Salahkah bila seseorang jujur akan kepercayaannya? Bukankah kejujuran lebih baik dari kemunafikan?
Alexander atau Aan, seorang PNS (Pegawai Negeri Sipil) beberapa waktu lalu harus berhadapan dengan aparat hukum. Dia dihukum atas pengakuannya sebagai Atheis. Kejahatan yang terjadi di belahan dunia ini membuat dia tidak percaya adanya Tuhan. Begitu juga dengan iblis dan neraka. Menurutnya semua itu tidak pernah ada.
Bila benar Tuhan ada dan Dia Maha Pengasih dan Penyayang, seharusnya yang ada di dunia ini hanyalah kebaikan. Namun Tuhan tidak mampu berbuat hal itu. Pandangan inilah yang akhirnya membuat Aan meninggalkan agamanya dan jadi penganut Atheis.
Lebih Baik Jujur Atau Munafik?
Sayangnya pengakuan Aan sebagai Atheis menjadi bumerang bagi dirinya sendiri. Pemeluk agama mayoritas di bangsa ini menolak pengakuannya, bahkan dia terancam dipenjara selama sebelas tahun.
Orang-orang beragama mungkin menilai Aan adalah manusia berdosa, karena telah menyangkal keberadaan Tuhan. Namun, apakah orang-orang beragama yang memberi hukuman pada Aan tidak mempunyai dosa?
Bukankah apa yang dilakukan Aan, yaitu mengakui kepercayaannya adalah sebuah kejujuran yang baik. Bagaimana kejujurannya dibanding dengan orang beragama yang kelihatan taat tetapi mereka menutupi dosa-dosa dengan kemunafikan? Hal ini semakin menguatkan keyakinan Aan bahwa Tuhan benar-benar tidak ada, sebab orang beragama pun melakukan kemunafikan.
“Atheis, Islam dan Kristen, Bebas Atau Paksaan” Apakah Islam Konsisten?
Dalam hal kebebasan beragama, Al-Quran memberi pandangan yang kelihatan tidak konsisten. Salah satu ayatnya mengatakan, “Dan perangilah mereka, supaya jangan ada fitnah dan supaya agama itu semata-mata untuk Allah. Jika mereka berhenti (dari kekafiran), maka sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan” (Qs 8:39).
Bila berpedoman pada ayat di atas, apa yang ditimpakan pada Aan adalah wajar. Sebab Al-Quran sendiri memberi perintah bagi orang Islam untuk berperang, bahkan membunuh mereka yang tidak memeluk agama Islam.
Namun, ayat lain dalam Al-Quran dengan tegas mengatakan “Untukmulah agamamu dan untukkulah agamaku” (Qs 109:6). Bukankah ini suatu “jaminan” bagi seseorang untuk bebas tanpa paksaan memilih agama, tidak harus memeluk Islam?
Isa Al-Masih Toleran, Memberi Teladan Mengasihi
Setiap manusia adalah ciptaan Tuhan dan perlu diperlakukan dengan kasih dan keadilan, termasuk Atheis, Islam dan Kristen serta semua orang. Memberi kesempatan kepada seseorang untuk bertobat adalah jauh lebih baik, daripada hukuman.
Ada satu kisah dicatat dalam Injil, yaitu tentang seorang wanita yang kedapatan berzinah. Pemeluk agama mayoritas setempat membawa wanita tersebut kepada Isa untuk dihukum dengan cara melemparinya dengan batu. Ketika mereka mendesak Isa untuk segera menghukumnya, Ia berkata: “Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu” (Injil, Rasul Besar Yohanes 8:7).
Adakah manusia yang tidak berdosa? Jelas tidak ada! Setiap manusia adalah “budak” dosa. Disadari atau tidak, manusia selalu melakukan dosa, baik dosa kecil/besar, disengaja/tidak disengaja. Akhirnya mereka meletakkan batu dan meninggalkan perempuan itu.
Setiap Orang Membutuhkan Keselamatan
Sebagai umat beragama seharusnya kita mengikuti teladan yang diberikan Isa Al-Masih. Yaitu mengasihi dan memaafkan seseorang yang kedapatan berdosa, serta memberi kesempatan untuk bertobat.
Kitab Suci Injil juga mencatat bagaimana Isa Al-Masih memberi kesempatan pada seseorang untuk bertobat. Yang pada awalnya sangat menentang ajaran-Nya serta membunuh pengikut-Nya.
Suatu hari Isa Al-Masih menemuinya dan berkata, “. . . Aku [Isa Al-Masih] . . . menetapkan engkau [Paulus/Saulus] menjadi pelayan dan saksi tentang segala sesuatu yang telah kaulihat dari pada-Ku dan tentang apa yang akan Kuperlihatkan kepadamu nanti . . .” (Injil, Kisah Para Rasul 26:16).
