Apakah Anda sudah mengantongi jawaban yang benar, siapa nama anak yang dikorbankan Nabi Ibrahim? Ismail ataukah Ishak? Keberanian Nabi Abraham (Ibrahim) untuk mengorbankan anaknya menjadi cerita yang menarik. Adakah sinkronisasi antara kisah Ibrahim di Alkitab dan Al-Quran dalam mengisahkan pengurbanan anaknya?
Wahyu Lewat Mimpi Nabi Ibrahim atau Firman Allah Secara Langsung?
Berawal ketika Allah mencobai Abraham. “Ia berfirman kepadanya: ‘Abraham, lalu sahutnya: Ya, Tuhan. Firman-Nya: Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishak, pergilah ke tanah Moria dan persembahkanlah dia di sana sebagai korban bakaran . . .'” (Kitab Taurat, Kejadian 22:1-2).
Kira-kira 2600 tahun kemudian, Al-Quran menuliskan kembali kisah Ibrahim dan anaknya. Wahyu yang disampaikan secara langsung melalui mimpi adalah seperti: Qs 37:102 “Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) . . . Ibrahim berkata: ‘Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu . . .’” Sekali lagi, wahyu yang dicatat dalam Al-Quran ini disampaikan Allah melalui mimpi kepada nabi Ibrahim.
Mengapa Wahyu Allah Berbeda “Tidak Sinkron”?
Beberapa pertanyaan muncul. Pertama, Alkitab mencatat Tuhan sendiri berfirman kepada Abraham. Lantas mengapa dalam Al-Quran menjadi Nabi Ibrahim sendiri yang bermimpi tentang penyembelihan anaknya? Kedua, Anak yang diminta untuk dikorbankan adalah “Ishak, Kitab Suci Mukmin menyamarkan menjadi “anak” (tidak menyebutkan nama). Ketiga, Allah meminta Abraham mempersiapkan korban bakaran. Sementara Qs 37:103 hanya menuliskan “pembaringan anak” (Qs 37:103).
Di saat Allah berkata “. . . Persembahkanlah dia di sana sebagai korban bakaran,” Abraham langsung konek dengan perintah Allah. Itulah sebabnya Abraham membawa peralatan seperti pisau, kayu, api, dan mendirikan mezbah (tempat meletakkan kurban). Aturan baku tentang ritual korban bakaran sudah sejak dari zaman Kain dan Habel dan Nuh (lihat Kitab Taurat, Kejadian 8:20). Abraham serta para nabi pun sudah memahaminya. Berbeda dengan Nabi Ibrahim, Ia tidak mempersiapkannya. Dan sepertinya ia tidak memahami korban bakaran yang biasa dilakukan para leluhurnya.
Jika Anda mempunyai pandangan lain, kirimkan tanggapan Anda lewat email di sini.
Dengan berat hati Abraham mengikat tangan anaknya, yakni Ishak. Ketika hendak menyembelih anaknya, Malaikat Tuhan berfirman kepada Abraham untuk tidak membunuh anaknya. (Selengkapnya baca Taurat, Kitab Kejadian 22:1-19).
Dalam Qs 37:102-107 tidak ada persitiwa penyembelihan sang anak. Tetapi mengapa muncul ayat yang membingungkan dalam Qs 37:107? “Dan Kami tebus anak itu dengan sembelihan yang besar” (Wa fa dainaahu bi dzibhin ’azhiim”). Bagaimana mungkin tidak ada peristiwa penyembelihan, kemudian muncul ayat untuk menebus anak tersebut dengan sembelihan yang besar?
Jika benar kisah mimpi Nabi Ibrahim adalah sebuah pewahyuan ulang dari Allah, mengapa wahyu Allah berbeda? Tidak mampukah Allah memberikan pengulangan wahyu yang jauh lebih logis? Jika Anda punya jawaban, silakan kirimkan tanggapan Anda lewat email di sini.
Wahyu Allah tak Berbeda! “Isa Memberikan Nyawa menjadi Tebusan Bagi Manusia”
Mungkinkah ayat dalam Qs 37:107 mengacu pada ayat suci Allah dalam Injil, Rasul Besar Matius 20:28 “Sama seperti Anak Manusia datang . . . untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang?” Allah akan menggenapi firman-Nya, Dia menebus manusia dari dosa dengan pengorbanan Isa Al-Masih.
Isa Al-Masih datang dan sudah memberikan nyawa-Nya bagi manusia. Terlebih setiap orang yang percaya pada-Nya mendapat jaminan hidup kekal.
[Staf Isa dan Islam – Untuk masukan atau pertanyaan mengenai artikel ini, silakan mengirim email kepada Staff Isa dan Islam.]
