Status anak jauh lebih baik daripada kekasih, bukan? Sebab kekasih bisa putus hubungan, namun anak tidak. Kita sering mendengar istilah “bekas kekasih” tapi tidak ada “bekas anak.” Kekasih tidak pasti dapat warisan, sebaliknya anak pasti mendapatkannya.
Islam mengajarkan konsep menjadi kekasih Allah, sementara Kristen mengajarkan konsep menjadi anak Allah. Bukankah pantas kita mempertimbangkan, konsep mana yang lebih menjamin masuk surga?
Bagaimana Cara Menjadi Kekasih Allah?
Al-Quran mengajarkan, “Ingatlah sesungguhnya wali-wali Allah [kekasih Allah] itu . . . orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertaqwa . . . ” (Qs 10:62-63).
Agar menjadi wali atau kekasih Allah, seorang Mukmin harus bertakwa, yaitu menunaikan semua kewajiban agamanya. Seperti sholat wajib lima waktu, puasa Ramadan, membayar zakat, dan ibadah haji jika mampu.
Itu semua belumlah cukup, dan harus ditambah sholat-sholat sunnah, sedekah, membaca Al-Quran, berzikir, mengajarkan ilmu, menolong sesama, dsb.
Mereka juga wajib menjauhi semua perilaku dosa dan maksiat, sampai yang terkecil sekalipun. Antara lain, bergosip, menyakiti orang lain, berkata keji, berdusta, melihat sesuatu yang haram dan perbuatan buruk lainnya. Janji Al-Quran, “. . . ‘Untuk orang-orang yang bertakwa (kepada Allah)’, pada sisi Tuhan mereka ada surga . . .” (Qs 3:15).
Jika melakukan dosa-dosa itu, mustahil kita masuk surga, bukan?
Dapatkah Kita Menjadi Wali/Kekasih Allah?
Nasrani setuju, bahwa manusia wajib menaruh cinta kepada Allah dengan cara menaati semua perintah dan larangan Allah. Untuk menjadi wali Allah, maka kita harus hidup sesuai dengan kehendak Allah.
Namun, dapatkah kita menaati semua perintah dan menjauhi semua larangan-Nya? Dapatkah kita menaati firman Allah tanpa melanggarnya walau sekali pun? Bukankah kita sering membenci, marah, dendam, bicara kotor, dan sebagainya?
Jika tidak dapat menaati semua perintah dan larangan Allah, maka mustahil kita menjadi wali-Nya, bukan? Artinya, kita gagal masuk surga.
Sampaikan pendapat Anda akan hal itu di sini.
Bagaimana Menjadi Anak Allah
Injil Allah mengajarkan, “. . . semua orang yang menerima-Nya [Isa Al-Masih] diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah . . .” (Injil, Rasul Besar Yohanes 1:12-13).
Istilah “menjadi anak Allah” adalah kata kiasan yang berarti Allah menerima manusia berdosa sebagai anak-anak-Nya, bukan berdasarkan ketaatan/amal baik mereka. Melainkan karena mereka percaya kepada karya penebusan Isa Al-Masih melalui penyaliban-Nya. Seperti keluarga yang mengadopsi anak yatim piatu yang terlantar atau terbuang, demikianlah Allah mengadopsi kita sehingga menjadi anggota keluarga-Nya.
Karena dosa-dosanya, manusia terlantar, tersesat dan pasti binasa kekal di neraka. Tapi karena kasih-Nya, Allah mengadopsi setiap orang yang percaya kepada Isa Al-Masih, Kalimat/Firman-Nya. Sehingga mereka “. . . menjadi ahli waris Kerajaan [sorga] yang telah dijanjikan-Nya . . .” (Injil, Surat Rasul Besar Yakobus 2:5).
Jadi hanya anak-anak Allah yang terjamin masuk surga. Jika Anda ingin menjadi anak Allah yang mewarisi sorga-Nya, percayalah kepada Isa Al-Masih.
Bila ingin mendalami konsep ini, bertanyalah di sini.
[Staf Isa dan Islam – Untuk masukan atau pertanyaan mengenai artikel ini, silakan mengirim email kepada Staff Isa dan Islam.]
Fokus Pertanyaan Untuk Dijawab Pembaca
Staf IDI berharap Pembaca hanya memberi komentar yang menanggapi salah satu pertanyaan berikut:
- Setelah memahami perbedaan kedua ajaran itu, apakah pendapat Saudara?
- Manakah yang terbaik, menjadi kekasih Allah ataukah anak Allah? Berikan alasannya!
- Menurut artikel di atas, bagaimana penyaliban Isa Al-Masih dapat menjamin manusia masuk sorga?
Komentar yang tidak berhubungan dengan tiga pertanyaan di atas, walaupun dari Kristen maupun Islam, maaf bila terpaksa kami hapus.
