Apa akibat jika umat Islam meninggalkan puasa? Apa hukuman tidak berpuasa?
Ini adalah pertanyaan dalam benak Bayu. Ia berasal dari keluarga yang sangat taat agama. Sejak kecil Bayu telah mengetahui bahwa puasa adalah wajib bagi Mukmin.
Namun setelah dewasa ada beberapa kali ia melanggar puasa. Ia tidak mampu memenuhi semua jatah puasa. Karena itu Bayu takut akan hukuman yang menimpanya.
Mari kita lihat pendalaman Bayu mengenai hukuman tidak berpuasa. Kita akan mempelajari bagaimana sebenarnya inti ibadah sejati kepada Allah. Agar bisa mendapatkan kasih-Nya hingga nanti masuk surga.
Masa Kecil Bayu yang Sangat Taat Beragama, Namun Akhirnya Takut
Orang tua Bayu mendidiknya dengan keras. Ia wajib belajar agama dan mengikuti semua peraturannya. Bayu bertumbuh menjadi anak yang sangat taat kepada agama. Ia rajin beribadah, termasuk berpuasa saat Ramadhan.
Ia melakukannya karena ingin mendapatkan pahala puasa. “Puasa adalah milik-Ku, dan Aku sendirilah yang mengganjarinya, . . . Puasa adalah perisai, . . . Dan sungguh, bau mulut orang yang berpuasa jauh lebih wangi di sisi Allah daripada bau minyak kesturi” (Hadits Bukhari 6938).
Namun Bayu melakukan semua ini dengan hati penuh kesombongan. Ia sering menghina temannya yang tidak taat agama.
Contohnya pernah saat bulan Ramadan, ada teman yang tidak puasa. Bayu memarahi dan menghinanya. Ia menyuruh temannya berpuasa dengan sikap kasar. Hal ini terbawa sampai ia dewasa.
Namun saat merantau, Bayu mendapati kondisi yang berbeda. Ia tinggal di luar lingkungan keluarga. Ia bertemu dengan teman dari berbagai latar-belakang berbeda.
Saat itu beberapa kali Bayu tidak puasa. Awalnya hanya sesekali terlewat, namun makin lama main sulit memenuhi semua tuntutan agama. Lingkungan yang berbeda telah mempengaruhi kebiasaan Bayu.
Satu saat ia menyadari kondisinya dan merasa bersalah. Bayu menjadi sangat takut akan hukuman yang akan menimpanya.
Hukuman Tidak Berpuasa dalam Pandangan Agama Menakuti Kita
Bayu belajar dari artikel dan bertanya kepada guru agama. Ia ingin tahu apa saja dampak bila tidak bisa menunaikan puasa.
Pertama, ia menemukan ada Hadits yang banyak dikutip mengenai hukuman tidak berpuasa.
“Tatkala saya sedang tidur, ada dua orang yang mendatangiku, . . . lalu keduanya membawaku ke sebuah gunung yang tandus. . . . saya melihat suatu kaum, yang mana mereka tergantung dengan daging urat kakinya, mulut mereka robek dan dari mulut mereka bercucuran darah. Maka aku berkata: Siapakah mereka ini? Ia berkata: Mereka adalah orang-orang yang berbuka (puasa) sebelum tiba waktunya.” (As-Silsilah Ash-Shahihah 3951, Dishahihkan oleh al-Albani dalam shahih at-Targhib no. 1005).
Hadits ini sangat menakutkan. Betapa mengerikan hukuman tidak berpuasa. Ada penderitaan besar menantinya.
Selanjutnya, guru agama memberitahu bahwa tidak semua puasa diterima Allah. Bisa saja Allah tidak berkenan dengan ibadah manusia.
“Berapa banyak orang yang berpuasa tidak mendapatkan bagian dari puasanya melainkan lapar dan haus, dan berapa banyak orang yang shalat malam tidak mendapatkan bagian dari ibadahnya melainkan hanya bergadang” (Hadits Ahmad 8501).