Fokus Pertanyaan Untuk Dijawab Pembaca
Staf IDI berharap Pembaca hanya memberi komentar yang menanggapi salah satu pertanyaan berikut:
- Menurut Saudara mengapa wahyu Allah berbeda dalam Alkitab dan Al-Quran, khususnya Allah berbicara lewat mimpi kepada Nabi Ibrahim atau Firman Allah secara langsung?
- Setelah membaca artikel di atas, manakah yang dapat dipercaya, Allah berfirman langsung atau keyakinan terhadap mimpi? Berikan pendapat Saudara.
- Alkitab sudah mencatat dengan jelas siapa nama Anak Nabi Ibrahim yang dikorbankan. Menurut Saudara apa alasan Al-Quran tidak menulisnya?
Komentar yang tidak berhubungan dengan tiga pertanyaan di atas, walaupun dari Kristen maupun Islam, maaf bila terpaksa kami hapus.
Artikel Terkait
Berikut ini link-link yang berhubungan dengan artikel “Wahyu Allah Melalui Mimpi Nabi Ibrahim: Anak Harus Dikurbankan!” Jika Anda berminat, silakan klik pada link-link berikut:
- Pengorbanan Ibrahim, Nabi Islam, dan Isa Al-Masih, Mana Yang Termulia?
- Muslim Percaya Isa, Sudahkah Mengenal-Nya Secara Lengkap?
- Pantaskah Orang Islam Memperhatikan Tulisan Para Nabi?
- Rahasia Berkah Idul Adha
Video:
Untuk menolong para pembaca, kami memberi tanda ***** pada komentar-komentar yang kami rasa terbaik dan paling menolong mengerti artikel di atas. Bila bersedia, silakan juga mendaftar untuk buletin mingguan, “Isa, Islam dan Al-Fatihah.”
Apabila Anda memiliki tanggapan atau pertanyaan atas artikel ini, silakan menghubungi kami dengan cara klik link ini.
~
Islam mengikuti apa yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim, yaitu setiap tahunnya melakukan hari raya Qurban. Anda juga membacanya di dalam Kitab Kejadian 22:1-19. Tapi Anda tidak mau mengikuti ajaran di Kitab anda. Maksud saya, kenapa kristen tidak melakukan Qurban yang di bakar setiap tahunnya, dan sekarang anda mencari pendapat untuk kebenaran dari kejadian tersebut.
Pertanyaannya : Bagaimana Anda lebih merasa benar dari Islam, sedangkan anda tidak mengikuti ajaran di kitab Anda? Berarti Islam lebih Kristen dari Kristen itu sendiri, terlepas dari Ishak atau Ismail. Cari topik yang lain saja.
~
Saudara Raditya,
Sebenarnya, Kristen tidak merasa lebih benar dari Islam, sebaliknya Islam dan Kristen membutuhkan pengampunan dosa agar dapat memperoleh keselamatan yang kekal. Nah, bila saudara membaca apa yang Al-Quran sampaikan dari konteks mengenai yang dilakukan Nabi Ibrahim, maka tidak ada perintah untuk melakukan Qurban setiap tahun berdasarkan peritiwa tersebut. Kami kira, hal itu hanya kewajiban dan ketetapan dalam Islam saja.
Pertanyaannya, apa tujuan sdr berkurban setiap tahun? Apakah hal itu dapat menjamin dosa sdr diampuni, dan memperoleh keselamatan yang kekal? Bagaimana menurut sdr?
Nah, di dalam Taurat, Kitab Imamat, Allah memerintahkan orang Israel untuk mengorbankan suatu binatang sebagai korban penghapus dosa. “. . . haruslah ia mempersembahkan kepada TUHAN karena dosa yang telah diperbuatnya itu, seekor lembu jantan . . . sebagai korban penghapus dosa” (Taurat, Kitab Imamat 4:3). Inilah yang wajib dilakukan oleh semua orang pada waktu itu. Namun, itu semua hanyalah gambaran dimana kurban sejati/ sembelihan yang besar untuk penebus dosa banyak orang itu dinyatakan, yaitu Isa Al-Masih (Injil, Rasul Matius 20:28, Surat Ibrani 10:1, 10).
~
Purnama
*****
1. Menurut saudara mengapa wahyu Allah berbeda dalam Alkitab dan Al-Quran tentang kisah Nabi Ibrahim?
Karena : Kisan Abraham langsung dari Allah, tidak ada keragu-raguan, dan Abraham diuji Allah, apakah Abraham mencintai Allah atau lebih mencintai seorang anak, namun Allah berpaling dan berkata langsung kepada Abraham, gantikanlah anakmu dengan seekor domba, setelah Allah melihat Kebesaran Hati Abraham dengan sungguh-sungguh untuk meyerahkan anaknya kepada Allah sebagai korban.