Artikel Terkait
Berikut ini link-link yang berhubungan dengan artikel “Ke Surga, Mengapa Tidak Cukup Menjadi Kekasih Allah?” Jika Anda berminat, silakan klik pada link-link berikut:
- Pewaris Surga: Untuk “Hamba Allah” (Islam) Atau “Anak Allah” (Kristen)?
- Lebih Baik Hidup Sebagai “Anak” Ataukah “Hamba” Allah?
- Ceritera Inspiratif Yatim Bagi Mukmin Dan Nasrani
- Mengapa Orang Kristen Memanggil Allah Sebagai “Bapa”?
Video:
Untuk menolong para pembaca, kami memberi tanda ***** pada komentar-komentar yang kami rasa terbaik dan paling menolong mengerti artikel di atas. Bila bersedia, silakan juga mendaftar untuk buletin mingguan, “Isa, Islam dan Al-Fatihah.”
Apabila Anda memiliki tanggapan atau pertanyaan atas artikel ini, silakan menghubungi kami dengan cara klik link ini. Atau SMS/WA ke: 081281000718
~
Allah itu lebih sayang kepada manusia. Lebih sayang daripada seorang ayah/ibu kepada anaknya. Jika anda ingin disayang Allah dengan sempurna, sembahlah dan berimanlah kepada yang mengutus Isa, Muhammad dan para nabi. Mungkin kita di dunia ini menerima cobaan, ujian, hal yang buruk, itu bukan berarti Allah tidak sayang.
Allah janjikan kepada orang yang sabar surga dan kerajaan yang kekal kepada hamba-hambaNya yang beriman dan sabar. Dan tetaplah meminta pertolongan kepada Allah yang disembah Yesus, Muhammad dan para nabi supaya bisa sabar, supaya masuk surga, supaya jauh dari neraka, tetaplah berbuat baik. Mintalah karunia berbuat baik kepada Allah.
~
Saudara Nurdin,
Kami setuju bahwa Allah sayang kepada manusia, karena Allah sifat-Nya pengasih dan penyayang yang telah menciptakan manusia. Artikel di atas menjelaskan tentang dua konsep yang berbeda yang perlu dipertimbangkan, yaitu menjadi kekasih Allah atau menjadi anak Allah. Dalam Islam menjadi kekasih/wali Allah syaratnya harus menjadi orang yang bertakwa, artinya orang yang melakukan sempurna hukum Allah dan semua perintah-perintah-Nya, tanpa melakukan semuanya maka sama sekali tidak mendapat jaminan/warisan sorga. Sedangkan menjadi anak Allah, syarat bukan beramal maupun berbuat baik melainkan percaya kepada Isa Al-Masih, sudah pasti menerima hak warisan sorga dari Allah. Mengapa? Karena seorang anaklah yang berhak menerima warisan bukan kekasih atau pun hamba. Nah, dari kedua konsep tersebut menurut sdr mana yang layak benar-benar disayang oleh Allah? Apakah kekasih Allah atau anak Allah? Bagaimana sdr?
~
Purnama
~
To Nurdin,
Kasih Allah itu tanpa menerima balasan, dan syarat, kalau kita melakukan sesuatu baru Allah mengasihi manusia, itu sih manusia yang jahat saja bisa melakukanya, manusia juga bisa mengasihi pada orang yang mengasihinya. Apa lebihnya dong Allah, kalau mengasihi pada orang yang menyembah dan bertaqwa saja. Berbeda dengan Allah dalam AlKitab yang telah datang menjelma menjadi manusia untuk menebus dosa manusia, bukan ketika manusia sedang berbuat baik, tetapi ketika manusia penuh pemberontakan pada Allah. Tugas manusia hanya tinggal menerima Kasih dan Rakhmat Allah itu, maka manusia akan memperoleh hidup yang kekal penuh damai sejahtera dan sukacita.
~
Suadara Hendy,
Memang kasih Allah sejati sama sekali tanpa bersyarat, Dia mengasihi manusia bahkan ketika manusia berada dalam dosa (Injil, Surat Roma 5:8). Sebagaimana yang Injil, Surat 1 Yohanes 4:10 katakan: “Inilah kasih itu: Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus Anak-Nya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita.” Sehingga setiap orang yang menerima Isa Al-Masih akan menerima kuasa menjadi anak-anak Allah, dan yang berhak menerima sorga (Injil, Rasul Besar Yohanes 1:12, Surat Yokabus 2:5). Kami berharap setiap pengunjung yang ada di forum ini dapat menjadi anak-anak Allah, melalui percaya kepada Isa Al-Masih. Terimakasih untuk komentarnya Sdr. Hendy.