Hak untuk Bertobat
Demikianlah, setiap orang Atheis, Islam dan Kristen mempunyai hak untuk bertobat. Dan kita sebagai manusia tidak mempunyai hak untuk menghukum seseorang karena orang tersebut tidak seagama dengan kita.
Sebaliknya kita harus menghargai orang yang jujur tentang kepercayaannya. Kita boleh kecewa dengan Aan dan menolak keputusannya menjadi Atheis. Tetapi kita perlu menghargai kejujuran seseorang tentang kepercayaannya. Setidaknya hal itu telah menunjukkan bahwa dia bukan seorang yang munafik.
[Staf Isa dan Islam – Rindukah Saudara Pembaca mempunyai teladan seperti Isa Al-Masih? Artikel pada tautan ini dapat membantu saudara.]
Apabila Anda memiliki tanggapan atau pertanyaan atas artikel “Atheis, Islam, Kristen Dan Kesempatan Bertobat”, silakan menghubungi kami dengan cara klik link ini. atau SMS ke: 0812-8100-0718
~
Apa yang akan Isa perbuat bagi hidup saya, bila saya memberi diri untuk percaya bahwa Dia adalah Tuhan?
~
Saudara Atheis,
Saudara memberikan pertanyaan yang baik sekali. Yang Isa Al-Masih perbuat kepada saudara maupun setiap orang yang percaya kepada-Nya adalah dosamu diampuni (Injil, Rasul Markus 2:10, Kisah Para Rasul 13:39). “Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu.” (Injil, kisah Para Rasul 16:31). Bahkan janji Isa Al-Masih bagi mereka yang mengikuti-Nya adalah hidup kekal di sorga. “Dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorangpun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku” (Injil, Rasul Besar Yohanes 10:28). Bila sdr mempunyai pertanyaan lebih lanjut, maka kami mengundang sdr untuk berdiskusi dengan kami melalui email di .
Bagaimana, apakah saudara siap menerima Isa Al-Masih sebagai Tuhan dan Juruselamat saudara?
~
Purnama
~
Saya takut Dia tidak mengenal saya dan menolak saya. Apakah Dia mengenal saya?
~
Saudara Ateis,
Allah adalah sang pencipta semua manusia. Tentunya Dia tahu dan sangat mengenal saudara. Seperti apa yang tercatat dalam Kitab Mazmur 139:14-16 “Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa yang Kaubuat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya. Tulang-tulangku tidak terlindung bagi-Mu, ketika aku dijadikan di tempat yang tersembunyi, dan aku direkam di bagian-bagian bumi yang paling bawah; mata-Mu melihat selagi aku bakal anak, dan dalam kitab-Mu semuanya tertulis hari-hari yang akan dibentuk, sebelum ada satupun dari padanya.”
Pertanyaannya adalah apakah saudara sudah datang dan mengundang Isa Al-Masih secara Pribadi dalam hidup sdr? “Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku” (Injil, Kitab Wahyu 3:20).
~
Purnama
~
Apakah orang yang percaya Yesus Tuhan harus punya agama? Dan kalau kita percaya Yesus tapi tidak punya agama, bagaimana caranya kita berdoa?
Makasih.
~
Saudara Ateis,
Pertanyaan saudara sangat baik sekali. Ini adalah hal penting agar semua orang dapat mengetahuinya. Isa Al-Masih datang ke dunia ini tidak pernah membawa agama maupun mendirikan agama (Injil, Rasul Markus 10:45). Menjadi pengikut Isa Al-Masih tidak seharusnya saudara mempunyai agama, tetapi perlu diingat saudara akan disebut sebagai pengikut Isa Al-Masih. Nah, sebagai pengikut Isa Al-Masih sudah seharusnya saudara mempelajari Injil. Mengapa? Karena lewat Injil sdr akan tahu bagaimana ajaran Isa Al-Masih yang sebenarnya. Termasuk cara untuk berdoa dan dalam mengenal Allah.
~
Purnama
~
Lalu hari minggu saya akan berdoa di mana, bila saya percaya Isa, tapi tidak punya agama? Di mana rumah ibadah saya, dan dengan siapa saya bergaul nanti bila saya tidak punya agama? Di mana persekutuan saya? Apakah saya seorang diri? Bagaimana cara saya berdoa? Siapa yang akan membimbing saya? Apa yang akan terjadi bila saya percaya Isa lewat Kristen? Teman-teman saya banyak Kristen di sini.
Terima kasih sudah mau menjawab.