Terlebih lagi sengaja melanggar puasa adalah pelanggaran berat. Allah sangat memperhitungkannya. Pelanggaran satu hari tidak bisa tergantikan dengan puasa satu tahun (Hadits Abu Daud 2045).
Orang Tidak Berpuasa Sama dengan Kafir
Hukuman tidak berpuasa memang sangat berat. Sebagian ulama bahkan menyatakan orang yang tidak puasa sama dengan orang kafir karena puasa merupakan salah satu rukun utama agama. Sehingga melanggarnya sama saja dengan meninggalkan agama.
Namun sebagian ulama lain memang tidak mengatakan setegas itu. Mereka hanya menyatakan banyak Mukmin perlu memperbaiki ibadahnya.
Mendengar semua hal ini membuat Bayu sangat cemas. Ia sadar sudah banyak pelanggarannya. ia berusaha untuk menebus (qadha) jatah puasanya namun tidak pernah merasa cukup.
Di tengah rasa bersalahnya, Bayu bercakap-cakap dengan temannya yang adalah pengikut Isa. Ia bertanya mengapa temannya tidak takut akan akhirat. Mari kita simak percakapannya.
Inti Ibadah Sejati Kepada Allah yang Melindungi Kita dari Hukuman
Kusno, teman Bayu, menjelaskan pandangannya. Menurut Kusno ibadah yang terutama adalah Allah melihat hati, bukan sekadar perbuatan manusia.
Ada satu kisah menarik dalam Kitab Suci Injil:
“Yesus [Isa Al-Masih] menceritakan juga perumpamaan ini: Adalah dua orang yang pergi ke Rumah Tuhan untuk berdoa. Yang satu orang Farisi [pemimpin agama], yang lainnya seorang berdosa.
Orang Farisi berdoa: Ya Allah, saya bersyukur bukan orang berdosa. saya rajin berpuasa, saya memberi sedekah, berbeda dari orang lain.
Orang berdosa berdiri jauh-jauh. Ia dengan takut berdoa: ‘Ya Allah, kasihanilah saya, orang berdosa ini!
Yesus [Isa Al-Masih] berkata, lihatlah Allah menerima ibadah orang berdosa itu, bukan orang Farisi. Sebab setiap orang yang meninggikan dirinya akan direndahkan. Dan setiap orang yang merendahkan dirinya akan ditinggikan” (Injil, Rasul Lukas 18:9-14 BIS, parafrasa).
Kisah ini sangat mengagetkan bagi Bayu. Ia sadar akan keadaannya dahulu. Betapa ia pernah menjadi sangat sombong dengan ibadahnya. Ia merasa seperti orang Farisi yang puasanya ditolak Allah.
Beribadah untuk Allah, Bukan Untuk Dipuji Orang Lain
Bayu ingin menggali lebih dalam. ia bertanya, jika demikian apakah pengikut Isa juga melakukan puasa? Jika iya, bagaimana kalian melakukannya?
Kusno menjawab ya, pengikut Isa juga berpuasa. Namun memang seringkali orang lain tidak tahu saat kami berpuasa.
“Dan apabila kamu berpuasa, janganlah muram mukamu seperti orang munafik. Mereka mengubah air mukanya, supaya orang melihat bahwa mereka sedang berpuasa. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. Tetapi apabila engkau berpuasa, minyakilah kepalamu dan cucilah mukamu, supaya jangan dilihat oleh orang bahwa engkau sedang berpuasa, melainkan hanya oleh Bapamu [Allah] yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu [Allah] yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu” (Injil, Rasul Besar Matius 6:16-18).
Isa mengajarkan seperti ini karena inti ibadah adalah sikap hati pribadi kepada Allah. Bukan untuk terlihat orang lain. Agar tidak salah motivasi untuk mendapat perhatian dan pujian dari sesama.