~
Purnama
~
Kalimat Isa anak Allah itu hanya akal-akalan manusia saja, yang Allah sudah bantah banyak ayat di dalam Al-Quran, di surah Annisa ayat 174 “Wahai Ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allâh kecuali yang benar. Sesungguhnya al-Masih, Isa putra Maryam itu adalah utusan Allâh dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan dengan tiupan roh dari-Nya. Maka berimanlah kamu kepada Allâh dan rasul-rasul-ya, dan janganlah kamu mengatakan, “(Tuhan itu) tiga”. Berhentilah dari ucapan itu. Itu lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allâh Ilaah Yang Maha Esa, Maha Suci Allâh dari mempunyai anak.”
~
Saudara Subair,
Isa Al-Masih disebut Anak Allah karena Ia dengan sempurna menyatakan Allah kepada manusia. Ialah Kalimat Allah dan dengan sempurna menjelaskan kehendak dan sifat Allah kepada manusia. Sebagai Anak dan Kalimat Allah, Isa menyatakan kasih dan kesucian dan keselamatan dari Allah kepada manusia. Jadi, pemahaman Al-Quran sama sekali tidak sejalan dan bertentangan dengan Injil. Mengapa? Karena di Injil, tidak ada Allah tiga ataupun mempunyai anak biologis. Silakan sdr membahasnya di link ini https://tinyurl.com/ybxow6ce yang mejelaskan lebih terperinci. Karena komentar sdr sudah mengarah kepada trinitas.
Selanjutnya, bagaimana pandangan sdr setelah membaca artikel di atas yang membahas tentang konsep menjadi kekasih Allah dan Anak Allah? Manakah yang terbaik, menjadi kekasih Allah ataukah anak Allah? Berikan alasannya! Kiranya sdr berkenan menjawabnya. Terimakasih.
~
purnama
**
No 2 : Jadi anak adalah yang terbaik. Anak pasti sangat percaya dengan bapak. Bapak pasti mengasihi anak selamanya. Anak pasti sayang bapak. Sangat dekat dan nyaman tidal ada penghalang tidak ada basa basi.
**
Saudara Fisher,
Pilihan yang sangat bijak, menjadi anak selain nyaman dan tanpa ada penghalang dalam hubungan hal yang pasti adalah menerima hak ahli waris dari bapanya. Hal itu tidak diterima oleh kekasih ataupun seorang hamba. Mengapa? Karena statusnya berbeda. Terimakasih untuk tanggapan sdr kepada pertanyaan kami.
~
Purnama
~
Kebenaran dapat ditemukan dengan cara yang baik dan benar tanpa harus membanding-bandingkan suatu keyakinan dengan keyakinan yang namanya lain.
~
Saudara Semuanya,
Membandingkan sebenarnya adalah bagian dari pembelajaran untuk mengetahui kebenaran yang sebenarnya. Bagaimana seseorang akan mengetahui kebenaran tanpa dipelajari dan dibandingkan dengan yang lain? Tentunya tidak ada yang salah dengan hal itu, bukan? Bagaimana menurut sdr?
Lagi pula, artikel di atas jelas mempunyai dasar, yaitu seorang kekasih Allah akan menerima sorga bila melakukan semua perintah Allah dengan sempurna (Qs 10:62-63, 3:15). Berbeda dengan anak-anak Allah yang disematkan kepada pengikut Isa Al-Masih, mereka adalah orang-orang yang berhak menerima sorga tanpa syarat beramal dan perbuatan baik (Injil, Surat Galatia 4:7). “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah” (Injil, Surat Efesus 2:8).
~
Purnama
~
Saya tergelitik dengan kalimat anda lebih baik hidup menjadi hamba Allah atau menjadi anak Allah? Islam artinya adalah penghambaan, kepasrahan/keihlasan dan kepatuhan. maka ketika anda memilih Islam artinya anda bersiap menjadi hamba Allah.
Nah apakah arti Kristen adalah anak? Jadi kalau ditanya mana yang lebih baik? Itu tidak penting mau disebut anak, hamba, kekasih, dan seterusnya itu tidak penting Allah yang maha kuasa tidak butuh julukan itu. Semakin kita menganggap diri kita adalah hamba maka semakin ikhlas kita beribadah, semakin kita butuh sama Allah SWT. Nah kalau kita kepedean merasa jadi anak Allah, pikir sendiri?
~
Saudara Iwan,
Sangat menarik komentar saudara. Dari pernyataan sdr mengatakan tidak penting disebut anak, kekasih ataupun hamba. Tetapi kesimpulan sdr mengatakan semakin menganggap diri hamba maka semakin ikhlas beribadah dan butuh kepada Allah. Artinya status dan sebutan hamba, kekasih dan anak adalah penting. Bukankah demikian?
Nah, pertanyaan kami adalah status manakah menurut sdr yang terbaik? Apakah menjadi hamba Allah atau anak Allah? Sementara seorang hamba akan berhak menerima sorga bila melakukan semua perintah Allah dengan sempurna. Apakah sdr sanggup melakukan perintah Allah dengan sempurna? Berbeda dengan status para pengikut Isa sebagai anak Allah, sudah pasti menerima warisan sorga. Mengapa? Karena faktanya hanyalah seorang anak yang berhak menerima warisan, bukan hamba. Berharap sdr dapat menimbang dua konsep tersebut. Terimakasih.
