Berkaitan dengan ajaran Al Bara (kebencian) kepada orang kafir, para Muslim bertanya, “Bagaimanakah sikap Islam terhadap orang kafir?” Di sisi lain, saudara-saudara Muslim Rohingya membutuhkan kasih para Budha di Myanmar. Sehingga mereka boleh tinggal di sana dengan damai dan aman.
Ajaran Al Bara ataukah kasih yang umat manusia butuhkan?
Al Bara Dan Sikap Islam Terhadap Orang Kafir
Menurut Ummu ‘Abdirrahman ajaran Al-Bara ialah “tidak memberikan kasih sayang kepada orang kafir, tidak bergaul, dan bersahabat dengan mereka.”
Dr. Adika Mianoki menjelaskan, “orang yang harus kita benci . . . musuhi secara mutlak, serta tidak boleh mencintai dan loyal terhadap mereka. Mereka adalah orang-orang kafir, musyrik, munafik, dan orang yang murtad, sebagaimana . . . dalam surat Al-Mujadilah ayat 22.”
Ayat itu berbunyi, “Kamu tak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya . . .” (Qs. 58:22).
Apakah pendapat Anda tentang membenci orang yang berbeda agama dan keyakinan dengan kita? Sampaikan di email ini.
Orang Islam dan Kristen Membutuhkan Kasih dari Sesamanya
Baik orang Islam maupun Kristen rindu dikasihi sesamanya, bukan? Sebaliknya, kita tidak ingin orang-orang yang berbeda agama itu membenci dan memusuhi kita.
Jutaan orang Muslim Timur Tengah mengungsi ke negara-negara kafir di benua Eropa, Amerika, Kanada dan Australia. Para pengungsi Muslim itu mengharapkan belas kasihan sesamanya yang beragama kafir Kristen, Katholik dan agama lainnya di sana.
Warga negara–negara itu harus mengasihi para pengungsi Muslim itu. Caranya ialah menolong kesusahan dan penderitaan mereka. Jelas tidak terpuji jika membenci mereka karena alasan perbedaan agama dan keyakinan.
Manusia Membutuhkan Kasih Termulia
Isa Al-Masih mengajarkan kasih termulia. Yaitu “. . . Kasihilah musuhmu, berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu” (Injil, Rasul Lukas 6:27).
Mengasihi musuh adalah akhlak termulia. Saling mengasihi meski berbeda agama, suku, ras dan golongan adalah sikap yang terbaik. Maka pasti tercipta perdamaian.
Bukankah umat Islam dan Kristen menginginkan sikap terbaik, yaitu saling mengasihi, bukannya saling membenci? Jawablah via email ini!
Jadi umat Islam, Kristen, dan semua manusia membutuhkan kasih, bukannya Al-Bara.
Kasih Terbesar bagi Para Muslim Juga
Isa Al-Masih begitu mengasihi semua manusia, termasuk para Muslim apalagi musuh-Nya. Ia tidak ingin manusia dihukum di neraka karena dosa-dosa mereka. Karena itu Dia rela mati tersalib guna menggantikan hukuman dosa-dosa kita.
Karena Isa Al-Masih adalah Kalimat Allah, maka berkuasa menjamin pengampunan dosa dan hidup kekal bagi siapa saja yang percaya kepada-Nya. Itulah kasih Isa Al-Masih yang terbesar.
Dengan percaya kepada-Nya, Anda pasti beroleh jaminan hidup kekal dari Dia.
[Staf Isa dan Islam – Untuk informasi lebih lanjut, silakan mendaftar untuk menerima secara cuma-cuma Buletin Mingguan “Isa dan Al-Fatihah.”]
Fokus Pertanyaan Untuk Dijawab Pembaca
Staf IDI berharap Pembaca hanya memberi komentar yang menanggapi salah satu pertanyaan berikut:
- Mengapa membenci orang yang berbeda agama, kepercayaan, ras dan golongan itu tidak baik?
- Menurut Saudara, apakah ajaran dan sikap Al-Bara di atas bersumber dari Allah sejati? Alasannya?
- Sesuai artikel di atas, apakah bukti kasih terbesar Isa Al-Masih kepada manusia?
Komentar yang tidak berhubungan dengan tiga pertanyaan di atas, walaupun dari Kristen maupun Islam, maaf bila terpaksa kami hapus.
Artikel Terkait
Berikut ini link-link yang berhubungan dengan artikel di atas. Jika Anda berminat, silahkan klik pada link-link berikut:
- Mengapa Islam Dan Nasrani Mengajarkan Bahwa Kasih Penting?
- Bagaimana Ajaran Kasih Dalam Islam Dan Injil?
- Islam Atau Kristen – Manakah Agama Damai?
- Ibadah Dengan Hati Membenci, Ditolak Allah
Video:
Untuk menolong para pembaca, kami memberi tanda ***** pada komentar-komentar yang kami rasa terbaik dan paling menolong mengerti artikel di atas. Bila bersedia, silakan juga mendaftar untuk buletin mingguan, “Isa, Islam dan Al-Fatihah.”
Apabila Anda memiliki tanggapan atau pertanyaan atas artikel ini, silakan menghubungi kami dengan cara klik link ini.
PEDOMAN WAJIB MEMASUKAN KOMENTAR
Bagi Pembaca yang ingin memberi komentar, kiranya dapat memperhatikan hal-hal berikut ini:
1. Komentar harus menggunakan bahasa yang jelas, tidak melanggar norma-norma, tidak kasar, tidak mengejek dan bersifat menyerang.
2. Hanya diperbolehkan menjawab salah satu pertanyaan fokus yang terdapat di bagian akhir artikel. Komentar yang tidak berhubungan dengan salah satu pertanyaan fokus, pasti akan dihapus. Harap maklum!
Komentar-komentar yang melanggar aturan di atas, kami berhak menghapusnya. Untuk pertanyaan/masukan yang majemuk, silakan mengirim email ke: .