Sikap hati yang mensyukuri kasih Allah. Karena Allah yang memberikan jalan agar manusia berdosa selamat.
Bayu menjadi penasaran bagaimana kasih Allah untuk keselamatan manusia. Kusno melanjutkan penjelasannya.
Kasih Allah Melepaskan Manusia dari Ketakutan akan Hukuman Dosa
Memang semua manusia berdosa dan layak mendapat hukuman. Tidak ada yang dapat berpuasa dengan sempurna. Namun Allah yang penuh kasih mau menolong manusia.
Allah melakukannya melalui Isa Al-Masih. Ia adalah Kalimatullah, yang menjadi manusia untuk menyatakan kasih Allah.
Jika kita mengimani dan menjadi pengikut Isa maka Allah akan mengampuni dosa kita. Inilah pernyataan sejati kasih Alah bagi keselamatan manusia.
“Dia [Isa Al-Masih] yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah” (Injil, Surat 2 Korintus 5:21).
Karena itu ibadah pengikut Isa bukan karena rasa takut hukuman. Dalam kasih Allah tidak ada ketakutan. Pengikut Isa dapat beribadah dalam kemerdekaan dari rasa bersalah.
“Di dalam kasih tidak ada ketakutan: kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan. Sebab ketakutan mengandung hukuman” (Injil, Surat 1 Yohanes 4:18).
Ibadah sejati berdasarkan perasaan syukur. Karena dalam kasih-Nya manusia mendapat pengampunan dosa. Juga dapat keyakinan akan jaminan selamat masuk surga.
Maukah anda menerima kasih Allah untuk manusia? Mari mengimani Isa agar mendapat kasih-Nya.
Untuk memperdalam isi artikel ini Anda dipersilakan mempertimbangkan tiga tawaran di bawah ini:
- Kalau Anda siap mengimani Isa Al-Masih sebagai Juruselamat dan menjadi pengikut-Nya silakan klik disini.
- Kalau Anda ingin menyelidiki konsep-konsep dalam artikel ini dengan lebih mendalam Anda bisa mengunduh Taurat, Zabur, Injil (TZI) dengan klik link ini.
[Staf Isa dan Islam – Untuk masukan atau pertanyaan mengenai artikel ini, silakan mengirim email kepada Staff Isa dan Islam.]
Fokus Pertanyaan Untuk Dijawab Pembaca
Staf IDI berharap Pembaca hanya memberi komentar yang menanggapi salah satu pertanyaan berikut:
- Menurut Saudara apakah ibadah dan kelakuan baik manusia cukup untuk membawanya ke surga? Jelaskan jawabannya!
- Menurut Saudara mampukah manusia menanggung hukuman karena tidak berpuasa? Mengapa ada Hadits yang sangat keras mengenai hal ini?
- Bagaimana pendapat Saudara mengenai Isa sebagai jalan Allah untuk menolong manusia berdosa?
Komentar yang tidak berhubungan dengan tiga pertanyaan di atas, maaf bila terpaksa kami hapus.
Artikel Terkait
Berikut ini link-link yang berhubungan dengan artikel di atas. Jika Anda berminat, silakan klik pada link-link berikut:
- Keistimewaan Bulan Puasa Ramadan: Menemukan Jalan Lurus!
- Banyak Peraturan Membatalkan Puasa Ramadan, Mampukah Menunaikannya?
- Al-Quran Dan Injil Percaya, Semua Orang Berdosa Mendapatkan Balasan!
Video:
Untuk menolong para pembaca, kami memberi tanda ***** pada komentar-komentar yang kami rasa terbaik dan paling menolong mengerti artikel di atas. Bila bersedia, silakan juga mendaftar untuk buletin mingguan, “Isa, Islam dan Al-Fatihah.”