~
Purnama
*****
1. Saya sangat mengerti arti menjadi anak Allah bagi yang percaya dan menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya sesuai pengajaran Injil Yohanes 1:12. kita diadopsi jadi anak Allah melalui Yesus Kristus. Tapi saya tidak mengerti hubungan Allah dengan kekasih Allah dalam kepercayaan Islam karena tidak melihat kedekatan dan kemesraan di dalam ajarannya. Koq begitu menyulitkan syarat-syaratnya untuk dapat menjadi kekasih, tidak terlihat cinta dan pengorbanan Allah pada mereka. Kenapa Allah nampak sangat jauh dengan mereka, sedangkan hubungan Allah dengan anak-anak-Nya dalam Kekristenan sangatlah dekat dan penuh kasih. Bukan manusia yang mencari Allah, tapi Allah yang lebih dulu cari manusia dan mencintai manusia.
2. Dalam Kekristenan, umat yang percaya kepada Yesus Kristus diberi kuasa untuk menjadi anak-anak Allah dengan Yesus sebagai saudara sulung. Namun dalam Wahyu, umatnya juga disebut sebagai pengantin Kristus. Selain itu kita juga disebut sebagai sahabat-Nya. Begitu banyak karunia dan status diberikan kepada kita yang percaya kepada-Nya. Semuanya menjamin dan memperlihatkan kedekatan yang intim. Menunjukkan betapa Allah sangat mengasihi kita. Memang dalam berbicara warisan, maka status anak pasti yang lebih menjamin memperolehnya. karena Bapa kita Sang Pemilik Surga maka kita anak-anak-Na pasti dapat warisan di surga, hidup di tempat di mana Bapa kita berada. Lebih berhak dari pada yang hanya dianggap hamba.
3. Penyaliban Isa Al-Masih dapat menjamin masuk surga karena Dia sudah memnuhi hukum yang ditetapka Allah tentang korban penghapusan dosa seperti yang dituntut dalam Taurat-Nya. Isa sudah menjadi Anak Domba Allah dikorbankan untuk penghapusan dosa seisi dunia. 1 Pengorbanan Orang benar bisa menghapus dosa seisi dunia. Seperti 1 orang Adam yang berdosa, mencemari seluruh manusia dalam dunia. Maka pengorbanan Isa yang suci bisa menghapus dosa seisi dunia. Penghapusan dosa hanya berlaku pada manusia yang datang kepada korban itu dan menerima darah suci-Nya untuk mendapat perkenanan Allah. Marilah kita percaya kebenaran ini dan menerima curahan darah Isa untuk penghapusan dosa kita di hadapan Allah.
*****
Saudara Carla,
Terimakasih sudah menjawab pertanyaan kami. Penjelasan yang sdr sampaikan semoga dapat bermanfaat dan memberikan pencerahan kepada pengunjung yang ada di forum ini. Bersyukur kita diangkat Allah menjadi anak-anak-Nya melalui Isa Al-Masih. “Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya” (Injil, Rasul Besar Yohanes 1:12).
~
Purnama
~
To Iwan,
Hamba (istilah yang lebih baik: kekasih) dan Anak adalah istilah tapi mempunyai makna yang mendalam. Istilah Anak ini digambarkan oleh Yesus dalam hubungannya dengan Bapa. Anak (Anak-anak Allah) berarti mendapat warisan sorgawi. Pengikut Yesus adalah anak-anak Allah. Karena dulu sebagai manusia berdosa menjadi lahir baru karena Roh. Ketika lahir baru karena Roh Kebenaran, maka manusia berdosa itu menjadi Anak-anak Allah. Sedangkan hamba lebih ke arah menuruti tuan, manut/pasrah (diajak masuk lubang juga manut/pasrah), dan tidak akan mendapatkan warisan sorgawi. Menjadi hamba SWT tetaplah hamba dari tuannya itu, tidak menjadi lahir baru dalam Roh Kebenaran (Anak Allah).
Baca ini:
Yoh 3:6 “Apa yang dilahirkan dari daging, adalah daging, dan apa yang dilahirkan dari Roh, adalah roh.” 1 Yoh 2:16 “Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia.” Roma 7:5 “Sebab waktu kita masih hidup di dalam daging, hawa nafsu dosa, yang dirangsang oleh hukum Taurat, bekerja dalam anggota-anggota tubuh kita, agar kita berbuah bagi maut.” Roma 8:5-8 “Sebab mereka yang hidup menurut daging, memikirkan hal-hal yang dari daging; mereka yang hidup menurut Roh, memikirkan hal-hal yang dari Roh. Karena keinginan daging adalah maut, tetapi keinginan Roh adalah hidup dan damai sejahtera.”
