islam paling benar.”
Namun, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengingatkan, “. . . jangan menganggap kita yang paling benar dalam hal beragama,” (Tempo.co, 10-2-2017).
Bagaimanakah sikap tepat dalam beragama agar kita tidak salah dalam beriman?
Beragama itu Mengimani Kebenaran
Kita ingin orang lain mengakui kebenaran agama kita, bukan?
Maka sikap beragama paling tepat ialah mengimani kebenaran-kebenaran yang sudah teruji. Bukannya berasumsi atau hanya percaya ajaran guru-guru kita. Karena asumsi bisa saja salah.
Contoh, meski banyak orang percaya sebagai Injil asli, injil Barnabas bertentangan dengan Al-Quran dan sejarah. Al-Quran menuliskan, “Maryam mengalami rasa sakit saat melahirkan” (Qs 19:23). Sedangkan injil Barnabas bab 13 mengatakan, “Maryam . . . melahirkan puteranya tanpa sakit.”
Manakah yang benar? Emailkan pendapat Anda soal mengimani kebenaran di sini!
Manakah yang Wajib Kita Imani?
Mari kita meneliti ajaran agama, Wahyu Allah dan fakta sejarah di bawah ini. Agar kita tahu kebenarannya.
Pertama, sesuai kepercayaan Islam, Ibrahim membangun Kabah di Mekah. “Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah bersama Ismail . . .” (Qs 2:127). Fakta sejarah membuktikan bahwa Abu Karb Asa’d, seorang suku Khuzaa’h dari Yaman, adalah pembangun pertama Kabah. saat ia berkuasa di Yaman pada tahun 410-435 M. (Al-Azruqi, Akhbar Mecca, 1, hal. 6).
Kedua, Al-Quran menuliskan, “Firaun berkata: ‘. . . aku akan menyalib kamu semuanya’” (Qs 7:123-124). Data sejarah membuktikan bahwa Firaun (2000 sM/sebelum Masehi) tidak mempraktekkan hukum penyaliban. Bangsa Persia (tahun 600 sM) dan kekaisaran Romawilah (27 sM) yang mempraktekannya.
Ketiga, tertulis dalam Qs 4:157 (tahun 600 M), “. . . mereka [orang Yahudi] tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya [Isa] . . .” Injil Allah (tahun 90 M) menyaksikan “. . . prajurit-prajurit [Romawi] itu menyalibkan Yesus [Isa Al-Masih] . . .” (Injil, Rasul Besar Yohanes 19:23).
Kesaksian Injil bukti paling sahih, bukan? Sebab penulisnya para murid Isa Al-Masih, sebelum tahun 90 Masehi. Jadi sangat dekat dengan peristiwanya.
Sejarahwan Joshepus (37-100 M), Tacitus (56-117 M), Mara Bar-Serapion (70 M) Phlegon (80-140 M) mencatat peristiwa penyaliban Isa Al-Masih. Josephus, sejarawan Yahudi menuliskan, “. . . hiduplah . . . Yesus [Isa Al-Masih] . . . Pilatus memerintahkan Ia disalibkan hingga mati.”
Sampaikanlah di sini pendapat Anda soal fakta-fakta itu!
Berimanlah pada Kebenaran!
Faktanya, sejarah membuktikan bahwa Isa Al-Masih mati disalib untuk menanggung hukuman dosa manusia, yaitu kematian kekal. Maka setiap orang yang percaya kepada-Nya pasti beroleh penyucian dosa dan hidup kekal di sorga-Nya.
Jadi sikap beragama yang paling benar ialah mengimani kebenaran Injil yang sesuai fakta sejarah dan menjamin keselamatan. Imanilah Isa Al-Masih Sang Juruselamat.
[Staf Isa dan Islam – Untuk informasi lebih lanjut, silakan mendaftar untuk menerima secara cuma-cuma Buletin Mingguan “Isa dan Al-Fatihah.”]
Fokus Pertanyaan Untuk Dijawab Pembaca
Staf IDI berharap Pembaca hanya memberi komentar yang menanggapi salah satu pertanyaan berikut:
- Mengapa kita wajib mengimani kebenaran, bukan menganggap agama sendiri paling benar?
- Sesuai artikel di atas, benarkah agama Islam paling benar? Berikan alasannya!
- Menurut artikel di atas, bukannya ajaran Al-Quran, tetapi ajaran Injil Allah yang didukung fakta dan data sejarah. Bagaimankah seharusnya sikap kita kepada Injil?
Komentar yang tidak berhubungan dengan tiga pertanyaan di atas, walaupun dari Kristen maupun Islam, maaf bila terpaksa kami hapus.
Artikel Terkait
Berikut ini link-link yang berhubungan dengan artikel di atas. Jika Anda berminat, silahkan klik pada link-link berikut:
- Semua Agama ‘Jalan’ Menuju Allah?
- Pandangan Agama Terhadap Ibadah Yang Sempurna
- Muslim Bertanya, “Benarkah Isa Al-Masih Beragama Kristen?”
- Apakah Wafatnya Muhammad Ali Mengajarkan Kita Tentang Agama?
- Yang Mana Syariat Agama Terbaik?
Untuk menolong para pembaca, kami memberi tanda ***** pada komentar-komentar yang kami rasa terbaik dan paling menolong mengerti artikel di atas. Bila bersedia, silakan juga mendaftar untuk buletin mingguan, “Isa, Islam dan Al-Fatihah.”
Apabila Anda memiliki tanggapan atau pertanyaan atas artikel ini, silakan menghubungi kami dengan cara klik link ini.
PEDOMAN WAJIB MEMASUKAN KOMENTAR
Bagi Pembaca yang ingin memberi komentar, kiranya dapat memperhatikan hal-hal berikut ini:
1. Komentar harus menggunakan bahasa yang jelas, tidak melanggar norma-norma, tidak kasar, tidak mengejek dan bersifat menyerang.
2. Hanya diperbolehkan menjawab salah satu pertanyaan fokus yang terdapat di bagian akhir artikel. Komentar yang tidak berhubungan dengan salah satu pertanyaan fokus, pasti akan dihapus. Harap maklum!
Komentar-komentar yang melanggar aturan di atas, kami berhak menghapusnya. Untuk pertanyaan/masukan yang majemuk, silakan mengirim email ke: .