Presiden SBY memberikan respon yang cepat saat mengetahui bahwa dirinya disadap intelijen Australia. Ia mengutus Menteri Luar Negeri, Marty Natalegawa untuk membahas penataan kembali kerja sama bilateral, termasuk pertukaran intelijen dengan menyusun protokol dan kode etik yang jelas, adil, dan dipatuhi kedua negara (Tempo, 26 November 2013).
Apa yang ingin disampaikan di sini? Bukan soal kerjasama atau soal intelijen. Tetapi tentang orang yang memiliki kedudukan lebih tinggi yang mengutus bawahannya. Dalam hal ini, presiden mengutus menterinya. Dan bila kita berbicara tentang nabi, maka yang berhak mengutus nabi adalah Allah. Sebab Allah mempunyai otoritas dan kehendak atas manusia.
Allah Mengutus Musa
Pada waktu bangsa Israel menderita di tanah Mesir, Allah mengutus Musa. “Dan TUHAN berfirman: ‘Aku telah memperhatikan dengan sungguh kesengsaraan umat-Ku di tanah Mesir, dan Aku telah mendengar seruan mereka yang disebabkan oleh pengerah-pengerah mereka, ya, Aku mengetahui penderitaan mereka . . . Jadi sekarang, pergilah, Aku mengutus engkau kepada Firaun untuk membawa umat-Ku, orang Israel, keluar dari Mesir'” (Taurat, Kitab Keluaran 3:7, 10).
Memerhatikan hal ini, kami tertarik untuk menelusuri kenabian Muhammad. Bagaimana Muhammad menerima jabatan kenabiannya? Siapakah yang mengutus Muhammad? Apakah Allah berfirman secara langsung kepada Muhammad?
Siapakah Yang Mengutus Muhammad dan Menyebutnya Nabi?
Salah satu riwayat menuliskan, “Diriwayatkan dari Urwah bin Zubair r.a. bahwa Aisyah, istri Nabi saw. memberitahukan kepadanya . . . tiba-tiba malaikat mendatangi beliau dan berkata, “Bacalah! Beliau menjawab, “Aku tidak bisa membaca.” . . . Kemudian malaikat itu mendekapku kuat-kuat untuk yang ketiga kalinya, sehingga aku benar-benar tidak bisa bernafas . . . Setelah itu, Rasulullah saw. pulang dalam keadaan gemetar ketakutan menuju Khadijah (istri beliau) dengan membawa ayat-ayat tersebut, lalu ia berkata kepadanya, “selimuti aku, selimuti aku.”. . . Setelah itu, Khadijah membawa beliau kepada Waraqah bin Naufal bin Asad bin Abd Al-Uzza, yaitu sepupu Khadijah putra saudara ayahnya, seseorang yang beragama Nasrani sejak zaman jahiliah . . . Waraqah berkata kepada beliau, “Inilah malaikat Jibril yang telah diutus kepada Musa bin Imran a.s. Aduhai, sekiranya aku masih gagah perkasa (muda), dan aku masih hidup sewaktu kaummu mengusirmu.” . . . ”(Hadits Shahih Muslim No. 73).
Jelas, Muhammad disebut nabi oleh Waraqah bin Naufal, dan bukan Allah. Demikian juga yang mengutus Muhammad bukan Allah. Karena Allah tidak berfirman secara langsung kepada Muhammad. Perhatikan juga kondisi Muhammad saat itu. Ia sangat ketakutan dan gemetar.
Berita Sukacita tentang Isa Al-Masih
Sangat berbeda dengan wahyu yang diterima Siti Maryam. Malaikat Gabriel membawa kabar sukacita tentang Kalimat Allah. Tidak ada rasa takut dalam diri Maryam, tetapi damai sejahtera. “Ketika malaikat itu masuk ke rumah Maria, ia berkata: ‘Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau . . . Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus. Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi . . .’” (Injil, Rasul Lukas 1:28-32).
Berita ini adalah pesan yang sangat penting. Semua orang perlu mengetahuinya. Yaitu bahwa manusia dapat diselamatkan melalui Isa Al-Masih.
Kesimpulan
Dari hal di atas, kita mengetahui bahwa Allah mengutus hamba-Nya tidak dengan teka-teki dan tidak mendatangkan rasa takut, tetapi damai sejahtera. Sesungguhnya bukan manusia yang perlu meneguhkan panggilan seorang nabi, melainkan Tuhan. Dan ada pesan yang jelas tentang keselamatan hidup manusia di dunia dan di akhirat.
Fokus Pertanyaan Untuk Dijawab Pembaca
Staf IDI berharap Pembaca hanya memberi komentar yang menanggapi salah satu pertanyaan berikut:
- Menurut Saudara, siapakah sesungguhnya yang menjumpai nabi Islam di Gua Hira? Jelaskan alasan Saudara!
- Mengapa Muhammad mengalami ketakutan setelah berjumpa dengan oknum tersebut?
- Dapatkah manusia mensahkan seseorang menjadi nabi? Jelaskan jawaban Saudara!
Komentar yang tidak berhubungan dengan tiga pertanyaan di atas, walaupun dari Kristen maupun Islam, maaf bila terpaksa kami hapus.
Untuk menolong para pembaca, kami memberi tanda ***** pada komentar-komentar yang kami merasa terbaik dan paling menolong mengerti artikel di atas.
Apabila Anda memiliki tanggapan atau pertanyaan atas artikel “Siapakah Sesungguhnya Yang Mengutus Muhammad?”, silakan menghubungi kami dengan cara klik link ini. atau SMS ke: 0812-8100-0718
PEDOMAN WAJIB MEMASUKAN KOMENTAR
Bagi Pembaca yang ingin memberi komentar, kiranya dapat memperhatikan hal-hal berikut ini:
1. Komentar harus menggunakan bahasa yang jelas, tidak melanggar norma-norma, tidak kasar, tidak mengejek dan bersifat menyerang.
2. Hanya diperbolehkan menjawab salah satu pertanyaan fokus yang terdapat di bagian akhir artikel. Komentar yang tidak berhubungan dengan salah satu pertanyaan fokus, pasti akan dihapus. Harap maklum!
Komentar-komentar yang melanggar aturan di atas, kami berhak menghapusnya. Untuk pertanyaan/masukan yang majemuk, silakan mengirim email ke: .