~
Saudara Wahyu,
Memiliki status sangat penting sebagaimana dua konsep yang dijelaskan artikel di atas, karena hal itu akan menentukan hasil akhir, apakah menerima warisan sorga atau tidak. Terimakasih untuk penjelasan sdr yang sangat baik. Kami berharap dengan demikian saudara Iwan dapat memahami dan memilih status yang terbaik.
~
Purnama
~
Mari umat Islam dan non Islam pemerintah rakyat aparat pemuka agama, mari sholawat kepada Nabi Muhammad supaya musibah dalam negeri kita diangkat oleh Allah. Perbanyaklah sholawat kepada Nabi Muhammad.
Sholawat boleh diamalkan oleh Muslim dan non Muslim, jika non Muslim ihlas bersholawat kepada Nabi Muhammad, maka terhitung sebagai Muslim dan berpeluang masuk surga jika akhir hayatnya mengucapkan sholawat. Muslim dan non Muslim yang sedang ada masalah atau tak ada masalah, silahkan membaca sholawat.
Allahumma sholli wassalim wabarik ala nabiyina muhammad ditiap detik nafas dalam hati lisan akal setiap saat membaca sholawat, kepada Nabi Muhammad dengan gembira, saya jamin anda mendapat ketenangan.
Bersholawatlah kepada Yesus Kristus, Muhammad dan para nabi, Wahyu 7: 10. “Dan dengan suara nyaring mereka berseru: “Keselamatan bagi Allah kami yang duduk di atas takhta dan bagi Anak Domba!”
~
Saudara Alex,
Terimakasih untuk komentar sdr. Ijinkan kami bertanya kepada sdr. Apakah sdr sudah membaca artikel di atas? Karena artikel di atas tidak membahas tentang sholawat nabi melainkan tentang ‘ke sorga tidak cukup menjadi hamba/kekasih Allah’. Berharap sdr dapat mencermatinya dan tidak berdiskusi di luar topik artikel di atas.
Oh ya, sholawat hanyalah ada di dalam Islam karena hal itu adalah ajaran nabi Islam. Sedangkan dalam Injil sama sekali tidak ada sholawat. Silakan sdr melanjutkan diskusinya di artikel yang membahas hal itu, klik link ini https://tinyurl.com/ybnd2mrl. Berharap dapat memberikan pencerahan kepada sdr.
~
Purnama
~
Kita hanyalah sekedar makhluk tak pantas kita mengibaratkan Allah SWT setara dengan kita meskipun kita mengasihi dan mencintai-Nya. Biarlah Allah SWT yang memilih hamba yang dicintai-Nya. Memanglah jika kita masih memiliki dosa kita tidak akan bisa masuk surga karena surga adalah tempat yang suci, dalam diri manusia tak mugkin yang murni benar bahkan nabi-nabi pun pernah melakukan kesalahan.
Umat Muhammad memanglah akan masuk neraka hampir keseluruhannya tapi tidaklah selamanya hanya untuk mensucikan/membersihkan dosa-dosa yang masih tersisa. Masuk surga bukanlah perkara yang mudah akan tetapi Allah SWT itu Maha Pengasih dan Penyayang, Maha Pengampun, Maha Pemurah, tiada dosa yang tidak Dia ampuni kecuali syirik dan menduakan-NYA.
~
Saudara Saga,
Seorang hamba yang dicintai Allah artinya adalah seorang yang sempurna tanpa cacat dalam hal melakukan hukum dan perintah Allah. Namun faktanya tidak ada yang sanggup melakukan semua perintah Allah dengan sempurna, termasuk para nabi. Dari peryataan sdr jelas bahwa benar semua Muslim akan di neraka, bila sudah di neraka maka mustahil akan lolos karena neraka tempat yang kekal. “Sungguh orang-orang yang berdosa itu kekal di dalam azab neraka jahanam” (Qs 2:81, 43:74). Pertanyaannya mengapa sdr tetap mengikuti nabi sdr, bila tujuan sdr akhirnya neraka yang kekal? Bagaimana sdr?
Sorga adalah tempat Allah, hanya berhak ditempati oleh orang-orang suci, itu sebabnya tidak ada manusia yang sanggup ke sorga tanpa pertolongan Allah. Isa Al-Masih mengatakan: “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.” (Injil, rasul Besar Yohanes 14:6). Jadi, orang berdosa mendapat kesempatan untuk ke sorga yaitu melalui percaya kepada Isa, mereka menerima kuasa menjadi anak-anak Allah (Injil, Rasul Besar Yohanes 1:12). “… darah Yesus, Anak-Nya itu, menyucikan kita dari pada segala dosa. Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.” (Injil, Surat 1 Yohanes 1:7,9).