*****
Saudara Bravo,
Terimakasih untuk jawabannya. Alkitab adalah Kitab Suci Allah, Allah sendiri yang berbicara secara langsung dan Nabi Ibrahim mentataatinya, sehingga kisah Nabi Ibrahim dicatat secara jelas sebagaimana yang dialaminya. Lebih indah dan jelas dapat dipahami kisah Nabi Ibrahim dalam Alkitab daripada kisah yang ada dalam Al-Quran. Mengapa? Karena perbedaan waktu yang cukup jauh, Al-Quran mencatat kisah Nabi Ibrahim jauh setelah 2600 tahun Alkitab mencatatnya. Tidak heran bila Al-Quran berbeda. Kami berharap teman-teman Muslim dapat mempelajari kisah Nabi Ibrahim di dalam Taurat, Kitab Kejadian 22:1-19.
~
Purnama
*****
2. Setelah membaca artikel di atas, manakah yang dapat dipercaya, Allah berfirman langsung atau keyakinan terhadap mimpi? Berikan pendapat saudara.
Tentulah Allah berfirman langsung yang dapat dipercaya, karena Abraham dipilih dan dipanggil Allah sebagai Nabi Allah untuk menegakkan kebenaran Allah dalam menjalankan perintah perintah Allah. Jika kita meyakini dari mimpi itu belum pasti berasal dari Allah, karena sifat dari mimpi adalah bunga-bunga dari tidur, dan masih diragukan keasliannya apakah mimpi itu berasal dari Allah atau bukan dari Allah.
*****
Saudara Bravo,
Kami setuju dengan saudara. Contohnya, bila seorang pengikut mendapat perintah secara langsung dari pemimpinnya, maka pengikut tersebut akan percaya dan melakukannya. Namun, akan berbeda bila dia mendapatkan perintah dari pemimpinnya melalui mimpi, tentunya, hal itu tidak diyakininya karena tidak nyata. Sesungguhnya Allah berbicara secara langsung yang layak dipercayai dari pada keyakinan terhadap mimpi.
~
Purnama
*****
3. Alkitab sudah mencatat dengan jelas siapa nama Anak Nabi Ibrahim yang dikorbankan. Menurut saudara apa alasan Al-Quran tidak menulisnya?
Disinilah letak perbedaan itu, sebab Allah telah berfirman 2000 tahun yang lalu dan kekal selamanya, sesuai dengan ucapannya : “Adapun Aku, Inilah perjanjianku dengan mereka , Firman Tuhan : Roh-Ku yang menghinggapi engkau dan firmanKU yang Kutaruh dalam mulutmu tidak akan meninggalkan mulutmu dan mulut keturunanmu dan mulut keturunan mereka dari sekarang sampai selama-lamanya, firman Tuhan” Kitab Para Nabi. Yesaya 59:21.
*****
Saudara Bravo,
Terimakasih untuk jawaban sdr. Menurut kami, alasannya mengapa Al-Quran tidak menulis nama anak Ibrahim yang dikorbankan adalah karena Al-Quran memang tidak tahu. Timbul pertanyaan, jika benar Al-Quran adalah firman Allah, mengapa Kisah Nabi Ibrahim berbeda dengan kisah yang ada dalam Alkitab? Dan lagi, tidak mungkin Allah lupa nama anak yang diminta-Nya untuk dikorbankan. Benar, bukan? Hal ini lah yang seharusnya dapat dipertimbangkan oleh teman-teman Muslim yang ada di forum ini, untuk bersedia mempelajari Alkitab.
~
Purnama
~
Raditya (21 Agustus 2018 pada 8:17 am),
Pertanyaannya : Bagaimana Anda lebih merasa benar dari Islam, sedangkan anda tidak mengikuti ajaran di kitab Anda? Berarti Islam lebih Kristen dari Kristen itu sendiri, terlepas dari Ishak atau Ismail.
Sdr Raditya, anda tidak paham tentang ajaran Allah dalam Alkitab. Dua Perintah Allah adalah
(1). Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap Hatimu Tenagamu dan Pikiranmu
(2). Kasihilah sesamamu manusia seperti engkau mengasihi dirimu sendiri.
Sdr Raditya, kisah Abraham hanyalah suatu pengujian Allah terhadap hati kita, bukan seperti perlakuan yang seremonial dengan mengikui apa yang telah berlalu, itu adalah contoh dari Perintah Pertama (1).
~
Saudara Bravo,
Memang secara umum kisah Abraham dapat dikatakan sebagai ujian iman. Allah ingin mengetahui seberapa besar kasih Abraham kepada-Nya.
Ketika Allah meminta Abraham mempersembahkan Ishak, anaknya, sebenarnya Allah menguji iman Abraham. Ishak adalah anak perjanjian. Abraham perlu menunggu sampai begitu lamanya untuk mendapatkan Ishak. Setelah Ishak lahir, Allah ingin Abraham mempersembahkannya.