Apabila Anda memiliki tanggapan atau pertanyaan atas artikel “Allah Dan Isa Al-Masih Mempunyai Kuasa Untuk Mencipta”, silakan menghubungi kami dengan cara klik link ini. atau SMS ke: 0812-8100-0718
~
Penyesatan berkedok.
~
Khamdi,
Penyesatan banyak dilakukan orang-orang beragama karena berpikir bahwa agama dapat menolong mereka. Faktanya, agama tidak dapat menolong manusia, termasuk berpuasa. Walaupun berpuasa itu baik sekali.
Artikel di atas mengungkapkan kebenaran tentang puasa yang dibandingkan dengan Isa Al-Masih. Hanya Isa Al-Masih yang dapat menolong manusia diterima Allah. Dengan demikian, artikel di atas bukan penyesatan, melainkan pengungkapan terhadap kebenaran.
Jika Khamdi merasa bahwa puasa dapat menolong agar selamat di akhirat, maka apakah bukti untuk itu? Maukah Anda mempertimbangkan keselamatan dalam Isa Al-Masih?
~
Solihin
~
Menurut Saudara apakah ibadah dan kelakuan baik manusia cukup untuk membawanya ke surga? Jelaskan jawabannya!
Seseorang masuk ke dalam surga Allah dengan rahmat, bukan semata dengan amal ibadah, amal ibadah manusia hanya sedikit dibandingkan kenikmatan surga beserta isinya yang kekal, tentu amalan manusia tidak akan sebanding dengan hal itu.
Bagaimana cara meraih rahmat Allah? Dengan melakukan ketaatan, melakukan segala amal kebaikan dan ibadah dengan niat ikhlas mengharap wajah Allah.
~
Saudara RvP,
Terimakasih atas penjelasannya. Kami setuju dengan pandangan saudara bahwa amal dan ibadah tidak dapat membawa kita ke dalam surga yang mulia dan kekal itu. Namun benarkah rahmat Allah dapat saudara gapai dengan amal kebaikan dan ibadah? Artinya dengan kemampuan kekuatan sendiri untuk beramal dan berbuat baik dan beribadah manusia dapat membayar rahmat Allah? Bukankah rahmat Allah itu adalah berasal dari Allah yang sempurna, sedangkan manusia berdosa dan tidak sempurna.
Jadi tidak mungkin dengan kekayaan dan kekuatan aau kepintarannya manusia dapat menurunkan rahmat Allah. Karena itulah Isa Al-Masih turun ke dunia untuk memberikan rahmat itu, karena manusia tidak mungkin meraihnya. Apakah saudara mau mengenal Isa Al-Masih?
~
Noni
~
Saudara Solihin,
Masih muncul lagi ya. Noni, Slamet kemana?
Saudaraku isu terkahir ternyata Yesus itu Nabi Isa anak Maria dan Isa Al-Masih itu anak Maryam. Maria dan Maryam itu kembar dan keduanya punya anak tanpa bapak?
Jadi Nabi Isa dalam injil benar dan Isa Al-Masih dalam Al-Quran benar? Nabi Isa mati disalib sedang Isa Al-Masih diangkat ke langit. Yang tidak benar itu Allah nuzul jadi Yesus.
Bagaimana tanggapan para Pengikut Isa, ditunggu.
Walahu A’lam
~
Saudara Joko,
Di dunia ini memang ada banyak sekali isu yang beredar. Siapapun bisa saja menyebarkan isu tetapi apakah isu tersebut adalah kebenaran? Kebenaran mutlak hanya ada dalam Firman Allah yang adalah satu-satunya sumber Kebenaran. Jadi di luar Firman Allah isu y ang beredar tidak layak dipercaya, sebab bukan kebenaran.
Jika Firman Allah menyatakan dengan jelas bahwa Isa Al-Masih adalah Allah yang menjadi manusia, mengapa saudara menolak Kebenaran itu jika memang itu adalah fakta kebenaran yang sesungguhnya?
~
Noni