~
Purnama
~
To Saga,
Selain menebus dosa manusia, Yesus datang ke dunia untuk: Yoh 18:37 “Maka kata Pilatus kepada-Nya: “Jadi Engkau adalah raja?” Jawab Yesus: “Engkau mengatakan, bahwa Aku adalah raja. Untuk itulah Aku lahir dan untuk itulah Aku datang ke dalam dunia ini, supaya Aku memberi kesaksian tentang kebenaran; setiap orang yang berasal dari kebenaran mendengarkan suara-Ku.”
Dengan mengerti kebenaran, manusia menjadi mengingini dan melakukan kebenaran itu sehingga berbuah kasih. Itulah hidup yang selaras dengan Allah, pengertian-kehendak-perkataan/perbuatan manusia selaras dengan-Nya. Itulah yang disebut anak-anak Allah. Itulah bukti manusia mencintai dan mengasihi-Nya, bukan dengan bibir.
~
Saudara Wahyunata,
Terimakasih untuk tanggapan sdr. Kami berharap dapat memberikan pencerahan kepada Sdr. Saga dan juga untuk pengunjung yang ada di forum ini. Memang perlu dipertimbangkan oleh semua umat Muslim yang mengikuti nabinya, mengapa tetap memilih mengikuti sedangkan tujuannya bukan sorga melainkan neraka? Berbeda dengan mengikuti Isa Al-Masih, semua yang percaya kepada-Nya memperoleh hidup kekal di sorga (Injil, Rasul Besar Yohanes 3:15).
~
Purnama
~
To staff,
Allah SWT melihat usaha hamba-Nya dalam mengabdi kepada-Nya, segala kekhilafan atau kekeliruan yang dilakukan hamba-Nya diberi kesempatan untuk bertaubat dan memperbaiki diri, para nabi adalah utusan Allah SWT yang memiliki sifat ma’shum dan sempurna dalam menjalankan perintah-Nya, jadi salah besar jika menganggap nabi/rasul tidak sempurna dalam menjalankan perintah-Nya. Allah SWT telah menjamin bagi setiap Muslim beriman dan bertaqwa masuk surga (HR.Bukhari &muslim), Qs Al baqarah 82, Annisa 57, Al a’raf 42 dan diayat Al-Qur’an lainnya. Tentang Qs 2:81 dan Qs 43:74, tafsir ibnu katsir dan Buya hamka mengatakan ayat ini ditujukan untuk orang kafir dan musyrik yang kekal dineraka namun tidak untuk Muslim.
~
Saudara Ridho,
Faktanya tidak ada nabi yang sempurna, kecuali Isa Al-Masih. Isa suci, tidak berdosa bahkan dikatakan benar (Qs 19:19,34). Nah, membaca komentar sdr, bahwa Allah SWT memberikan sorga kepada Muslim tetapi ada syaratnya yaitu harus bertakwa. Pertanyaannya adalah apakah sdr sanggup menjadi orang bertakwa, artinya melakukan semua perintah Allah tanpa ada cacat? Bagaimana dengan nabi saudara, dari pernyataannya tidak tahu dan bingung mengenai keselamatannya (Qs 46:9)? Bahkan pernyataannya dalam hadist, “Bukan amal seseorang yang memasukkannya ke Surga atau melepaskannya dari neraka, termasuk juga aku tetapi ialah semata-mata rahmat Allah Swt. Belaka” (HSM 2412-2414). Kami harap sdr dapat menimbang hal itu.
Qs 2:81 dan Qs 43:74 berbicara jelas bahwa orang berdosa tempatnya kekal di neraka, bahkan Qs 19:71 menyetujui bahwa ketetapan Tuhan untuk mukmin masuk neraka. Hal itu tertulis dalam Al-Quran, jadi tidak mungkin hanya untuk orang kafir dan musyirik tetapi juga untuk Muslim.
~
Purnama
~
To All Muslim,
Ngeri ya umat Muhamad akan masuk neraka, dan Qur’an menjelaskan bahwa orang berdosa itu kekal di neraka Qs 43:74. Makanya jangan mau ditipu sama si Jin bin Satan bin Iblis, terimalah Yesus sebagai Juruselamatmu, maka engkau tidak akan ke neraka langsung ke Surga yang penuh damai sejahtera dan sukacita. Yohanes 3:16 (TB) “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.”
~
Saudara Hendy Gunawan,
Kami turut prihatin bahwa umat Islam semua akan masuk neraka, Al-Quran mengatakan bahwa neraka adalah tempat yang kekal dan tidak ada yang dapat meloloskan diri dari api neraka. “yang benar: barangsiapa berbuat dosa dan ia telah diliputi oleh dosanya, mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.” (Qs 2:81). Berharap penyampaian sdr dapat diterima oleh kaum Muslim, keselamatan dan hidup kekal hanya ada dalam Isa Al-Masih. Terimakasih untuk komentarnya Sdr. Hendy.
~
Purnama
~
@Purnama to Iwan,
1) seorang hamba akan berhak menerima sorga bila melakukan semua perintah Allah dengan sempurna. Apakah sdr sanggup melakukan perintah Allah dengan sempurna?