“Kata Allah kepada Abraham: ‘Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishak, pergilah ke tanah Moria dan persembahkanlah dia di sana sebagai korban bakaran pada salah satu gunung yang akan Kukatakan kepadamu'” (Taurat, Kitab Kejadian 22:2).
Abraham tidak menunda-nunda untuk menuruti apa yang diperintahkan Allah. Dia lulus ujian. Ini bukti kalau Abraham benar-benar mengasihi Allah lebih dari semua yang dimiliki.
~
Slamet
*****
1. Karena penulisnya berbeda, seandainya dalam mengungkapkan kejadian yang sama, penulis belakangan cukup meng-copy paste tulisan (ayat) yang sudah ada duluan maka akan sama/klop. Penulis kitab haruslah orang yang bisa dipercaya, bisa dilihat dari bebet-bobot-bibit.
2. Secara umum biasanya kita menilai: Yang sudah lebih dulu ada lah yang asli. Yang ada kemudian biasanya tiruan, atau setidaknya copy paste. Qur’an tidak copy paste-makanya beda.
3. Tidak perlu mikir, firman langsung lebih kuat dari mimpi. Mimpi bisa saja hanya bunga tidur. Al-Quran tidak menulis nama karena itu cara untuk menguatkan posisi Islam, atau memang karena sumber Islam tidak kredibel (dongeng).
*****
Saudara Ungkap Realita,
Terimakasih sudah menjawab semua pertanyaan yang kami ajukan. Kami berharap apa yang saudara sampaikan dapat memberikan pencerahan dan pertimbangan bagi teman-teman yang ada di forum ini. Khususnya untuk lebih percaya pada firman Allah secara langsung dari pada mimpi, serta dapat membranikan diri untuk mempelajari wahyu Allah dalam Alkitab.
~
Purnama
~
Kurban seperti apa yang dimaksudkan Al-Quran dalam Qs 37:107?
wafadaynaahu bidzibhin ‘azhiimin And We ransomed him with a great sacrifice, (Sahih Internasional).
Berdasarkan Qs 37:107, ditulis bahwa kurban tebusan itu adalah seekor sembelihan yang besar dalam artian agung dan dahsyat (great, azhim). Al-Quran jelas melihat aspek spiritual dari kurban tebusan itu, bukannya aspek fisik dari kurban itu. Lalu apa makna kata ‘AZHIM’ dalam teologi Tauhid Islam? Azim (ʿAẓīm عظيم) is one of the names of God in Islam, meaning “Great” or “Magnificent” or “Protector.”
~
Saudara Percaya,
Tentunya boleh-boleh saja bila seseorang berpendapat bahwa Al-Quran dengan jelas melihat aspek spiritual dari kurban tebusan itu, bukannya aspek fisik dari kurban. Namun kenyataannya ajaran Islam, tidak mengenal dan ditemukan adanya ayat Al-Quran atau Hadits yang mengajarkan tentang penebusan bagi manusia dari dosa.
Satu-satunya adalah Allah SWT semata yang mengampuni dosa bagi siapa saja yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang hamba-Nya. “Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (Qs 39:53).
Semoga bermanfaat dan terima kasih.
~
Slamet
~
Jadi jelas, AlQuran memang tidak mencatat siapa nama anak yang dimaksud (Ishak/Ismael?). Demikian hewan apa yang dijadikan kurban tebusan itu (Domba/Kambing/Sapi?). Tapi Al-Quran menunjukan bahwa kurban tebusan itu adalah kurban yang Agung yang identik dengan salah satu nama Allah dalam iman Muslim.
Dan 600 tahun sebelum Al-Quran ada, Isa Al-Masih (Yesus) telah bersaksi mengenai kurban tebusan Agung itu. Yaitu Diri-Nya sendiri. Markus 10:45 LAI TB,“Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.”
~
Saudara Percaya,
Saudara memberikan penjelasan yang tepat.
Memang Isa Al-Masih penggenapan nubuat Alkitab tentang ‘Kurban Agung’yang tertulis dalam Taurat Kitab Kejadian 22:13, “Abraham mengambil domba itu, lalu mengorbankannya sebagai korban bakaran pengganti anaknya.”
Apa maksud Alkitab dengan ayat tersebut? Korban domba jantan ini adalah simbolis dari Yesus, korban agung yang sesungguhnya, yang digenapi pada zaman Perjanjian Baru. Domba jantan menjadi alat peraga penebusan Allah bagi Ishak, sekaligus gambaran kemurahan hati-Nya. Allah-lah yang mengadakan penebusan itu melalui domba yang disembelih.
Jadi, kematian domba jantan itu telah menebus manusia dari dosa (pada kasus di atas: Ishak) dan memberikan hidup kepadanya!