~
Sdr. Ateis,
Kami kira setiap pertanyaan sdr akan terjawab ketika sdr sudah memberanikan diri untuk memulai perjalanan hidup sdr bersama Isa Al-Masih. Saudara dapat beribadah dimana saja asalkan sdr tetap bertumbuh dalam Firman-Nya. Mengenai dengan siapa sdr bergaul, tentunya dengan mereka yang adalah benar-benar pengikut Isa Al-Masih. Di dalam Injil ada banyak petunjuk yang dapat menjawab semua pertanyaan termasuk cara berdoa dan yang akan membimbing sdr. Kami akan memberikan link yang menuntun sdr untuk memulai perjalanan dengan Isa Al-Masih. Silakan sdr klik https://tinyurl.com/y9jlmpf8 link tersebut. Atau jika sdr mau dibimbing lebih lanjut, sebaiknya sdr dapat mengirim email kepada kami di . Terimakasih.
~
Purnama
~
Lucu bertanya sendiri jawab sendiri. Berfikir atheis jika Tuhan tidak ada maka siapa yang menciptakan matahari, bulan, manusia, kehidupan dan kematian. Saya menjauh dari orang bodoh tak berakal. Tugas manusia di dunia adalah berusaha sendiri kemudian Allah akan menolong orang-orang yang sabar dari kesusahan. Itulah adanya dunia akhirat karena di dunia ini hanyalah ujian. Apakah anda sendirian yang hidup di dunia ini? Semua orang memiliki hak yang sama, berusaha sendiri menjadi orang yang bertaqwa? Lalu saya pikir anda sendiri yang bodoh memiliki pandangan anak kecil atau pola pikir anak kecil. Kalau anda dewasa dan berpendidikan pastilah anda bisa membedakan mana yang benar mana yang salah.
~
Saudara Hamba,
Bagi sdr mungkin hal itu lucu, tetapi bagi Sdr. Atheis itu adalah kejujuran. Dari pernyataan sdr bahwa setiap orang memiliki hak yang sama, tentu sdr harus menghargai pemikiran orang lain, bukan? Perlu sdr ketahui, seorang yang mencari kebenaran tentu akan bertanya. Mengapa? Karena lewat bertanya maka jawaban akan ditemukan. Berbeda dengan orang yang mengakui mengikuti agama yang dianggap benar, semuanya dikalim adalah kebenaran tanpa melewati penyelidikan ataupun dipelajari, imannya bergantung dari pernyataan manusia daripada pernyataan Allah dalam Kitab Suci-Nya, tentu harus dipertimbangkan bila demikian.
Kami berharap sdr dapat membedakan antara ajaran Isa Al-Masih dengan nabi Islam. Khususnya cotoh yang sudah ditulis pada artikel di atas. Bagaimana menurut sdr? Mohon pencerahannya. Terimakasih.
~
Purnama
~
Menurut hemat saya, Alkitab tidak mengajarkan umat harus berbelit-belit dalam berdoa/beribadah. Doanya simple, hanya Bapa Kami. Tindakannya juga simple: Cintailah Allah Bapakmu dengan segenap hatimu, Kasihanilah sesamamu seperti engkau mengasihi dirimu sendiri.
Pertanyaan:
1. Apakah orang yang hidupnya jujur, pasti percaya 100% pada Tuhan Yang Maha Agung walaupun tidak pernah berdoa/beribadah/sholat dalam hidupnya? Ataukah,
2. Apakah orang yang tekun berdoa/beribadah/sholat, pasti jujur dalam hidupnya?
3. Dari kedua type diatas, mana Tuhan yang berkenan kepadanya?
Mohon pencerahannya, terima kasih.
~
Saudara Penuhdosa,
Alkitab dengan jelas mengatakan bahwa tidak ada seorangpun yang dapat melepaskan diri dari dosa dan hidup benar. “Tidak ada yang benar , seorangpun tidak. Tidak ada seorangpun yang berakal budi, tidak ada seorangpun yang mencari Allah. Semua orang telah menyeleweng, mereka semua tidak berguna, tidak ada yang berbuat baik, seorangpun tidak” (Injil, Surat Roma 3:10-12).
Allah berkenan kepada type orang yang bagaimana? Allah menghendaki semua orang percaya kepada Yesus Kristus. “Sebab inilah kehendak Bapa-Ku yaitu supaya setiap orang, yang melihat Anak dan yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal, dan supaya Aku membangkitkannya pada akhir zaman” (Injil, Rasul Besar Yohanes 6:40).
Orang memercayai Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi, ia akan menjadi manusia baru. “Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang” (Injil, Surat 2 Korintus 5:17). Hanya dengan menjadi ciptaan baru di dalam Yesus Kritus, maka seseorang akan berkenan dihadapan Allah.
~
Slamet
~
Terima kasih banyak atas pencerahannya. Tuhan memberkati saudara dan keluarga. Amin.
~
Saudara Penuh,
Kami sangat senang saudara memperoleh pencerahan. Berharap sdr dapat bertumbuh di dalam pengenalan akan Allah melalui Isa Al-Masih serta bersedia menjadi berkat membagikan kabar baik yang sdr terima kepada orang-orang disekitar sdr. Tuhan mengasihi saudara. Terima kasih.
~
Purnama