2) Berbeda dengan status para pengikut Isa sebagai anak Allah, sudah pasti menerima warisan sorga. Mengapa? Karena faktanya hanyalah seorang anak yang berhak menerima warisan, bukan hamba.
Respon:
1) Kenapa ada perkataan “sempurna”?
2) Pengikut Isa cuma “anak angkat” bukannya “anak genuine”, belum tentu berhak menerima warisan!
~
Sdr. Belimbing,
Memang seorang hamba akan berkenan kepada tuannya bila dia melakukan semua tugasnya dengan sempurna, hamba akan disebut bertakwa bila melakukan semua perintah Allah dengan sempurna. “Ingatlah, sesungguhnya wali-wali (kekasih) Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa” (Qs 10:62-63). Bertakwa artinya melakukan semua kewajiban agama dan amal baik tanpa cacat. Ini yang dimaksud sempurna.
Pengikut Isa Al-Masih bersyukur diangkat Allah menjadi anak, artinya status tersebut pasti mendapat hak waris yaitu sorga (Injil, Surat Roma 8:14-17). “Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya” (Injil, Rasul Besar Yohanes 1:12). Inilah perbedaan antara anak dan kekasih ataupun hamba.
~
Purnama
~
Kalau kita memilih sebuah bimbingan belajar/les mana yang akan kita pilih?
1. Pasti naik kelas.
2. Tergantung kemampuanmu. Kalau bodoh ya tinggal kelas dulu baru kalau pintar bisa naik kelas.
Saya rasa gak ada yang pilih no 2. Padahal gurunya : 1. Yesus. 2. Muhammad.
Contoh diatas sama dengan masuk surga. Yang satu langsung masuk surga dan satunya masuk neraka dulu kalau masih berdosa. Satu lagi bukti yang tak terbantahkan. Sekarang ini lagi tren acara tv tentang hal gaib. Jika kamu bisa bicara sama hantu. Coba tanya kamu takut sama siapa. Yesus atau Muhammad. Sebab nama Yesus ada kuasa didalamnya.
Salam.
~
Saudara Momok,
Menarik sekali tulisan sdr. Kami kira tidak ada orang yang mau memilih hidup kekal dalam neraka. Isa Al-Masih menjanjikan sorga bagi orang-orang yang percaya kepada-Nya, mereka diangkat menjadi anak Allah sehingga berhak menerima warisan sorga (Injil, Rasul Besar Yohanes 1:12, Surat Roma 8:17). Berbeda dengan Islam, menjadi kekasih/hamba Allah syaratnya harus bertakwa, status hamba belum tentu menerima warisan sorga. Kami berharap dua konsep ini dapat dipertimbangkan oleh pengunjung yang ada di forum ini. Menjadi kekasih Allah atau anak Allah? Terimakasih untuk komentarnya Sdr. Momok.
~
Purnama
~
@Purnama,
Bertakwa artinya melakukan semua kewajiban agama dan amal baik tanpa cacat. Ini yang dimaksud sempurna.
Respon: Salah! tiada tuntutan sempurna dalam Al-Quran.
Qs 23:62, “Kami tiada membebani seseorang melainkan menurut kesanggupannya,…”
Qs 4:28, ” … , dan manusia dijadikan bersifat lemah.”
Qs 4:31, “Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu dan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga).”
~
Saudara Belimbing,
Kami sependapat dengan saudara kalau dalam Al-Quran tidak ada tuntutan sempurna untuk umat Muslim. Namun tidak demikian dengan ajaran Isa Al-Masih, Dia menuntut setiap pengikut-Nya sempurna. Di dalam Kitab Suci Allah Isa Al-Masih berkata,“Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna” (Injil, Rasul Besar Matius 5:48).
Istial ‘Sempurna’ yang dimaksud oleh Isa Al-Masih di sini adalah masing-masing kita memiliki ukuran kesempurnaan yang telah ditetapkan Allah untuk dikenakan. Artinya tuntutan yang diberikan kepada kita masing-masing individu berbeda-beda sesuai dengan ukuran segenap kemampuannya dalam hidup ini kepada Allah. Karena Allah sudah memberikan ketetapan, “Setiap orang yang kepadanya banyak diberi, dari padanya akan banyak dituntut, dan kepada siapa yang banyak dipercayakan, dari padanya akan lebih banyak lagi dituntut” (Injil, Rasul Lukas 12:48).
~
Slamet
~
To Momok,
Kalau anda memastikan naik kelas karena bimbingan belajar berarti anda tidak perlu Tuhan. Kalau anda tidak mematuhi materi apa yang dibimbing, bisakah anda naik kelas? Bisakah anda memahami semua materi dan mematuhi di bimbel tsb? Semua itu perlu proses dan doa serta harapan setelah itu berserah diri jika Allah izinkan bisa lulus, bisa dimengerti?