~
Slamet
~
Nyawa Al-Masih yang menjadi tebusan bagi banyak orang adalah jawaban atas gambaran peristiwa yang dialami Abraham mengenai kurban yang Agung (Azhim) yang disediakan Allah untuk menebus nyawa seseorang.
~
Saudara Percaya,
Terima kasih untuk tanggapan saudara tentang peristiwa yang dialami Abraham sebagai gambaran pengorbanan Isa Al-Masih.
Isa Al-Masih yang digambarkan sebagai ‘Anak Domba’ Allah, telah mati disembelih di atas kayu salib untuk menebus manusia dari kebinasaan kekal di neraka.
“Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita, sebab ada tertulis: “Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!” (Injil, Surat Galatia 3:13).
Semoga para pembaca bersedia membuka hati bagi Isa Al-Masih, Juruselamat dunia dan menikmati keselamatan dari dosa yang disediakan Allah!
~
Slamet
~
Raditya mengatakan (21 Agustus 2018 pada 8:17 am):
Bagaimana Anda lebih merasa benar dari Islam, sedangkan anda tidak mengikuti ajaran di kitab Anda? Berarti Islam lebih Kristen dari Kristen itu sendiri, terlepas dari Ishak atau Ismail.
Sdr Raditya, kisah Abraham adalah ujian dari Allah, apakah Abraham lebih mencintai Allah atau anaknya. Ternyata Abraham mencintai Allah, sehingga Allah meminta lembu sebagai pengantinya, inilah contoh. Bukan diperingati untuk penyembelihan secara seremonial. Yesus Berpuasa 40 hari terang (pagi-sore) dan gelap (malam) namun engkau puasa terang hari 30 hari, gelap (malam). Bagaimana kok berani berkata begitu? Jangan meludah terkena muka sendiri.
~
Saudara Bravo,
Jelas hakikat ‘pengorbanan’ tidak boleh hanya dimaknai sebagai kesempatan beramal. Kisah Abraham tidak hanya menjadi pedoman agar umat Islam selalu berbagi rasa antara satu dengan yang lain, dan bersedia bershadaqah akan harta yang dimilikinya kepada sesama.
Sebenarnya ‘pengorbanan’ hewan menunjuk pada kematian Yesus Kristus di kayu salib yang membuat darah-Nya tertumpah. Dia adalah korban penebusan yang sesungguhnya, seperti yang diucapkan oleh Yohanes Pembaptis: “Lihatlah Anak Domba Allah, yang menghapus dosa dunia” (Injil, Rasul Besar Yohanes 1:29).
~
Slamet
~
@Slamet to Bravo,
“Kata Allah kepada Abraham: ‘Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishak, pergilah ke tanah Moria dan persembahkanlah dia di sana sebagai korban bakaran pada salah satu gunung yang akan Kukatakan kepadamu’” (Taurat, Kitab Kejadian 22:2).
Res: Sabda Kejadian 22:2 telah tercemar. Perhatikan kalimah “Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishak…” Ayat ini ada kontradiksi. Ishak adalah anak kedua Abraham bukan anak pertama. Justru kalimat “anak tunggal Abraham” tidak cocok berada di sana kerena Abraham sudah miliki dua orang anak bukan satu (tunggal). Lainlah jika Kejadian 22:2 merujuk pada Ismael bukan Ishak.
~
Saudara Sembilu,
Apa yang disampaikan Allah dalam Taurat, Kitab Kejadian 22:2 memanglah demikian, yang dibawa oleh Nabi Ibrahim untuk dikurbankan adalah anaknya yang tuggal, namanya Ishak. Memang Nabi Ibrahim sudah mempunyai anak sebelumnya yaitu Ismael. Tetapi yang dimaksud anak yang tunggal adalah anak dari Nabi Ibrahim dengan Istrinya yang sah, yaitu Sara. Mengapa? Karena perjanjian Allah dengan keturunan Nabi Ibrahim ada pada Ishak (Taurat, Kitab Kejadian 17:21), melalui garis keturunan Ishak maka Allah menggenapi janji-Nya kepada Abraham tentang Mesias yaitu Juruselamat dunia. Itu sebabnya Al-Quran selalu mencatat keturunan Ibrahim, Ishak dan Yakub (Qs 29:27). Bahkan pada Qs 37:113 menyatakan: “Kami limpahkan keberkatan atasnya dan atas Ishaq.”
Oh ya, ijinkan kami bertanya kepada sdr. Adakah pernyataan secara tegas dalam Al-Quran bahwa anak yang dimaksud adalah Ismael? Tertulis dimana hal itu dalam Al-Quran? Kiranya sdr bersedia menjewabnya. Terimakasih.
~
Purnama
~
To Sembilu,
Allah pasti sangat tahu, kala itu Abraham memiliki 2 putera, tapi mengapa dalam perintah di atas dikatakan ‘ET-YEKHID’KHA, darimu yang tungga? Bahkan diperjelas lagi dengan penyebutan nama ‘ET-YITS’KHAQ, yaitu Ishak. Sebab pada waktu Firman ini diucapkan, Hagar dan Ismael sudah keluar dari rumah Abraham (Kejadian 21:14). Jadi yang tinggal memang “hanya satu (tunggal)”, Ibrani: יָחִיד – YAKHID, yaitu יִצְחָק – YITS’KHAQ, Ishak. Di Quran tidak disebut sama sekali bahwa yang dikorbankan itu Ismail. Quran diam dalam hal ini. Tak kasih keterangan yang jelas.
~
Saudara Percaya,
Kami setuju dengan sdr, berharap penjelasan sdr dapat memberikan pencerahan bagi pengunjung yang ada dalam forum ini. Nah, lepas dari hal itu, kisah Nabi Ibrahim mengorbankan anaknya yang tunggal adalah gambaran dimana Allah mengutus Kalimat-Nya Isa Al-Masih, datang mengorbankan diri-Nya secara langsung dengan tujuan untuk menebus orang-orang berdosa. “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (Injil, Rasul Besar Yohanes 3:16).
~
Purnama
~
1. Sumber asli kisah pengurbanan Ibrahim ini dari Taurat, kitabnya orang Yahudi. Yang punya kisah ini juga orang Yahudi. Jadi versi Yahudi jauh lebih bisa dipercaya, wong mereka yang punya kisah itu kok. Dalam Taurat, yang dikurbankan Ibrahim: Ishaq, bukann Ismail.
2. Ismail itu putera Hajar, budaknya Sarah. Ishaq putera Ibrahim sendiri dari isterinya langsung. Jika Tuhan mau menguji Ibrahim, lebih masuk akal yang diminta untuk dikorbankan adalah Ishaq, bukan Ismail. Sebab Ishaq putera langsung, putera perjanjian yang dijanjikan oleh Allah sendiri. Yang mengherankan: Kalau betul yang dikorbankan adalah Ismail seperti dipercayai umat Islam selama ini, kenapa Quran tak menyebut dengan terang? Kenapa?
~
Saudara Percaya,
Benar sekali yang saudara sampaikan. Amatlah baik bila membaca kisah Nabi Ibrahim berdasarkan Taurat, karena Taurat meriwayatkannya secara akurat. Semua kisah Nabi Ibrahim tercatat dalam Alkitab dengan jelas, sampai kepada keturunannya yang menjadi berkat kepada semua suku bangsa. Mudah-mudahan teman-teman Muslim dapat bersedia mempelajari Taurat.
Kami berharap pertanyaan saudara dapat dijawab oleh teman-teman Muslim, mengenai alasan mengapa Al-Quran tidak menulis nama anak yang dibawa oleh Nabi Ibrahim. Terimakasih untuk tanggapannya saudara Percaya.
~
Purnama
~
@Purnama
1). Tetapi yang dimaksud anak yang tunggal adalah anak dari Nabi Ibrahim dengan Istrinya yang sah, yaitu Sara.
2). Oh ya, ijinkan kami bertanya kepada sdr. Adakah pernyataan secara tegas dalam Al-Quran bahwa anak yang dimaksud adalah Ismael? Tertulis di mana hal itu dalam Al-Quran?
Res:
1) Apakah Siti Hajar bukan isteri Abraham yang sah? Minta pencerahan!
2) Maaf! Saya hanya berbicara kisah Abraham dalam alkitab bukan dalam Alquran.
~
Saudara Sembilu,
Yang perlu saudara ketahui adalah Nabi Ibrahim tidak pernah merencanakan untuk memperistri Hagar, itu adalah kemauan istri sah Nabi Ibrahim yaitu Sara, hanya untuk bertujuan agar memiliki keturunan. Jadi, Allah tidak menyuruh Nabi ibrahim untuk menikahi Hagar. Nah, sedangkan rencana dan janji Allah berlaku bagi Nabi Ibrahim dengan Sara yaitu melalui keturunan mereka Allah memberkati semua bangsa. Silakan sdr membacanya dalam Taurat Kitab Kejadian 17:15-21.
Jika sdr berbicara tetang kisah Abraham dalam Alkitab, maka sdr seharusnya akan tahu siapa anak yang dibawa oleh Nabi Ibrahim untuk dikurbankan, yaitu Ishak bukan Ismail. Kami berharap fakta ini menjadi dasar untuk mempertimbangkan kembali kepercayaan sdr pada Al-Quran.
~
Purnama
~
Apapun alasan terjadinya peristiwa itu, Islam telah mengikuti apa yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim. Pengajaran dari berkurban:
1. Orang yang punya kemampuan untuk berkurban, pasti mendapat pahala karena dia telah melakukan perintah Allah. Sebagaimana Allah telah memerintahkan kepada Nabi Ibrahim untuk mengorbankan anaknya, dan diganti domba oleh Allah.