~
Saudara Ridho,
Memang sebagai manusia berdosa tidak mungkin, kita masuk sorga, namun Isa Al-Masih Sang Juruselamat itu berjanji menjamin masuk sorga untuk setiap orang yang beriman kepada-Nya. “Barangsiapa percaya kepada Anak, ia beroleh hidup yang kekal, tetapi barangsiapa tidak taat kepada Anak, ia tidak akan melihat hidup, melainkan murka Allah tetap ada di atasnya” (Injil, Rasul Besar Yohanes 3:36).
~
Slamet
~
To Belimbing,
Bagaimana Alloh swt itu mengampuni dosa anda? Cukup dengan duduk dan bicara saja beres? Dimanakah Kemahakasih dihubungkan dengan kemahaadilanya? Kasih adalah pengorbanan, bukan cuma duduk dan bicara saja.
~
Saudara Hendy,
Kami berharap pertanyaan sdr dapat dijawab oleh saudara Belimbing. Memang kita patut bersyukur bahwa Allah sejati adalah Allah yang bukan saja sejauh klaim nama-Nya Mahakasih, tetapi karakter-Nya telah dibuktikan secara nyata yaitu berkorban untuk menyelamatkan semua manusia dari hukuman kekal neraka akibat dosa. “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (Injil, Rasul Besar Yohanes 3:16).
~
Purnama
~
@Hendy,
Bagaimana Alloh swt itu mengampuni dosa anda? Cukup dengan duduk dan bicara saja beres? Dimanakah Kemahakasih dihubungkan dengan kemahaadilanya? Kasih adalah pengorbanan, bukan cuma duduk dan bicara saja.
Res: Tuhan berbuat apa yang dikehendaki-Nya (3:40). Siapakah kamu wahai manusia untuk mempersoalkan otoriti Ar-Rahman (21:23).
Qs 2:84 Kepunyaan allah-lah segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Dan jika kamu melahirkan apa yzng ada di dalam hatimu atau kamu menyembunyikannya, niscaya allah akan membuat perhitungan dengan kamu tentang perbuatanmu itu. Maka allah mengampuni siapa yang dikehendaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya; dan allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
~
Saudara Belimbing,
Menarik sekali komentar sdr. Kami setuju bahwa Tuhan dapat berbuat sekehendak-Nya, keputusan-Nya selalu yang terbaik. Tetapi Tuhan bertidak sesuai karakter-Nya, Dia pengampun tetapi ingat, Dia mahaadil. Jadi, bila Allah SWT hanya mengampuni, pertanyaannya bagaimana dengan sifat mahaadilnya? Bukankah setiap orang berdosa harus menerima hukuman? Bagaimana cara Allah SWT mengampuni dosa sdr? Kiranya sdr dapat berkenan menjelaskannya. Terimakasih.
~
Purnama
~
@Purnama 29 April 2018, 6:18 pm
Res: Tidakkah Tuhan mengetahui segala perbuatan manusia zahir dan batin! Apakah kamu ragu dengan keadilan dan kemurahan Ar-Rahman?
4:40 “Sesungguhnya Allah tidak menganiaya seseorang walaupun sebesar zarrah, dan jika ada kebaikan sebesar zarrah, niscaya Allah akan melipat gandakannya dan memberikan dari sisi-Nya pahala yang besar.”
4:31 “Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu yang kecil) dan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga).”
~
Saudara Belimbing,
Kami tidak pernah ragu dengan keadilan dan kemurahan Allah. Mengapa? Karena Allah yang sejati adalah Allah yang membuktikan sifat-Nya bukan saja sejauh mengklaim (Injil, Surat Roma 2). “Kristus Yesus telah ditentukan Allah menjadi jalan pendamaian karena iman, dalam darah-Nya. Hal ini dibuat-Nya untuk menunjukkan keadilan-Nya, karena Ia telah membiarkan dosa-dosa yang telah terjadi dahulu pada masa kesabaran-Nya. Maksud-Nya ialah untuk menunjukkan keadilan-Nya pada masa ini, supaya nyata, bahwa Ia benar dan juga membenarkan orang yang percaya kepada Yesus.” (Injil, Surat Roma 25:26).
Nah, bila memperhatikan ayat yang sdr berikan, maka keadilan dan kemurahan Allah ditentukan dari sifat manusia yaitu harus berbuat baik dan tidak berbuat dosa. Pertanyaannya adalah bagaimana dengan dosa yang telah sdr perbuat? Bagaimana dengan keadilan Allah yang menyatakan orang berdosa kekal di neraka (Qs 2:81, 19:71)? Dan lagi mengapa sifat Allah SWT dikalim sebagai Ar-Rahman tetapi menyesatkan manusia yang di kehendakinya (Qs 35:8)? Maaf kami menyatakan hal ini. Bagaimana menurut sdr?
~
Purnama