2. Orang kurang mampu merasakan daging yang diberi rezeki oleh Allah melalui orang yang mampu melaksanakan perintah Allah.
“Kenapa di Bible tidak ada perintah untuk meniru Ibrahim, tapi di Al-Quran ada?” Bukankah tugas Nabi Isa as menjalankan Taurat dan menggenapinya, lalu siapa yang menghilangkan perintahnya…” Sekali lagi Islam lebih Kristen dari pada Kristen itu sendiri.
~
Saudara Raditya,
Terimakasih, kami senang sdr menjelaskan pengajaran dari berkurban. Sesungguhnya tidak ada perintah dalam Alkitab wajib mengikuti Nabi Irbahim, khususnya dalam berkurban. Justru hal itu adalah gambaran dimana kurban penghapus dosa bagi manusia akan datang yaitu Isa Al-Masih.
Ajaran berkurban menurut Alkitab adalah sesuatu yang wajib dilakukan oleh orang berdosa agar memperoleh penghapusan dosa. Ini adalah cara Allah agar manusia dapat berdamai dengan Allah. Dalam Kitab Imamat, Allah memerintahkan orang Israel untuk mengorbankan suatu binatang sebagai korban penghapus dosa. “. . . haruslah ia mempersembahkan kepada TUHAN karena dosa yang telah diperbuatnya itu, seekor lembu jantan . . . sebagai korban penghapus dosa” (Taurat, Kitab Imamat 4:3). Nah, Yang dilakukan dalam Taurat adalah gambaran untuk kurban yang nyata, yaitu manusia. Mengapa? Karena tidak selamanya binatang dapat menghapus dosa manusia. Manusia harus bertanggung jawab atas dosanya. Itu sebabnya, Allah memberikan pertolongan di mana Dia mengutus Kalimat-Nya Isa Al-Masih untuk menebus dosa manusia (Injil, Rasul Matius 20:28). “. . . kita telah dikuduskan satu kali untuk selama-lamanya oleh persembahan tubuh Yesus Kristus [Isa Al-Masih]” (Injil, Surat Ibrani 10:10).
Pertanyaannya, apakah berkurban yang sdr lakukan dapat menjamin dosa sdr diampuni dan memperoleh jaminan keselamatan yang kekal? Bagaimana sdr?
~
Purnama
~
@Percaya,
Allah pasti sangat tahu, kala itu Abraham memiliki 2 putera, tapi mengapa dalam perintah di atas dikatakan ‘ET-YEKHID’KHA, darimu yang tungga? Bahkan diperjelas lagi dengan penyebutan nama ‘ET-YITS’KHAQ, yaitu Ishak. Sebab pada waktu Firman ini diucapkan, Hagar dan Ismael sudah keluar dari rumah Abraham (Kejadian 21:14).
Res: Walaupun Hajar dan Ismael sudah keluar dari rumah Abraham (Kejadian 21:14), tetapi Ismael tetap anak Abraham cuma terpisah berada di lain tempat. Dengan kata lain Abraham miliki dua anak semasa perintah Kejadian 22:2 berlaku. Bukankah begitu sdr Percaya! Jadi mengapa Alkitab mengatakan Ishak anak tunggal Abraham sedangkan pada masa itu Abraham punyai dua anak!
~
Saduara Sembilu,
Tentunya Alkitab benar. Mengapa? Karena anak yang tunggal adalah anak dari Nabi Ibrahim dan Sara, bukan dari hambanya Sara. Kami harap sdr dapat membaca ayat yang kami lampirkan pada komentar sebelumnya. Lagi, Alkitab berbicara sangat jelas nama anak yang dibawa oleh Nabi Ibrahim. “Firman-Nya: “Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishak, pergilah ke tanah Moria dan persembahkanlah dia di sana sebagai korban bakaran pada salah satu gunung yang akan Kukatakan kepadamu” (Taurat, Kitab Kejadian 22:2). Kami kira mempersoalkan hal ini tidak tepat, karena Alkitab berbicara mengenai hal itu secara jelas.
Nah, pertanyaannya adalah mengapa Al-Quran meriwayatkan kisah Nabi Ibrahim berbeda dengan yang disampaikan Alkitab? Seperti, Nabi Ibrahim bermimpi padahal dalam Alkitab Allah berbicara secara langsung dan direspon dengan tindakan langsung. Nama anak, Alkitab menyebutkan nama Ishak secara eksplisit, sedangkan Al-Quran tidak. Jika benar Al-Quran adalah wahyu Allah, mengapa berita yang disampaikan tidak konsisten? Tidak mungkin Allah lupa dengan wahyu-Nya sebelumnya, bukan?
~
Purnama
~
@Purnama to Percaya,
Kami berharap pertanyaan saudara dapat dijawab oleh teman-teman Muslim, mengenai alasan mengapa Al-Quran tidak menulis nama anak yang dibawa oleh Nabi Ibrahim.
Nama anak pada Qs 37:101 (anak Abraham yang di’perintah’ untuk dikorbankan) adalah Ismael. Walaupun tidak tertulis secara eksplisit tetapi jelas anak itu adalah Ismael anak pertama Abraham. Kenapa? Sila lihat surah yang sama ayat 112. Di sini Ishak disebut sebagai anak kedua Abraham yang datang (lahir) kemudiannya. Di Alquran hanya Ismael dan Ishak dinyatakan sebagai anak Abraham (QS 14:39). Jadi nama anak pertama Abraham pada Qs 37:101 tentulah Ismael, tiada keraguan padanya!
~
Saudara Sembilu,
Sesungguhnya Al-Quran tidak pernah mencatat nama anak yang dibawa oleh Nabi Ibrahim. Saudara adalah Quranist seharusnya tahu Qs 37:101 tidak mencatat nama anak tersebut. Hanya tafsiran dari para ulama Islam yang memperkirakan bahwa anak itu Ismail. Nah, dari kejadian Nabi Ibrahim setelah mendapat mimpi, sebaliknya anak yang diberkati adalah Ishak. Al-Quran tidak menyebutkan sama sekali Ismail dari pritiwa tersebut. Kami harap sdr dapat mecermati hal itu.
Ijinkan kami bertanya kepada sdr. Menurut sdr, mengapa umat Muslim harus berkurban? Apa tujuannya? Apakah hal itu dapat memberikan jaminan dosa sdr diampuni? Bagaimana menurut sdr?
~
Purnama
~
Sembilu,
Purnama: Itu sebabnya Al-Quran selalu mencatat keturunan Ibrahim, Ishak dan Yakub (Qs 29:27). Bahkan pada Qs 37:113 menyatakan: “Kami limpahkan keberkatan atasnya dan atas Ishaq.”
Respon: Betul, tapi Al-Quran juga mencatat keturunan Ibrahim sebagai “Ibrahim, Isma’il, Ishaq, Ya’qub.” Silakan lihat Qs 2:136, 140 dan 4:163. Juga di Al-Quran Ismail adalah orang yang paling baik (Qs 38:48); sabar (Qs 21:85); seorang yang berderajat tinggi di sisi Ar-Rahman (Qs 6:86); seorang yang benar janjinya, rasul dan nabi (Qs 19:54).
~
Saudara Sembilu,
Jawaban saudara betul, Allah memang memberkati Ishak sebagai anak perjajian. Tapi Allah juga memberkati Ismael sebagai keturunan Abraham. Nama Ismael itu adalah pemberian Allah. “Selanjutnya kata Malaikat TUHAN itu kepadanya: “Engkau mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan akan menamainya Ismael sebab TUHAN telah mendengar tentang penindasan atasmu itu” (Taurat Kitab Kejadian 16:11).
~
Slamet
~
Bravo,
Raditya mengatakan (23 Agustus 2018 pada 8:29 pm),
Sekali lagi Islam lebih Kristen dari pada Kristen itu sendiri.
Sdr Raditya, janganlah mengatakan seperti itu, Kristen adalah pengikut Yesus Kristus, sementara engkau tidak meyakini firman Allah dalam Yesus Kristus. Yesus Kristus bekata : “Akulah Jalan Kebenaran Hidup Kekal, tidak seorangpun dapat datang kepada Allah (Pemberi Sorga) selain melalui Aku “(Injil, Rasul Besar Yohanes 14:6).
Sdr Raditya, mengapa engkau tidak percaya dan taat kepada Yesus Kristus? Adakah Allah berkenan kepada nabi lain sebagai Jalan menuju sorga?
~
Saudara Bravo,
Walaupun kita merasa telah menaati syariat agama, tapi kita tidak boleh merasa lebih baik dari orang lain. Isa Al-Masih tidak mengajarkan para pengikutnya menyombongkan diri. Dia tidak menghendaki para pengikut-Nya bahwa dirinya dibenarkan oleh Allah, sementara orang lain adalah salah.
Sebaliknya Isa Al-Masih menghendaki pengikut-Nya untuk rendah hati, dan tidak sombong dihadapan Allah. Dan selalu mohon belas kasih Allah dan terus membangun sikap tobat yang tiada henti-hentinya.
”Barangsiapa meninggikan diri akan direndahkan, dan barangsiapa merendahkan diri akan ditinggikan” (Injil, Rasul Lukas 18:14).
Semoga bermanfaat bagi kita semua.
~
Slamet